PART 1

28 1 0
                                    

TEMAN SEBANGKU

*****

Dear Diari.

Ini lembaran pertama yang ku tulis disini.

Entah nilai positif apa yang bisa ku dapat dengan menuliskan semua ini pada tubuhmu. aku hanya berharap, semoga kamu bisa tabah jika kedepannya aku menekan pena terlalu keras, merobek lembaran kertasmu, menuliskan caci maki dan bahasa yang kasar, atau mengeluhkan hari – hari hidupku yang membosankan.

Aku hanya berharap semoga kamu bisa menyimpan semua kenangan yang nanti tertulis disini. Hingga nanti puluhan tahun lagi ketika rambutku usang memutih, tumitku pecah – pecah, telapak tanganku keriput, dan anak – anakku sudah cukup sibuk dengan dunianya sendiri, aku akan menghabiskan waktu membaca ulang berbagai cerita yang pernah ku tulis di lembaran kertasmu.

Supaya aku bisa bernostalgia nanti.

Satu per satu kisah tentang aku. Tentang duniaku, tentang kegiatan keseharianku, tentang keluh kesahku. Bersiaplah menghadapi semuanya, ya?

Tapi sebelum itu semua dimulai, biarkan aku menuliskan satu sampai dua ribu kata perkenalan terlebih dahulu.

Kamu, adalah bundle diari kedua yang pernah aku punya. Tapi tenang saja, kamu adalah yang pertama ku tulisi dengan berbagai kisah perjalanan hidupku. Kamu itu eksklusif pencatat cerita, jangan risau. Sebab diari ku yang pertama itu isinya hanya corat - coret biodata teman – teman dekat, dan juga catatan rumus pelajaran sekolah yang kini sudah hampir penuh.

Dan kamu cukup spesial, bundle yang baru saja ku beli dari sebuah toko lusuh di pinggir jalan, di sebuah kawasan pecinan Jakarta barat. Sebuah lingkungan yang memiliki segudang memori buat ku. Aku akan memulai kisahnya dari situ.


***

Beberapa hari lalu.

Hari menjelang siang ketika hari pertama memasuki awal sekolah SMA Negeri di pinggiran distrik Jakarta Barat, kegiatan yang hanya di isi penataran siswa dan siswi kelas satu yang baru memulai kehidupan SMA nya.

Aku adalah salah satu dari sekian banyak siswi yang diperintahkan para senior Pembina MOS untuk memakai topi kerucut dari karton, name tag besar di depan dada, dan memakai kantong kresek hitam bekas belanjaan pasar sebagai ganti tas yang biasa ku pakai sekolah.

Kakak senior kelas yang membina acara MOS menyuruh kami para junior untuk memakai semua itu langsung dari rumah. Sebenarnya, ini memalukan. Tapi aku nggak bisa berkutik, daripada kena masalah di hari pertama, aku ikuti semua bullying terselubung itu.

Program perkenalan siswa – siswi baru di hari pertama itu berjalan lancar tanpa ada hambatan ataupun kejadian yang patut dituliskan disini. Upacara penerimaan siswa baru, pembagian kelas, perkenalan, dan rebutan kursi adalah hal yang umum terjadi dan aku mengalaminya.

”Eh lo, Udah ada temen sebangku belum?”

Seorang cewek terlihat berdiri di samping meja tempat duduk ku. Saat itu, aku yang sedang sibuk merapikan perlengkapan MOS di dalam kantong kresek sama sekali nggak menyadari kedatangannya.

“Belum kok. Kalo lo mau duduk sini ya silakan aja.”

“Yaudah, makasih. Gue tempatin ya, permisi.”

DIARY OF THE DRAMA QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang