In Divergent Story

hafalan shalat mantan

"Assalamualaikum Fatin." suara seseorang mengagetkan aku. Suara berat yang aku kenal, tapi sama ku ingat. "Wa'alakumsalam. Shidiq?!" suaraku tercekat melihat penampilan mantan pacarku.
"Iya ini aku, Shidiq."

***

1 tahun yang lalu.
"Fatin, mau gak lo jadi pacar gue?" ucap seorang cowok playboy, yang tiba-tiba datang dan duduk dihadapanku.
"Wa'alaikumsalam. Kamu main taruhan lagi ya, Shidiq. Pak hajikan udah ngelarang kamu." ucapku dengan geram.
"Alah, biarin aja. Omongan bapak gue lo dengerin." ucap seenaknya.
"Astagfirullah, kamu kok ngomongnya gitu." Aku pun berdiri dan hendak pergi karena geram.
"Oke gue gak akan ngomong kayak gitu lagi, tapi lo harus biarin gue jadi pacar lo." Shidiq menahan tanganku, aku berbalik.
"Oke, kita jadian. Kamu boleh anggap aku pacar, tapi aku nganggap kamu temen, gimana mau gak? Aku gak bantah jadi pacar kamu, tapi kamu juga jangan bantah kalau kamu cuman temen." ucapku singkat, beberapa saat dia berpikir.
"Oke deal." sampai dia menyanggupi.

2 bulan status berpacaran, aku tidak melihat perubahan sikap dari Shidiq dia tetap bicara seenaknya. Dalam diam tanpa kuucap aku benar-benar menganggap Shidiq pacarku, takut kehilangannya. Aku menelan mentah-mentah janjiku untuk tidak berpacaran.

Suatu hari dikantin kampus aku sedang makan dan bersenda gurau dengan teman-temanku. Tiba-tiba Shidiq datang dan berlutut disamping mejaku.
"Fatin, gue udah bener-bener sayang sama lo, maaf karena awalnya cinta gue berlandaskan taruhan. Tapi sekarang gue serius. Will you marry me?" ucapnya. Aku tersenyum padanya dan berkata,
"Aku ingin imam yang rajin shalat, bisa mengaji, pekerja keras dan ganteng. Berusahalah, insya allah, aku bakal nunggu kamu," ucapku dan itu terakhir kalinya aku bertemu denganya.

***

"Kamu udah berubah?" Aku menangis saat dia yang memakai gamis panjang berlutut.
"Aku sudah jadi yang kamu minta, aku belajar shalat untuk kamu umi. Will you marry me?"
"Yes, i will."

Dapat ide dari mrs.Z,aku sadar ini cerita kurang bahkan gak ada feelnya (sedih)