DUNIA ARIMBI

14 0 0
                                    

“Ikutlah bersamaku, kita tidak akan dipisahkan oleh kematian.” Arimbi berkata dengan tegas. Dia meyakinkan Nathan agar menerima ajakannya.

Nathan mengernyitkan alisnya. Kedua rahangnya mengatup erat. Namun tiba-tiba bibirnya menyunggingkan senyuman.

“Dunia kita berbeda, Sayang. Bagaimana aku bisa hidup di duniamu?”

Arimbi menunduk. Dia menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca.
“Aku bisa membuatmu menjadi seperti diriku.” Suaranya lirih, nyaris tidak terdengar.

"Apakah itu mungkin?" suara Nathan menggantung.

Arimbi berdiri dan mengulurkan tangannya. “Mari kita pergi, kita akan kembali sebelum matahari terbit.” Nathan mengangguk, dan menggandeng tangan kekasihnya.

Udara sangat sejuk. Nathan melihat hamparan bunga melati yang wanginya seperti aroma tubuh Arimbi.

Mereka memasuki halaman istana. Nathan melihat bangunan yang terbuat dari emas. Berkilau tertimpa cahaya matahari.
Ada taman bunga melati di pojok kiri halaman istana. Sepasang ayunan dengan ornamen klasik melengkapi indahnya taman.

Nathan melihat berbagai jenis pohon yang sedang berbuah lebat di sepanjang jalan. Pohon-pohon tersebut berukuran tidak lebih dari satu meter. Dia hampir tidak berkedip memandang semuanya.

Nathan tertegun, melihat orang-orang yang menyambut kedatangannya. Wajah mereka merona bahagia. Semua terlihat sebaya. Nathan tidak melihat orang tua. Hanya anak-anak kecil yang berlari riang di taman.

“Dunia apakah ini?” Nathan bertanya pada Arimbi.

“Kami memberi nama dunia kebahagiaan, tidak ada permusuhan, semua saling mengasihi.”

“Benarkah aku akan hidup abadi di sini?” Nathan berkata sambil memandang Arimbi.

“Tentu, kita akan bersama selamanya.” Arimbi menjawab dengan riang.

“Apa yang harus kulakukan?" Mata Nathan tampak berbinar. Rona bahagia terpancar di wajahnya.

“Mari kita pergi ke sumber air keabadian, kamu harus meminumnya.” Arimbi tersenyum penuh kemenangan.

Kekuatan cinta Arimbi membuat Nathan kehilangan akal sehatnya, dia telah melupakan kehidupannya di dunia.

Nathan meneguk segelas air keabadian, kepalanya terasa berat, semua berputar dengan cepat. Matanya berkunang-kunang, dan tubuhnya lemas. Hal terakhir yang diingatnya adalah wajah Arimbi ketika sedang tersenyum.

Flash Fiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang