03

2.1K 180 22
                                    

Mila masuk ke dalam kamarnya dengan rasa remuk di tubuhnya.

"Apa yang harus aku lakukan Tuhan?" lirih Mila dengan tubuhnya terkulai terduduk di lantai. "Kenapa takdirmu selalu mempermainkanku? Apa salahku?"

Sudah lama ia merasa bersabar, namun kali ini hati dan jiwanya telah lelah, tidak sanggup lagi menerima cacian dari orang-orang terdekatnya. Mungkin dulu ia masih bisa bertahan, namun sekarang ia butuh sandaran. Apa ia harus pergi? Apa ia harus bertahan? Jika ia harus pergi, ia memilih lenyap dari dunia ini.

'Tok... tok... tok...'

"Nona," madam Ami mengetuk pintu kamar Mila dengan pelan.

Mila yang menyadari ada seseorang yang datang menghapus air matanya dan bersikap biasa saja agar ia tidak terlihat lemah.

'Clek!!'

"Ada apa madam?" tanya Mila dingin.

"Ada tamu."

"Siapa?"

"Entahlah Nona, hanya saja dua orang lelaki bersama seorang anak kecil," jelas madam Ami.

Mila mengangguk. "Ayah tidak ada?"

"Tuan besar sedang keluar kota baru saja berangkat."

"Baiklah madam, suruh mereka menunggu. Aku ingin berganti baju," ujar Mila.

Madam Ami mengangguk patuh dan meninggalkan Mila.

Mila sendiri dengan cepat mengganti bajunya dengan dress berwarna putih dan mengrias wajah pucatnya agar terlihat lebih fress.

Dengan anggunnya Mila melangkah satu persatu menuruni anak tangga.

"Maaf menunggu lama," ucap Mila sopan.

"Tidak papa Mila."

"Baiklah dengan siapa maaf," ucap Mila sopan.

"Otay," Otay menjabat tangan. "Dan ini..." seorang pria membalik badannya menatap Mila. Seketika Mila menutup mulutnya karena kaget dan tak percaya. "Kevin," lanjut Otay.

"Mila," ucap Kevin pelan.

Mila mengerjapkan matanya dan menatap Kevin bersama seorang bocah perempuan. "I-ni," ucap Mila tergagap.

Kevin merengkuh Mila dalam pelukannya. "Maafkan aku Mila tentang kejadian dahulu yang membuat aku kita terjebak dalam permainan itu," ucap Kevin lirih.

"Mak-sudmu?" Mila memegang kepalanya yang berdenyut nyeri dan matanya mulai mengabut.

"Tentang yang dulu," ucap Kevin menatap Mila.

Bruk!!

"MILA!!"

"TANTE CANTIK!!"

Kevin dan seorang bocah perempuan bersamaan membulatkan matanya melihat Mila yang terjatuh dalam pelukan Kevin dengan darah mengalir dari hidungnya.

"Kev kita bawa ke rumah sakit," ucap Otay.

Kevin mengangkat tubuh Mila dan membawa tubuh Mila masuk ke mobil untuk di bawa ke rumah sakit terdekat.

********

"Dokter..." lirih Mila saat ia melihat dokter sedang memeriksa dirinya. "Apa semakin parah??" tanya Mila pelan.

Dokter hanya mengangguk. "Jangan katakan pada siapapun dokter, biar saya saja yang memberitahu mereka," ucap Mila.

"Jika aku tak mengatakan yang sebenarnya aku percaya kamu tidak akan mengatakan pada keluargamu tentang penyakit yang kamu derita saat ini," ucap Dokter membuat Mila tersenyum lirih.

"Aku hanya belum siap dok," ucap Mila pelan.

"Kapan kamu siap? Semua semakin parah Mila."

"Dokter Exel dengarkan aku dulu, aku hanya tidak mau dikasihani. Aku hanya butuh di benci saja," ucap Mila tertawa hambar.

"Kau sebenarnya tak tahu arti kehidupan sebenarnya," Dokter Exel menatap Mila. "Sudahlah Mila, aku keluar dulu. Di luar sana ada yang khawatir karnamu dirimu hingga ia menangis karena mengkhawatirkanmu," lanjut Dokter Exel.

"Apakah Kevin??" tanya Mila saat mengingat terakhir kali ia bersama siapa.

Dokter Exel mengangkat bahunya tanda ia tak tahu dan melenggang pergi meninggalkan Mila yang mengkerutkan keningnya.

'Clek'

"Bisa bicara dengan keluarganya?" tanya Dokter Exel to the point.

"Saya dok," Kevin menatap dalam Dokter Exel.

"Baik ikut saya ke ruangan saya, saya ingin mengatakan hal yang benar-benar serius dengan keadaan ibu Mila."

Kevin mengangguk dan mengikuti Dokter Exel masuk ke ruangannya.

"Duduklah pak," Dokter Exel mempersilahkan Kevin duduk dengan ia beraktifitas menghidupkan layar di sampingnya.

"Duduklah pak," Dokter Exel mempersilahkan Kevin duduk dengan ia beraktifitas menghidupkan layar di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini adalah keadaan otak bu Mila saat ini. Kanker otak stadium 3 yang ia derita saat ini," jelas Dokter Exel dengan pelan.

Kevin sendiri hanya bisa menegang kaku melihat layar di depannya.

"Sudah 3 tahun lebih bu Mila melawan penyakit mematikan ini sendiri. Setiap saya mengatakan ingin berbicara kepada keluarganya ia selalu menolak dan mengatakan jika ia berjanji akan mengatakan sendiri. Namun sampai sekarang ia tak pernah mengatakannya hingga saya turun tangan. Saya tahu ini sangat menyakitkan buat anda pak, namun ini kenyataan yang terjadi kepada istri anda ibu Mila," ucap Dokter Exel.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk istri saya?" tanya Kevin.

"Kemarin saya sudah memberi saran kepada ibu Mila yaitu dengan cara immunotherapy," Dokter menatap Kevin. "Immunotherapy adalah pengobatan menggunakan sel imun untuk dibimbing agar dapat melawan dan membunuh sel kanker atau tumor. Namun ternyata semuanya gagal, sel kanker di tubuh ibu Mila semakin menyebar dan saran memberi saran untuk chemotherapy dan radiotherapy."

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya, saya tidak mau dia kenapa-kenapa!" ucap Kevin tegas.

"Baik pak, saya akan melakukan yang terbaik."

Kevin berjalan keluar dengan wajah gusarnya.

"Otay."

"Apa Vin?" tanya Otay.

"Gue mau nikahin Mila!!"

Deg!!

Jantung seorang wanita seperti berhenti berdetak saat mendengar ucapan Kevin.

Tbc.

Alooooo... semoga suka sama lanjutannya, maaf kurang greget soalnya emg dipaksa pengen lanjut aja biar enggak buat kalian nunggu lama. Comment and Votenya jangan lupa ya!!! Terimakasih...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Night LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang