"Papa."
"Ah ya sayang," Kevin menatap Violin dan tersenyum hangat dengan anak kesayangannya itu.
"Vio mau ice cleam Papa," pinta Violin.
Kevin tersenyum dan mencubir pipi Violin dengan gemas. "Akh anak Papa mau ice cream ya? Ya udah kita mampir di kedai ice cream ya, habis itu kita pulang karena Papa yakin Mama sudah menunggu ke pulangan kita," jelas Kevin.
"Okay Papa!" girang Violin memeluk lengan Kevin.
"Anak Papa kok pinter banget sih, jadi gemes deh Papa," ucap Kevin mengusap surai panjang putri cantiknya itu.
"Papa rambut Vio jadi lepekkan. Aish!!" kesal Violin manyun.
Kevin tertawa. Astaga putrinya ini sangat manja, namun ia sangat suka dengan manjanya putri kesayangannya ini.
"Mau rasa apa sayang?" tanya Kevin.
"Mau lasa slawbelly Papa," jawab Violin tersenyum.
Kevin mengangguk.
"Papa, Vio mau pipis dulu sebental ya," Violin mengedipkan matanya menatap Kevin.
"Mau Papa anterin sayang?" tanya Kevin mengusap surai panjang Violin.
"Enggak usah Papa, Vio udah besal tau," ucap Violin manyun.
Kevin tertawa dan mengecup gemas pipi Violin. "Ya udah hati-hati ya kamu sayang, Papa tunggu sini."
Violin mengangguk dan berlari meninggalkan Kevin.
Bruk!!
"Awss..."
Violin menunduk takut saat minuman yang dipegang seorang perempuan yang ia tabrak tumpah dan mengenai dress perempuan itu. "Ma-a-af," lirih Violin.
"Tidak apa-apa sayang," suara lembut itu membuat Violin mendongak. "TANTE CANTIK!!" teriak Violin senang.
"Hallo sayang, kamu sama siapa di sini?" tanya Mila tersenyum dan mensejajarkan tubuhnya dengan Violin.
"Dengan Papa. Tante cantik sendiri dengan siapa?" tanya Violin.
"Tante sendiri sayang, kamu mau ke toilet?" tanya Mila.
Violin mengedip-ngedipkan matanya tanda memang pertanyaan Mila benar. "Ya udah yuk tante anterin, tante juga mau bersihin baju tante," ajak Mila.
"Maafin Vio ya tante," Violin menatap Mila.
"Tidak papa sayang. Tante tidak kenapa-kenapa pula jadi kamu enggak usah takut dan merasa bersalah," jelas Mila mengecup pipi Violin.
"Violin sayang tante," Mila tersenyum cerah dan menatap Violin dengan mata berbinar.
*******
"Sayang kok lama sih? Ice cream nya mau cair tahu sayang," ucap Kevin menatap tajam Violin.
"Maaf Papa, Violin tadi enggak sengaja nabrak tante cantik dan membuat Vio ngoblol sama tante cantik," jelas Violin.
"Terus kamu enggak kenapa-kenapa kan nak?" tanya Kevin khawatir.
Violin menggeleng dan tersenyum geli melihat kekhawatiran Kevin. "Utut utut utut Papa tenang aja Vio enggak papa kok," suara Violin terlihat sangat menggemaskan.
"Anak Papa kok pinter banget sih," ucap Kevin tertawa.
Violin hanya tertawa renyah melihat Kevin.
Dilain tempat seorang wanita menatap mereka dengan sayang dan dengan mata berbinar penuh rindu.
Semoga kalian selalu bahagia, aku akan melindungi kalian. Batin wanita itu tersenyum tipis.
Perlahan kakinya melangkah meninggalkan dimana dua insan yang ia sayangi sedang bercanda dengan riang tanpa mengetahui jika ada orang yang menyedihkan dibalik kebahagia mereka.
"MILA!!"
Mila menghela napas berat saat tahu siapa orang yang membentaknya, siapa lagi kalau bukan Bambang Anggoro W. ayahnya.
"Dari mana kamu? Mencari anak harammu itu?" hardik Bambang.
Air mata Mila menetes begitu saja. "Anakku bukan anak haram Ayah!" teriak Mila lantang.
Plak!!
"Berani kamu sama Ayah?" tanya Bambang tajam.
Mila memegang pipinya yang ditampar Bambang. "Ibu mana yang tega mendengar anaknya dikatai anak haram, Ibu mana Yah? Mila tanya dan Ayah jawab sekarang! Ibu mana? Ayah pikir Mila akan diam aja begitu melihat anak Mila dikatai haram oleh Opa nya sendiri, enggak Yah! Di sini Mila dan ayahnya yang salah bukan anak Mila! Dengar itu!" teriak Mila lantang tanpa ada rasa takut sekalipun. Ia tidak terima anaknya dikatakan anak haram, jika Ayahnya membenci dengan kejadian masalalu harusnya ia yang disalahkan bukan anak belia yang tidak tahu apa-apa dengan masalalu orang tuanya.
Plak!!
"SIAPA YANG MENDIDIK KAMU SEPERTI INI MILA? KAMU SEKARANG SEPERTI JALANG DAN MEMPERMALUKAN AYAH DAN KELUARGA BESAR!! MAU DITARUH DIMANA MUKA AYAH DULU DENGAN KELUARGA CALON BESAN KITA DULU!!" bentak Bambang mencengkram lengan Mila kuat.
Air mata Mila keluar semakin deras. Fisiknya dan hatinya telah lelah menerima semua caci maki dari orang-orang terdekatnya.
Pertanyaan sekarang, kenapa takdir mempermainkannya sampai sekarang? Ia ingin menyalahkan takdir, namun saat dipikir-pikir memang inilah yang digariskan Tuhan untuk dirinya dan ia tidak mungkin menolak dan dia hanya bisa merubah takdirnya saja dengan berjalannya waktu dan usahannya.
Kata orang Tuhan tidak adil? Itu salah! Tuhan maha adil, walau sekarang ini Mila sedang berada di bawah ia yakin suatu saat nanti ia akan merasa di atas. Seperti roda berputar, kadang kita di bawah dan kadang kita di atas.
Prinsip Mila adalah jalani apa yang ada seperti air mengalir dan jangan menengok ke belakang, ke samping kanan maupun kiri, tengoklah ke depan terus. Jika orang mencaci Mila, ia hanya akan menerima dari telinga kanan dan mengeluarkan dari telinga kiri, ia hanya akan mengambil dari sisi positifnya saja. Jika kita membalas ucapan orang dengan cacian yang lebih kejam sama saja kita jahat dengan orang tersebut.
Mila menatap nanar manik mata Bambang. "Bencilah Mila dan ayahnya bukan cucu Ayah, karena Ayah harus tahu penyesalan itu datangnya belakangan!!"
Plak!!
"Kamu mengajari Ayah?"
"Mila sama sekali tidak mengajari Ayah, namun Mila hanya mengucapkan itu biar Ayah sadar sebelum cucu Ayah membenci Ayah karena Ayah membuangnya," teriak Mila.
Cengkraman di lengan Mila semakin kuat hingga membuat tulangnya seperti remuk. Ia memejamkan mata agar air matanya lancar keluar dari kedua matanya.
Tbc...
Donr forget to vote and comment!! Thanks 😘😘
"Minal Aidin wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin 🙏🙏"
