love change to a doubt

69 0 0
                                    

Karin , ia terlelap disampingku. Seorang wanita dengan tubuh mungil , rambutnya panjang namun sedikit bergelombang , dan kulitnya yang kuning, dia kekasihku. Wajahnya terlihat lelah , rambutnya terurai dengan tegas , dan tangannya melingkar di pinggangku. Melihatnya di pagi ini membuat ku semakin mencintainya , dan jika hari itu tiba aku berjanji untuk selalu ada di sampingnya. "teett teett tett" bunyi handphone Karin berbunyi sangat keras. "mmhh" Karin mulai bangun dan mengolet perlahan. "Di , kok udah bangun duluan sih" ucapnya sambil membelai rambutku dengan lembut dengan tampang bangun tidurnya. "Iya , aku bikinin kamu teh" kataku sambil mencium keningnya. "Makasih sayang , aku siap - siap buat kerja dulu yaa" kata Karin yang siap meneguk teh buatanku dan langsung meninggalkan kasur sesegera mungkin dan bergegas ke kamar mandi. -Adi

Pagi yang sungguh melelahkan , dimana kerjaan kantor yang sungguh banyak hingga jadwal meeting nanti yang tak kunjung habis , sungguh menguras tenaga dan pikiran. Aku Karin , seorang head editor majalah di sebuah majalah fashion , umurku tahun ini menginjak 26 tahun. Aku tinggal seorang diri karena pekerjaanku yang mengharuskanku untuk tinggal di Jakarta , sedangkan orang tua ku tinggal di Yogyakarta. Adi, dia adalah pacarku semenjak SMA , kami berada pada SMA yang sama dulu , namun dia berbeda 2 tahun denganku , hingga akhirnya kami berpacaran sampai sekarang. Dia adalah arsitek , dan untungnya kami bekerja pada kota yang sama. Kami sudah berencana untuk menikah. Rencana kami menikah sudah dekat , tinggal 2 bulan lagi.
"Rinnn , buruan telat loh" Teriakan adi sungguh membuyarkan konsentrasiku.
"Iya di bentar tinggal pakai sepatu doang kok" kataku sambil memasang flat shoes berwarna hitam dengan aksen berwarna pink , hadiah kenaikan pangkatku dari Adi. Aku segera berlari menuju mobil dan membuka pintunya "Udah ini aku udah siap" kataku sambil menatap Adi dengan tatapan tegas. Tanpa basa - basi Adi segera menyalakan mobil dan mengendarai mobilnya.
"sayang aku kerja dulu ya , nanti aku telpon kalo udah selesai" kataku sambil melambaikan tanganku kepadanya. Akupun segera memasuki kantorku , kantor yang sungguh menyenangkan sekaligus memilukan karena beban tugas kantor yang cukup berat. "selamat siang mbak Karin , ini berkas yang ibu minta kemarin sudah saya revisi bisa ibu cek lagi" kata Sifi , editor junior baru yang baru beberapa bulan kerja. "okei makasih ya sif , oya sif tolong bilangin OB buat bikin hot chocolate aku yang udh aku kasih kemarin di lemari pantry ya" ucapku sambil mengambil berkas dari tangan sifi dan segera membawanya ke dalam ruangan kantor.
"tetet tetet tetet..." handphoneku berbunyi dengan nyaring , terlihat dari layar Bu Nany menelponku , ya , dia adalah designer baju pengantinku , saat jadwal istirahat nanti aku berencana untuk fitting baju pengantin.
"Gimana bu Nany"
"Selamat siang Karin , ini bajunya sudah bisa difitting saya tunggu jam satu di butik saya ya mbak"
"Baik bu , nanti siang saya kesana ya"
Aku segera mematikan telponnya , dan kemudian menghela nafas panjang.
Entah mengapa akhir - akhir ini aku sering merasa tidak yakin dengan pernikahanku. Aku merasa kurang yakin dengan Adi , padahal kita sudah bersama selama sebelas tahun , namun aku berusaha menghilangkan pikiran itu. Sembari menunggu jam makan siang aku pun segera mengecek revisi dan segera menyelesaikannya , dengan ditemani hot chocolate kesukaanku yang tadi sudah diantarkan oleh mas OB. -Karin

"Mbak , saya beli bunga mawar merah 10 tangkai ya mbak tolong sekalian di rangkai" Kataku kepada si penjual bunga. Hari ini aku akan mengantarnya fitting baju pernikahan kami , namun aku juga ingin memberikan sedikit kejutan karena sejujurnya aku jarang untuk memberikannya kejutan. "Ini mas bunga nya , semoga cintanya diterima ya mas" kata si penjual bunga sambil tersenyum ramah.
Aku segera menuju kantor Karin untuk menjemputnya dengan membawa bunga kesukaannya. "tetet tetet tetet" ponselku berdering cukup keras sehingga membuatku relfek segera mengangkatnya.
"Mas adi..." suara yang cukup mengagetkanku , suara yang sudah lama tak pernah kudengar kini kudengar lagi , suara Alina. -Adi

Ini kenapa Adi nggak njemput - njemput sih , kalo kelamaan aku naik gocar aja deh , gumamku sendiri. Aku segera mengirim pesan Line Adi , dan bilang aku akan langsung ke butik Bu Nany. Tanpa pikir panjang aku segera memesan gocar dan langsung ke butik bu Nany.
"lohhh dek Karin kok sendirian aja ini?"
"iya bu , abis Adi nya belum njemput-njemput saya , saya telpon tadi juga nggak diangkat , saya bisa coba bajunya dulu bu?"
"tentu , ini sudah saya siapkan , Shinnnn bantuin Karin ini pasangin bajunya dong" kata Bu Nany kepada pegawainya , Shinta.
Setelah fitting aku segera kembali ke kantor dan menghadapi rutinitas kerjaku yang sedikit melelahkan , meeting dengan atasan , meeting untuk membahas penerbitan dan beberapa diskusi dengan client cukup membuat hariku sempurna , ditambah Adi yang tidak bisa dihubungi sampai sore ini. Dan setelah semuanya selesai aku segera menelpon Adi.
"Rinn .. maaf" Adi menjawab telfonku dengan nada lesu.
"Aku nggak bisa jemput kamu hari ini" dan ..... telponnya langsung terputus begitu saja.
Entah mengapa hatiku langsung hancur saat itu juga , Apakah keraguanku tentang pernikahan ini benar ? Apakah Adi juga meragukanku hingga melakukan ini semua ?

sorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang