※THE BOYS SADNESS※

167 14 0
                                    

❎❌MENGANDUNG KATA-KATA YANG KASAR❌❎

Sebelumnya..

Aku celingak celinguk,
Ternyata…

Aku berada di rumah sakit.
"Apa? Kenapa..aku disini,"Gumamku pelan.
"Kamu beruntung nak,"Ucap seorang laki laki, memakai jas hitam, yang tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku.
"Anda siapa?"
"Perkenalkan. Saya Kim Jong Un. Saya dari kepolisian setempat,"Ucap ahjussi sambil menunduk memberi hormat.
"Kenapa...saya berada disini pak?"Tanyaku.
"Kamu ditemukan hampir terbakar nak. Kenapa kamu menembus kobaran api itu?"Tanya ahjussi, sambil duduk di sebelah ranjangku.
"Keluarga saya disana pak. Di dalam kobaran api itu.. Bagaimana kondisi mereka pak?"Tanyaku takut.
"Maaf. Kami tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang berada di dalam panti asuhan, kecuali kamu, yang baru saja menembus kobaran api, menembus panti asuhan yang sudah setengah hangus itu, untungnya kamu masih berada dalam jangkauan petugas kami yang tadi masuk ke dalam kobaran api"Jelas ahjussi itu.
         
Deg!

"Ja-jadi..para suster dan teman teman saya, meninggal seluruhnya pak?"
"Iya nak, maaf."
"Iya,bnggak apa pak,"Ucapku sambil tetap tersenyum manis di mukaku. Walaupun hatiku rasanya hancur…
"Kalau begitu saya keluar dulu nak. Ini,"Ucap ahjussi sambil menyerahkan aku sebuah amplop.
"Kebakaran itu disebabkan karena meledaknya gas. Amplop ini diberikan oleh walimu, semoga dapat berguna dan seluruh biaya administrasi sudah lunas,"Ucap ahjussi, lalu pergi meninggalkan ruanganku.
"Wali? Memang aku punya wali?"Gumamku pelan.
   Aku membuka amplop itu..
Uang..
"Aku tidak butuh uang. Aku butuh suster, aku butuh amy, aku butuh panti asuhan, aku butuh keluargaku,"Gumamku sambil menangis dibalik senyuman yang tetap tersirat di wajahku.
Tidak!!
Senyumanku menghilang
Mukaku datar
Pikiranku hilang
    Aku mencopot kabel infus, apapun itu yang mengekang diriku. Aku berdiri, agak sempoyongan, lalu berjalan keluar ruangan. Ku berjalan menuju apotik yang ada di rumah sakit tersebut.
"Beli obat penenang mbak,"Ucapku.
"Oh,iya dik, sebentar,"Perawat tersebut mencari, lalu memberikanku satu bungkus obat penenang.
“Diminum sesuai dosis ya, ini dosisnya tinggi jadi gunakan seperlunya saja”Tambahnya menjelaskan.
Aku tak peduli dengan penjelasanya. Pikiranku kosong
"Makasih,"
setelah membayar, aku pun pergi, menuju toilet umum. Aku masuk ke toilet, lalu membuka obat penenang itu. Aku membuka seluruh nya, totalnya ada 10 tablet. Aku meminum seluruhnya, sambil menatap cerminanku, wajah sendu, sedih, senyumanku menghilang.
    Setelah keluar dari toilet, keluar dari rumah sakit. Aku berjalan tanpa tujuan di trotoar. Menatap ke arah langit, mengapa hari ini begitu cerah? Apa langit bahagia atas bencana yang menimpaku ini? Apa yang sedang kulakukan sekarang? Seharusnya aku menghabiskan waktu ku di sekolah Bersama teman-teman. Aku tidak tahu kemana kaki ku membawaku pergi, aku ingin lari dari kenyataan yang menyakitkan ini.
Jung Hoseok •End•


   
   Friday, 5 July 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


  
   Friday, 5 July 2019.
       Min Yoongi.
     Aku suka main piano. Namun tak ada yang suka jika aku memainkannya. Dunia memang tak adil ya?
"YoonGi~ya, kamu nanti ikut lomba main piano lagi?"Tanya Jin hyung padaku.
"Nggak kayaknya. Pasti nggak di bolehin,"Ucapku datar.
"Aku heran, kalau memang berbakat, kenapa mereka tak mau mendukungku? Bahkan pianoku disita" Ucapku dengan tatapan kosong.
"Entahlah. Aku sudah capek dengan semua ini,"Lanjutku
"Kamu mau ngapain? Berhenti main piano?"tanya Jin hyung, terlihat sedikit panik.
"Mau bagaimana lagi, kalau aku main, aku juga rugi dimarahi terus,"jawabku.
"Nggak boleh gitu dong. Hwaiting lah Yoon, kamu kok hopeless banget."
"Susah hyung. Mereka terus-terusan nolak. Kalau aku tetep terusin, bisa aja aku diusir dari rumah."
"Pokoknya jangan nyerah, kayak aku nggak nyerah ngejar dia, terus soal piano kamu bisa pakai piano di dekat rumahku nanti kamu bisa kesana setelah pulang sekolah, biar aku yang bilang in orang nya deh"Ujar Jin hyung menyemangati.
"Well, thanks hyung, aku bakal coba ikut lombanya,"Cengirku.
"Eh! Itu dia, ayo hyung, ikutin,"Selaku sambil menunjuk seseorang.
"Aduh ya ampun,"Ucap Jin hyung terpesona.
"Jangan aduh-aduh an,"Ucapku sambil mengikuti sosok itu, dan hyung mengikuti dengan tampang malu malu.
                                  ---
      Walau aku ragu-ragu, akhirnya aku tetap ikut lomba itu. Aku belajar di sekolah, dan pulang sore setiap hari untuk latihan piano.
"Hari ini lombanya kan?"Tanya Jin hyung sambil merangkulku.
"Yeah. Aku nervous banget,"Ucapku sambil menghela nafas.
"Halah, kalau kau pasti bisa melakukannya Yoon. Pokoknya, hari ini latihan aja sampe bagus, tapi jangan kelebihan, nanti jarimu keselo lagi,"Ucap Jin hyung sambil nyengir.
"F*ck, bawel. By the way, orang tuaku mulai curiga aku pulang sore. Mungkin kalau aku bisa memenangkan lomba ini, mereka bisa sadar,"Harapku...
"Semoga aja Yoon. Fighting ya,"Ucap Jin hyung.
"Jin hyung, try out nya juga figthing okay,"Ucapku padanya.
       Aku dan Jin hyung berbeda setingkat. Dia kelas 12 dan aku masih kelas 11.
                                     ---
"Yang memenangkan lomba peringkat pertama adalah.... Min Yoongi!"
Saat aku mendengar namaku disebut, aku tersenyum. Lalu maju kedepan untuk memgabil piala yang akan kudapatkan.
       Namun suasana bahagia itu hilang. Saat...
BRAKK!!
2 orang mendorong pintu gedung, dengan amarah yang sangat meluap-luap.
"YOONGI!"Seru ibuku dari pintu masuk.
"Jadi selama ini kamu pulang sore untuk latihan lomba s*alan ini?"Tanya ibuku, saat ia sudah mencapai di panggung.
"Eomma, jangan disini,"Ingatku.
"Kamu menjadi anak yang melawan orang tua karena piano nggak guna itu! Harusnya kamu belajar yang giat, bukan main piano yang giat! Rangking ga seberapa aja udah belagu banget sama piano ga berguna kek gini!"
"Sh*t!"Seruku, saat sesuatu menimpuk tubuhku dengan sangat keras.
"Biarkan saja piala sial itu, ayo pulang!!"Bentak ayahku, setelah ia melemparku dengan sepatunya.
"Kenapa sih kalian nggak bisa lihat anak kalian sukses? Main piano itu juga berguna! Main piano bisa menghilangkan stress, mengingat aku menjadi anak dari kalian berdua, aku memang nggak tahu malu ya? Tapi aku depresi eomma, appa. Maaf jika itu menyakitkan kalian, dan maaf untuk semuanya, aku akan mengundurkan diri menjadi pemenang pertama,"Ucapku sambil mengepalkan tanganku.
            Setelah itu aku berlari, dengan kekuatan super cepat, menuju rumahku.
                               ---
"Aku pemenang pertama tapi mereka nggak mau tahu!"Ucapku sambil memecahkan gelas dan piring.
"Mereka cuma mementingkan belajar, belajar, belajar saja, padahal aku sudah belajar, emang kenapa kalo aku ga bisa rangking, setidaknya aku bisa menang lomba piano, kenapa mereka begitu g*blok sampai-sampai tidak terpikir hal seperti itu, aku bahkan bisa lebih membanggakan ke s'luruh dunia jika aku bisa masuk babak internasional, sungguh ga punya akal..BAJ*NGAN"Ucapku sambil menendang meja makan.
"Mereka itu orang tua, hidup bersama, membesarkanku, namun tak pernah mengenalku,"Ucapku lagi.
"Oh..pasti, ini yang mereka mau kan?"Gumamku menyeringai, aku mengambil korek api, lalu berjalan menuju gudang. Piano ku tersayang yang dikunci ayah di gudang. Aku menyeretnya, menuju ke kamarku. Lalu aku menyiram piano itu dengan minyak, dan membakarnya.
"Kalian pasti mau yang ini kan? Aku sudah berikan pada kalian,"Ucapku sambil tersenyum.
              Saat kobaran api piano mulai menjalar ke kamarku, dan setengah bagian kamarku sudah hangus, aku keluar dari jendela. Aku tersenyum saat kedua orang tuaku, berlari dengan panik,dan memanggil-manggil namaku. Mungkin mereka mau menyalahkanku lagi atas semua ini ya? Padahal alasannya aku melakukannya kan, untuk membahagiakan kalian. Apa sekarang kalian bahagia? Aku pergi dari rumah. Saat ini hanya satu tempat yang terpikirkan di kepalaku.    
    Min Yoongi •End• 

OMELAS WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang