My Mind [Zanita]

20 1 0
                                    

Sudah berkilometer jauhnya kami berlari untuk mencari pertolongan. Akhirnya kami berhenti beristirahat di gedung yang biasanya ramai ini, sebuah mall ditengah padatnya orang dan suara keramaian.

Jauh dari cerita keramaian dan suara orang-orang, sekarang yang ku dengar, hanya suara gesekan kaki-kaki yang berjalan. Seperti sebelumnya, tatapan kosong dan kaku. Sensasi ini, yang aku rasakan sama dengan saat dikelas sebelumnya.

Aku duduk bersandar dibelakang pintu toilet mall, memeluk lututku dan masih mencerna kejadian-kejadian yang kami alami. Rei mencuci mukanya diwastafel sedangkan Yasna duduk diatas wastafel membungkuk dan memainkan kakinya yang menggelantung.

"Aku masih tidak percaya ini, kenapa tidak ada orang-orang yang menggubris permintaan pertolongan kita. Aparat keamanan pun hanya menatap dan sibuk sendiri." ucap Yasna yang tiba-tiba sudah ada disamping kanan ku.

Aku hanya menggeleng lemah sambil menenggelamkan wajahku ke antara lutut.
Pikiran dan hati ku seperti sedang beradu argumen. Bagaimana Ayah, Ibu, Endi dan Indra, dimana mereka sekarang? Apa yang sekarang mereka lakukan dalam kondisi seperti ini?

"Yasna, Rei, dengarkan aku. Aku rasa kita sekarang tidak di dunia kita, aku belum tau pasti, tapi itu lah keyakinan ku saat ini" ucapku tanpa melihat ke arah mereka.

***

Sejak kecil aku memang menyukai dunia fantasy, action bahkan thiller.
Jika laptop ku dibuka banyak file film animasi maupun movie berhubungan dengan gendre tersebut. Tidak dari negeri sendiri saja film-film yang aku koleksi lebih banyak mangarah ke macamnegara seperti Amerika dan Jepang.

Membaca komik juga ikut masuk dalam hobi Zanita. Ia mengoleksi serial- serial terkenal, lengkap, tak luput dari perhatianya. Aku selalu berpikir dengan cara ku sendiri, seperti terpengaruh oleh tontonan dan bacaan.

Ibu ku sudah meninggal 9 tahun yang lalu. Tapi, aku sebagai anaknya tidak tahu apa penyakit yang merenggut orang terkasih ku sendiri. Ayah pernah bilang, ibu dipanggil oleh Tuhan agar hidupnya tidak merasa sakit lagi dan bisa memantau dan melindungi anaknya dari jauh. Sejak saat itu aku tidak pernah bertanya tentang itu pada Ayah, karena aku tahu dari matanya yang menahan rasa kerinduan dan kesedihan terdalam karna ditinggal oleh orang yang begitu ia cintai.

Ibu meninggalkan Ayah, aku, dan adik laki-laki ku. Ayah adalah orang yang setia. Ia tidak pernah aku lihat ingin berencana menikah lagi, walaupun aku tidak keberatan jika memang ia menginginkanya.
Setelah kepergian Ibu, Ayah pergi ke pulau seberang untuk mencari nafkah. Aku dititipkan oleh Ayah pada saudara perempuan Ibuku.

Setiap bulan ia mengirimkan uang pada ku hingga saat ini, tapi sudah 4 tahun belakangan Ayah tidak pernah pulang, umurku sudah beranjak 16 tahun. Aku selalu berdo'a kalau Ayah sehat disana. Tapi dalam hati terdalam aku ingin Ayah pulang walau sebentar. Aku tidak ingin uang, jika perlu aku akan cari kerja sambilan, aku hanya ingin Ayah kembali. Aku ingin merayakan ulang tahun ku dengan Ayah, berlarian ditaman, seperti keluarga yang lain walaupun tanpa Ibu.

***
2 Oktober 2098, pukul 20:56

Brak!

Dimana kalian menyembunyikan mereka ha? Aku tahu kalian yang menculik Yasna, Rei, Zanita daan..
Seketika aku melepas krah baju Ikan Buntal, Endi, Aku bergegas berjalan kearah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka.
Dan sekarang ku lihat Efan tertidur diatas tempat duduk, seperti, tempat duduk yang digunakan dokter gigi melayani pasien-nya.

Aku melepas ikatan yang ada ditangan dan kakinya. Aku menggendong tubuh tingginya di bahu kiriku.

PATTS!

Sebuah benda tumpul mendarat di kepala belakang Indra, seketika kepalanya berdenging dan semua menjadi buram dan gelap.

"Ooh jadi yang tinggi besar ini, Indra? Yang dari club basket itu kan? Kece juga." irene memeggangi dagu Indra, yang tergeletak dilantai akibat hantaman tongkat bisboll.

"Sheees, pipi ku sakit. Tangannya seperti tongkat bisball gitu." Keluh Endi menyipitkan matanya menahan sakit saat memegangi pipi kirinya. "Cepat masukan dia kedalam mesin Ferinaxel"

(CERITA INI HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang