Dark Days #1

52 2 0
                                    

29 september 2098 pukul 12:13,
Jam istirahat kedua

"Arrgh, Sumpah! pinggang ku rasanya mau patah deh" gerutu Yasna sambil mengangkat tangannya untuk melemaskan punggungnya yang kaku.

"Njiir, bener na, kenapa juga sih hari senin gini yang masuk guru killer semua" timpal Efan sebari memutar-mutar leher dan kepalanya.

"Woi Fan! Lu udah bikin pr Fisika?" Potong seseorang yang berlari dari arah belakang Efan.

"Hmm? Fisika? Yang mana?"

"Yang inii, 20 soal yang ngelanjutin latihan minggu kemaren. Masa lu kagak ingat"

"Anjiir gua belom bikin satu pun, lu udah bikin ndra?"

"Udah sih tapi cuma 2 nomor"

"Itu mah sama aja ga bikin Indra begoo, oi Na! Lu udah bik...." Serentak melengoh dengan Indra, kesamping kirinya tepat dibelakang Indra.

"Wah.. Bener-bener tu anak kalo udah denger kita bahas pr dia langsung kabur, pantesan gak kedengeran suara cemprengnya tau aja kita gak bikin" celoteh Efan

"Huffft, gimana ni? Orang udah pada keluar buat makan. Makan dulu aja yok Fan" balas Indra

"Makan aja pikiran lo,pantesan badan lo kek kuda nil. Bentar, gua punya ide. Kita ambil aja dari tasnya terus salin habiiis"

"Woi woi lu kagak ingat buku lo dirobek terus dibuang kebawah, mau coba lagi nyet?"

"Aah tenang... Taraaa gua bawa hp.. tinggal ckrek-in buku tu anak, kita salin deh sambil makan nasi goreng dibawah"

"Serah lu dah, gua ngikut aja. Mungkin setelah lo katahuan ambil buku tu anak palingan lo dilempar lewat jendela"

"Aaah, lu mau nyalin atau enggak sih sebenarnya. Kalo kagak pergi sana"

"Iye iyee gua mau nyalin, slow aja broo"

"Slow slow taik lo"

***
"Yasnaaa" kata seseorang dari depan warung soto Bu Eli. Aku melongoh, mungkin dengan tampang yang gak beres alias longor. Ternyata itu Rei si gadis imut teman ku sejak duduk dibangku SD tapi walaupun cantik dia seseorang yang sederhana dan enggak sombong.

"Kami langsung memesan 2 mangkuk soto dan duduk dibagian dekat jendela jadi bisa melihat leluasa ke arah halaman didepannya.
Tapi ada sedikiit yang menggangu pikiranku, merasa ada yang mengawasiku.
Dia! Sudah kuduga! Anak itu!, anak laki-laki berbadan gemuk dan memakai kacamata. Duduk diatas pagar tembok. Tatapannya seperti singa kelaparan yang siap menerkam mangsanya.

Dia adalah orang yang sama 2 hari yang lalu berpapasan dilorong deretan kelasku, sore sewaktu aku piket kelas. Saat lewat tepat disebelahku aku mendengar bisikan kecil yang halus sekali "kelinci yang manis.." Aku yakin dia mengatakan itu. Aku sedikit merinding juga takut jika bertemu dengannya lagi.

Aku berusaha mengelakkan mataku dan berusaha tidak memperhatikan dia sedikit pun. Aku melanjutkan cerita ku dengan Rei. Entah kenapa, aku tidak bisa menceritakan perasaan aneh ku ini pada Rei. Seperti ada sesuatu yang menahan ku, merasa seperti ada tekanan dihatiku agar tetap diam.

Akhirnya soto pesanan kami datang, sudah sedikit menghilangkan pikiran-pikiran aneh ku, dan juga rasa lapar yang tadi menggerogoti sudah hilang bersama pikiran aneh itu.

          ***
15:30, jam pulang sekolah

Aku berjalan ke arah kelas Rei, kami selalu pulang bersama. Biasanya ada Efan, Indra dan Zanita. Tapi mereka punya kesibukan sendiri. Efan ada latihan futsal untuk pertandingan yang diadakan disekolah kami 4 hari lagi.
Indra hari ini ada latihan club basket sedangkan Zanita ada kerja kelompok dengan teman sekelasnya. Akhir-akhir ini jarang sekali kami bertemu.

"Reeii.." Kata ku melongohkan kepala dari balik pintu kelasnya.

"Tungguin bentar, ni cuma tinggal buang sampah"

Aku mengangguk dan duduk dikursi panjang didepan kelasnya. Enggak sampai 5 menit dia sudah siap dengan piket kelasnya, Rei dan aku pun berjalan melewati lorong yang ada dideretan kelas kami diikuti cahaya matahari sore yang tidak terlalu panas dan angin lembut yang membelai pundak dan rambut kami lalu kami menuruni anak tangga, kelas kami ada dibagian lantai 3.

Rumah ku dengan sekolah kira-kira berjarak 400 meter lebih. Jika dibandingkan dengan Rei jarak rumah ku dengannya kira-kira berjarak 200 meter jadi jika pulang, Rei lebih dulu dan setelah itu aku lanjut jalan sendiri.

"Daah Na, aku dulu ya"

"Oke Rei, o iya besok jangan lupa bawa buku seni suara ya. Aku perlu besok ada ujian praktek"

"Siip mbak" jawab Rei sembari masuk kehalaman rumahnya.

"Sesudah melewati belokan dekat rumah ku aku merasa ada yang mengikutiku sedari rumah Rei tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesudah melewati belokan dekat rumah ku aku merasa ada yang mengikutiku sedari rumah Rei tadi. Dia perempuan, aku merasa pernah melihatnya tapi aku lupa dimana. Aku berusaha tetap tenang dan tidak terlalu memikirkannya karena dia hanya seorang perempuan sepertiku. Tidak ada yang perlu aku khawatirkan. Setelah beberapa langkah melewati belokan itu dia memanggil ku.

"Hei! Hallooo" panggilnya. aku menengok kebelakang, sekarang dia tersenyum manis dan melambaikan tangan kanannya.

"Aku?" Tanyaku

"Ya iyalaah" dia berjalan beberapa langkah kehadapan ku.

"Heei, boleh kenalan? Nama ku..."

"Tiba-tiba ada tangan besar yang menutup mulut Yasna dengan menggunakan sebuah sapu tangan dari arah belakangnya dan Yasna seketika langsung pingsan.

"Mudah sekali deh dibodohin, padahal tampangnya tomboy loh. Liat aja gelangnya, warnanya gelap semua" cetus Irene.

"Bantuin kek bukain pintu mobil, dari tadi lo cuma ngomel tau gak!" Bentak Endi, yang sedari tadi membopong Yasna.

"Oke-oke bos" jawab Irene sambil membuka pintu mobil.

Mereka langsung membawa Yasna pergi dengan mobil ketempat persembunyian.

(CERITA INI HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang