Sorry for typos
.
.
."Shit jangan berbicara sembarangan." Beam mengambil lap dan membasahinya sedikit lalu mengelap meja makan yang terlihat kotor.
"Apa P tidak pernah bersih bersih rumah. Lihat semuanya jadi rapi saat aku membersihkannya?" Sindir Beam.
"Terimakasih N'Beam."
Sunyi meliputi mereka seketika. Forth ingin sekali mengungkapkan isi hatinya pada Beam tapi ia terlalu munafik. Ia merasa sangat brengsek.
"Beam.."
"Hah." Jawab Beam sambil membereskan dapur Forth.
"Beam minggu lalu-"
"P sepertinya aku sudah harus pulang." Beam tau apa yang mau dikatakan Forth. Daripada ia tersakiti lebih dia menghidar lebih dulu, pikirnya.
Beam berjalan dengan cepat mengambil tasnya dan memasang sepatu terburu buru.
"Beam, Kau-"
"Hmm aku pulang P." lagi Beam memotong ucapan Forth dan langsung keluar dari apartment Forth.
.
.
.Sudah 2 hari semenjak Beam meninggalkan Forth. Mereka sempat saling membalas pesan di line tapi sejak tadi malam Forth sudah tidak menjawab lagi. Entah apa yang di lakukan Forth hingga tidak membalas pesan dari Beam.
'P kau baik baik saja?' 07.30
Beam melihat pesan yang sudah dikirimnya tadi pagi dan sampai sekarang tidak dijawab.
"Hei Beam kau melamun." Kit menepuk punggung Beam pelan. "Dan kenapa kau terlihat tidak semangat biasanya kau selalu menggangu wanita disana." Kit menunjuk wanita wanita yang sedang duduk di meja sebrang mereka dengan dagunya.
"Iya dan biasanya kau paling banyak makan." Sahut Pha.
"Hmm Pha Kit-" Beam mengeluarkan tumpukan kertas dari tasnya dan meneruhnya di hadapan Pha dan Kit. "Ini tugas ku. Tolong kumpulkan, aku akan pergi sekarang." Tanpa berkata apa apa lagi Beam langsung lari menuju parkiran sekolah.
.
.
.Beam melajukan mobilnya menuju fakultas teknik. Ya. Dia ingin menemui Forth. Dia terlalu khawatir padahal Forth hanya tidak menjawab pesannya dari tadi malam.
Berjalan tenang Beam pun akhirnya sampai di depan gerbang fakultas teknik. Dia terlalu nervous sekarang.
"Eh Beam." Beam menolehkan wajahnya dan menemukan Panit disana. Salah satu teman Forth.
"Ai' Panit." Sapa Beam juga.
"Apa yang kau cari disini?" Tanya Panit.
"Sebenarnya-"
"Oh atau siapa yang kau cari disini?" Beam menundukkan wajahnya seketika.
"Hmm."
"Forth?"
Beam mendongakkan wajahnya dan mengangguk pelan.
"Dia tidak masuk." Sahut Panit. "Hmn sudah ya Beam aku harus pergi sekarang." Panit menepuk pundak Beam dan pergi meninggalkan Beam dengan wajah bingungnya.
"Tidak masuk?" tanya Beam pada dirinya sendiri. "Ish bikin khawatir saja." Beam menggerutu pada dirinya sendiri dan berjalan kembali menuju mobilnya.
"Apa aku harus kesana?" Beam tidak pernah sebingung ini sebelumnya, alih alih bingung, sebelumnya dia yang suka membuat wanita wanita bingung dengan sikap playboynya. "Setidaknya aku harus memastikan dia tidak kenapa kenapa."
.
.
.Beam berjalan pelan dan sedikit ragu. Semakin dekat dengan kamar Forth dia semakin nervous saja.
Baru saja Beam hendak mengetuk pintu kamar Forth, pintu itu sudah terbuka sendiri dan melihatkan sosok perempuan cantik.
Perempuan itu menatap Beam sebentar lalu kembali menatap Forth dengan senyum manisnya, sedangkan Forth hanya bisa bingung melihat Beam yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Jangan suka mandi malam malam Forth, kau jadi sakit sekarang." Perempuan itu memeluk Forth lalu pergi melewati Beam begitu saja.
"Beam?" Beam memperhatikan wajah Forth. Pucat. Mungkin Badan Forth panas, pikirnya. "Beam mengapa kau bisa disini?"
Beam tidak menjawab dan malah menaruh tangannya di jidat Forth. Agak sulit memang karena Forth terlalu tinggi.
"Shit." umpat Beam. "Ini panas sekali. Apa P tidak merasa pusing?" tanya Beam dan mendorong masuk Forth.
"Setelah melihat mu pusing ku hilang." Jawab Forth mengangkat satu alisnya dan tersenyum kecil.
"Setelah melihatku atau melihat dia?" Beam mengecilkan suaranya tapi bukan Forth kalau tidak bisa mendengarnya.
"100% setelah melihatmu." Forth tersenyum manis membuat pipi Beam panas seketika.
"P sekarang tidur di kamar. Aku akan menyusul."
Forth yang memang sudah sangat lemas dan berjalan pelan pelan menuju kamarnya. Dia sakit entah karena apa. Tiba tiba badannya panas dan tenggorokannya yang terasa serak.
Dan Forth sangat senang saat melihat Beam disini, padahal ia sengaja tidak memberi tau Beam. Dia pikir Beam tidak akan peduli padanya.
Beam masuk kekamar Forth dengan segelas air putih dan melihat Forth
yang sudah memejamkan matanya.Beam duduk di samping badan Forth yanv terkulai lemas.
"P'Forth." Suara Beam terdengar sangat pelan dan malah semakin membuat tidur Forth nyenyak. "P minum obat dulu." Beam mengeluarkan obat yang selalu dibawa ditasnya.
Forth membuka matanya dan terlihat sekali bahwa matanya merah. Beam semakin khawatir dan segera mengompres Forth dengan kompres plester yang juga selalu dibawa di tasnya.
"P kau mau ke rumah sakit. Mata P sudah merah?" tanya Beam pelan.
TBC