MB-4

37 6 13
                                    

Saat ini kelasku masih jam pelajaran olahraga. Pelajaran yang biasanya sangat disukai oleh teman-temanku. Karena tidak membosankan seperti pelajaran lain.

Bel berbunyi membuat kami segera bangkit dan berjalan meninggalkan lapangan. Bel itu tanda pelajaran olahraga berakhir dan waktu istirahat tiba.

"Sya, yuk kantin. Laper banget gue," ajak Leira seraya mengusap perutnya tanda lapar.

"Yaudah yuk."

Perjalanan menuju kantin ditemani ocehan Leira. Ya, dia memang cerewet. Meski begitu aku sangat menyayanginya.

Kantin pun sudah ramai saat aku sampai di sana. Dilihat dari luar begitu sesak oleh siswa yang ingin mengisi perutnya.

"Ra, makan di kelas aja deh ya. Rame banget gitu," ucapku.

"Okedeh, lo mau makan apa?"

"Siomay aja, jangan pakai kecap ya."

Aku memang tidak menyukai saus hasil olahan kacang kedelai itu. Nasi goreng sekalipun. Tapi kalau sedikit sih tidak masalah.

Bukan karena alergi. Cuma gak suka aja.

Aku berdiri di pintu masuk kantin. Memperhatikan murid yang berlalu lalang melewatiku. Hingga perhatian tertuju pada seorang siswa dengan hidung mancungnya.

"Lo lihat apaan?" tanya Leira yang ternyata sudah berada di sampingku.

"Kok lo udah di sini aja? Kan di dalam rame banget."

Aku heran karena ia bisa mendapatkan makanan begitu cepat. Aku tahu sih, Leira memang memiliki badan yang mungil.

"Nyelip dong gue," balasnya disertai cengiran. Lalu mengerutkan kening dan menanyakan pertanyaan yang belum kujawab.

"Tadi lo lihat apaan?"

"Cowok itu, Ra," jawabku mengarahkan pandangan sepenuhnya pada lelaki si hidung mancung.

"Oh, Dean. Emang dia kenapa?"

"Lo kenal dia?" tanyaku balik. Aku tidak tahu jika Leira berteman dengan si hidung mancung.

"Iya, gue satu sekolah sama dia dari SD. Gak deket sih, cuma sekadar tahu aja."

Aku menaikturunkan kepalaku mengangguk, masih memperhatikan Dean yang sedang duduk dengan temannya di depan aula.

Di depan aula ada deretan kursi panjang. Tak hanya di depan aula, di bagian luar tiap kelas pun ada. Entah mengapa si hidung mancung dan teman-temannya memilih duduk di sana.

"Lo suka Dean?"

"Gak kok," balasku cepat.

Bagaimana mungkin aku bisa suka dengan seseorang yang baru kulihat sekali. Meski tak menutup kemungkinan adanya cinta pandangan pertama.

"Sok gak suka, tapi ngeliatin terus," cibir Leira diikuti bibirnya yang sedikit mencebik.

Aku tak mengacuhkan ucapan Leira. Karena pemandangan di depanku ini jauh lebih menarik.

"Gue punya temen di kelasnya dia. Nanti gue bantu deh biar lo bisa deket sama dia. Gimana?" tanya Leira.

"Gue tahu siapa yang lo maksud. Dia kan temen gue juga. Udah ah balik ke kelas yuk."

Kami pun berjalan menuju kelas. Leira tak hentinya menggodaku karena Dean. Entah mengapa rasanya menyenangkan memperhatikan Dean dari jauh.

¤¤¤

Pada saat jam istirahat kedua, keadaan kelas sepi karena semua beranjak meninggalkan kelas. Ada yang ke musala untuk salat zuhur. Ada juga yang ke kantin.

Aku yang sedang berhalangan memilih untuk tetap di dalam kelas karena Leira sedang salat. Setelah beberapa lama, rasa bosan pun mendatangi.

Akhirnya aku berjalan untuk duduk di depan kelas. Di luar pun sama. Tak banyak yang berlalu lalang. Tanpa sadar perhatian tertuju pada kelas sebelah.

Cukup lama aku memperhatikan pintu masuk kelas itu. Kelas VIII-2. Secara tiba-tiba temanku yang berada di kelas sana berjalan ke arahku.

"Lo ngapain ngeliatin kelas gue, Sya?" tanya Dera.

Baru mau menjawab, sesosok manusia yang berada dalam pikiran melewati kursi tempatku duduk. Membuatku mengatupkan kedua bibir kembali. Mata pun mengikuti ke mana ia pergi sampai hilang di balik pintu kelas.

"Gue tanya malah ngeliatin Dean. Oh gue tahu, lo suka dia ya?"

Apa aku menyukai Dean? Oh no, pikiranku berteriak keras mengatakan tidak.

Mengapa kedua temanku ini mengatakan aku menyukainya?

"Kok lo di kelas aja. Lagi halangan?"

Aku mengalihkan pembicaraan, membuat Dera menggembungkan kedua pipinya. Pipinya yang chubby membuatku gemas untuk mencubitnya.

"Sakit woy!" seru Dera seraya mengusap pipinya yang memerah. Mungkin aku mencubitnya terlalu keras.

Seketika tawaku pecah melihat rautnya yang begitu lucu.

"Hahaha."

Dera semakin menggembungkan pipinya dan bangkit memasuki kelasnya tanpa berbicara sepatah kata pun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Bestfri(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang