----------
"Ayolah Mom, it's not a big deal. Dad tidak akan marah karna aku membeli perusahaan itu. Dan tentang Keyara, Apakah benar kau ingin aku berhenti?" Keii memanjakan suaranya membuat hati Ara luluh."Selesaikan masalahmu, lalu kita akan bicarakan ini lagi. Dan lepaskan aku anak muda" Ara mendengus kesal lalu keluar dari Penthouse itu.
Keii tertawa melihat kelakuan ibunya, seperti Abg labil yang baru saja diputuskan oleh cinta monyetnya.
----------Annabeth PoV
Aku melarikan diri ke kamar mandi setelah sebelumnya Mom mengancam akan menyiramku jika aku tidak bangun.
Aku tertawa sebentar sambil membetulkan nafasku, lalu aku membasuh tubuhku.
Setelah selesai mandi, aku terkejut saat mendapati Mom masih berdiri di samping kasur. Dikasur terdapat kemeja putih dengan rok span hitam.
Aku menaikan alisku "Untuk apa itu Mom?" Tanyaku berjalan mendekat.
Mommy melemparkan sepucuk surat keatas kasur, aku langsung mengambilnya.
Surat itu dari sebuh perusahaan percetakan, isinya mengenai diterimanya aku untuk menjadi konsulatan dalam penerbitan tersebut.
Tunggu! Aku? Diterima? Aku melihat Mom yang menatapku dengan senyum misteriusnya.
"Yayyyy" aku berteriak sambil melompati kasur untuk mencapai sisi yang satunya dimama Mommy berdiri. Aku memeluknya. Perasaan membuncah di dadaku membuatku susah bernafas. Aku tertawa dan Mommy ikut tertawa.
Mom melepaskan pelukannya "Bergegaslah, mereka menginginkanmu untuk berada di kantor jam 8" ia mengendikan dagunya menunjuk jam yang tertempel di dinding.
Aku memberi hormat kepada Mom layaknya orang yang memberi hormat pada bendera.
•••
"Kau bekerja di ruangan ini, apapun yang kau dengar di dalam sana jangan di hiraukan. Mengerti?" Aku mengangguk sembari melihat arah ruangan yang ditunjuk oleh Direktur percetakan.
Aku memulai tugasku, melihat data-data apa saja yang harus diperbaiki. Ini terlalu membosankan, tidak seperti berjalan diatas CatWalk.
"Axel ada di dalam?" Suara itu menginterupsi ku. Aku menoleh kearah bunyi suara.
Seorang perempuan berdiri dengan angkuhnya di hadapan mejaku. Tangannya bersedekap di dada. Caranya berpakaian cukup Stylish hanya saja warnanya terlalu nabrak.
Aku menatapnya dari atas hingga ke kaki. Gak punya sopan santun banget. Cibirku.
"Heh, berani banget sih ngeliatin gitu. Tinggal jawab aja Axel ada atau enggak." Wanita itu membentakku. Heh. Dia pikir dia siapa?
"Selamat siang, maaf rumah sakit jiwa bukan disini. Mungkin beberapa blok dari sini. Entahlah. Dan pintu keluar diarah sana" aku menunjuk pintu lift dengan daguku. Lalu aku duduk kembali.
Wajah wanita itu memerah, seketika dia mencengkram tanganku. "Kalo ngomong yang baik. Kamu tidak tau siapa saya. Dan saya akan buat kamu menyesal pernah berkata seperti itu!" Ancamnya.
Aku memutarkan bola mataku jenuh lalu menghentakan cengkraman tangannya. "Saya disini hanya untuk mengurusi masalah percetakan, bukan untuk mengurusi penderita sakit jiwa!" Aku menatapnya sekilas dan berbalik. Untung saja ini sudah jam makan siang.
Bisa ku lihat wajah wanita itu semakin merah padam. Ia benar-benar marah.
Aku tertawa didalam perjalanan akan ke kantin. Tak melihat jalanku, aku menabrak sesuatu dan yang ku tau itu adalah punggung terbidang yang pernah ku tabrak.
Aku mengaduh kesakitan saat bokongku mendarat mulus tepat diatas lantai yang dingin dan keras. Pria itu mengomel dari balik badannya.
"Kalau jalan hati- hat-" tak menyelesikan ucapannya, membuatku penasaran. Sontak aku mendongkak dan terkaget melihat siapa pria tersebut.
"Kau..." ucapku pelan.
"Anna" balasanya hanya dari gerakan bibir tanpa suara.
=====
Akhirnya aku kembali lagi. Aku bakal usahain biar cepet update deh. Doain aku yaa...Jangan lupa Vote dan Comment ya...
Selamat Membaca
=====
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled
Romance"Kau tidak pantas berada disini, kau selalu membuat segalanya menjadi kacau!" Teriak Keii yang membuat para tamu memandangnya. -Keii Alexandre Kyle "Aku tidak berharap untuk dilahirkan menjadi seorang pengacau. Aku tidak pernah mengganggu hidupmu...