Part 1

918 35 53
                                    

***
Suasana di ruang keluarga itu hening, semua orang sibuk dengan pemikiran nya masing-masing. Disofa itu Alya juga tak henti-henti nya menahan tangis nya agar tak terdengar.

Lain hal nya dengan ayah nya Alya yang bernama Doni juga memijit-mijit pelipis nya, sedangkan ibu nya Alya yang bernama Jannah juga merasa cemas terhadap Alya, takut jika Alya akan melakukan cara-cara yang fatal untuk membatalkan wasiat itu, sedangkan Kakak nya Alya yang bernama Elina hanya diam, sibuk dengan pikiran nya bagaimana agar permasalahan ini selesai.

Hening menguasai suasana di ruangan itu. Akhirnya,Alya angkat bicara.

"Yah, ayah gak bisa seenak nya gini sama Alya. Masa cuman karena Wasiat dari kakek, ayah mau menjodohkan Alya sama orang yang gak Alya kenal sama sekali" Tandas Alya, walaupun perkataan nya agak membentak karena sudah tak tahan untuk mengeluarkan uneg-uneg nya sedari tadi.

"Bukan begitu nak, ayah hanya ingin melaksanakan amanah dari kakekmu. Insya Allah jika kamu menerima nya dengan hati yang tulus semua akan berjalan dengan indah" Ucap Ayah nya Alya dengan tenang.

"Tapi gak gini juga yah! Gimana jika masa depan Alya gak cerah kalau nikah di usia muda? Bukan nya Ayah sendiri yang bilang kalau Alya harus punya masa depan yang cerah?" Jelas Alya tak bisa menahan air mata nya lagi.

Ibu nya Alya pun langsung mengusap bahu Alya dengan lembut, seraya berkata
"Terima lah nak, karena ini amanah dari kakekmu, kamu mau kan liat kakekmu bahagia disana sebab amanah nya terpenuhi?" Ucap Ibu Alya dengan nada Lembut

Alya pun langsung bangkit berdiri tanpa mengucapkan permisi, lalu segera berlari menuju kamarnya. Sakit? Sudah pasti. Siapa yang tidak sakit ketika kita disuruh melakukan sesuatu yang belum siap kita lakukan apalagi tanpa pemberitahuan sebelum nya.

Tak lama dari itu, Elina pun angkat Bicara,
"Yah, Bun. Aku mau nyusul Alya dulu ya. Aku bakal bujuk dia bicara baik-baik. Insya Allah wasiat kakek bakal terpenuhi" Ucap Elina sambil tersenyum untuk menenangkan kedua orang tua nya.

Doni dan Jannah pun mengangguk tanda setuju,
"Assalamualaikum" Pamit Elina berlalu meninggalkan kedua nya.

"Waalaikummussalam" Sahut Doni dan Jannah berbarengan.

***
Braakkk!!!
Pintu kamar dibuka dengan kencang,
"Astagfirullah" Ucap Alya seraya menenangkan dirinya sendiri, ia sadar tidak sepantas nya ia tadi berbicara lebih nyaring daripada orang tua nya. Apalagi tadi ia meninggalkan mereka tanpa mengucap Salam.

Tak beberapa lama Elina datang menyadarkan lamunan di sela isak tangis nya.

"Dek, kamu yang sabar ya!" Ucap Elina penuh kasih sayang kakak kepada Adiknya.

"Gimana aku bisa sabar kak menghadapi situasi kayak gini? Kalo kakak yang ada di posisi aku apakah kakak bisa sabar?" Tanya Alya dengan nada bertanya *yaiyalah

"Ya sudah, sekarang ikhlaskan semua yang terjadi dek. Ayo penuhi amanah kakek! Kamu mau kan?" Ajak Elina penuh harap.

Alya hanya mengangguk pasrah, menurut nya walaupun ia menolak pasti wasiat itu akan tetap dilaksanakan. Daripada ia terus-terusan melawan kepada orang tua yang membuat dosa nya makin bertambah ia lebih memilih ikhlas karena Allah swt.

"Alhamdulillah! Semoga ini awal menuju lebih baik lagi yah de!" Ucap Elina tersenyum senang, yang dibalas senyuman tipis oleh Alya.

Iqbal...  Nama ini kini terus membayangi pikiran Alya.

***
A/n.
Akhirnya setelah hiatus berabad-abad dari cerita ini, w memutuskan untuk lanjut nge-publish.

Seneng gak?seneng dong :D

W harap masih ada yang nyimpan cerita ini di library, bikos cerita ini kayaknya udah tersisihkan dari dunia oranye.

Okey, udahan dulu w bacot nya. Thx ❤

Revisi (21.05.2018)

Dia JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang