Author pov.
Sephine kembali dengan rutinitasnya yaitu menjemput nisya untuk berangkat sekolah bersama. Nisya membukakan pintu untuk sephine dan menyambutnya dengan semangat.
"Selamat pagi sephine nya akuu" ucap nisya sambil membuka lebar pintu rumahnya sebelum sephine mengetuk pintu.
"Lah tumben banget lu bukain pintu sebelum gue ketok" tutur sephine sambil melempar pandangan jijik melihat tingah nisya.
"Iya kan gue lagi seneng" ucap nisya sambil senyum-senyum.
"Oh gue tau pasti karena si tio tio itu kan" ucap sephine sambil membuang muka.
"Yeee..elu mah gitu aja ngambek, iya nanti gue ceritain kok" ucap nisya sambil merangkul sephine dari samping.
"Iya deh" balas sephine tersenyum.
**
"Assalamu'alaikum" ucap nisya saat memasuki kelas yang masih terlihat sepi.
"Wa'alaikumsalam" jawab dian dan aurel bersamaan.
"Nurin sama nirma belum dateng?" Tanya nisya sambil meletakkan tas punggung miliknya diatas meja yang berada disebelah aurel.
"Belum, mungkin bentar lagi" jawab dian.
Nisya hanya mengangguk atas jawaban dian, karena dia sedang tidak mood untuk berbicara banyak kecuali dengan sephine. Ia berniat mengumpulkan tenaga untuk cerita panjang lebar tentang doi-nya setelah pulang sekolah nanti.
**
Nisya pov.Setelah bel pulang sekolah dibunyikan, aku berniat menjemput sephine dikelasnyanyang berada dilantai 3, dengan semangat aku menggendong tasku menyusuri koridor serta menaiki anak tangga satu persatu menuju kelasnya.
"Gue harus cerita hari ini sama dia, biar ngga ada salah paham lagi" gumamku dalam hati.
Setelah berada didepan kelasnya, aku bertemu dengan kak galih yang notabenya ketua osis yang mendampingi sephine semasa los. Aku hanya bisa menunduk karena tidak mau keberadaanku diketahui olehnya.
Karena aku tidak memperhatikan jalan didepanku, tanpa sengaja aku menabrak punggung seseorang. Seketika si pemilik punggung menoleh dan menatap tajam ke arahku yang sedang membenarkan jilbabku.
Setelah beberapa detik dia membenarkan letak kacamatanya seperti memastikan sesuatu, aku melihatnya kebingunan sambil mengangkat alis. Dan tanpa diduga-duga, ia malah tersenyum sambil meminta maaf kepadaku.
"Eh maaf aku ngga tau kalo kamu mau lewat, aku ngehalangin jalan ya?" Ucapnya seperti orang yang merasa bersalah, padahal kan aku yang nabrak dia.
Eh tunggu, dia tadi bilang apa? Aku? Kamu? Biasanya kan lu gue. Yaudah lah ya mungkin dia keceplosan atau apalah serah dia. Bodo amat.
"Eng..engga kok gue yang salah" ucapku datar.
Belum sempat dia menjawab, aku langsung menanyakan sesuatu tentang sephine.
"Eh kelas ini belum pulang?" Tanyaku sambil menunjuk sebuah kelas."Oh yang ini? Habis gini mungkin" ucapnya sambil tersenyum kaku.
"Yah gimana si, elu kan pendampingnya, kok jawabnya ngga yakin gitu" cerocosku.
"Loh kok kamu tau aku pendampingnya?"
Mampus. Ini mulut ngapain juga si pake keceplosan, kan malu.
"Anu...gue nebak aja si, soalnya lu kan berdiri dekat kelas ini" tuturku bohong.
"Oh..gitu" jawabnya sambil menganggukan kepala.
"Kenapa kamu tanya kelas ini? Ada pacarmu?" Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Singkat
Teen FictionSetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi, Bagaimana jika 2 orang sahabat ini tidak bisa menjalani salah satu dari kedua hal tersebut. " kalo emang keputusan berpisah itu yang terbaik, gue coba buat ikhlas. Karena gue yakin suatu saat kita bakal k...