Setara by. Asima Syaquila

277 11 0
                                    

Hari ini sama seperti biasanya, lagi-lagi senior aku meremehkan aku karena aku wanita dan memakai hijab.

Aku enggak pernah bisa mengerti kenapa mas Ridwan selalu menentang aku untuk ikut timnya. Tim yang aku maksud adalah tim photographer yang sudah aku jalani selama kurang dari tiga tahun ini.

Mas Ridwan diam-diam selalu menjadi musuh terbesar aku di perkumpulan ini. Aku coba menghormati dan menerima setiap keputusannya karena beliau termasuk yang paling senior. Tapi enggak aku pungkiri juga ada saat-saat dimana aku hampir kehilangan kesabaran aku menghadapi keputusan beliau yang aku rasa enggak adil sama aku.

Entah cuman perasaan aku aja atau apa, tapi mas Ridwan selalu mengucilkan aku dari tim. Yang dia bilang pasti hampir sama tiap saat.

"Kamu tuh perempuan, badan kamu lebih lemah dari anggota lain yang laki-laki, jadi mendingan kamu enggak usah ikut."

"Wanita berhijab enggak boleh bersentuhan sama laki-laki yang bukan muhrim. Jadi gimana kamu bisa ngelaksanain pekerjaan kamu sebagai photographer diantara para lelaki itu nanti."

Pasti aja masalah karena aku perempuan dan memakai hijab itu menjadi alasannya. Dan yang membuat aku bingung, ucapan itu keluar dari mulut seorang pria muslim yang punya istri berhijab dan anak perempuan. Jadi apa itu yang dia pikirkan tentang perempuan dan hijab?

"Mungkin karna dia termasuk pria yang menganggap wanita itu makhluk lemah yang tugasnya hanya akan berakhir menjadi ibu rumah tangga." ujar mbak Siska yang tiba-tiba menghampiri aku dan duduk di samping aku.

"Eh, mbak. Ada apa? Apa aku dipanggil lagi?"

"Enggak kok, enggak ada yang manggil kamu lagi. Jadi kamu boleh lanjut duduk santai aja disini."

Setelah aku dipanggil oleh para senior, hanya untuk menyampaikan kalau lagi-lagi aku enggak dimasukan ke tim photographer yang akan pergi ke Gaza. Alasannya? Seperti yang aku bahas sebelumnya. Dan yang paling vokal menyampaikan keputusan itu adalah mas Ridwan. Kenapa dia sepertinya sangat senang memperlakukan aku seperti ini sih? Bikin hati panas aja! Dan untuk mendinginkan hati dan kepala aku yang panas aku pergi ke beranda di lantai dua tempat perkumpulan kita ini.

"Masih bete?" tanya mbak Siska.

"Yaa... lumayan sih mbak. Aku cuman masih bingung aja, salah aku tuh apa sih mbak?" mbak Siska tertawa karena pertanyaan aku ini. Mungkin karena pertanyaan aku ini konyol ya?

"Kamu enggak salah apa-apa. Ini salah orang egois yang merasa dia lebih benar dan tahu segalanya tanpa menanyakan pendapat orang lain. Dan kamu cuman jadi korbannya aja." mendengar ucapan mbak Siska aku jadi menundukkan kepala aku.

"Jangan putus asa dulu. Kalau kamu menyerah sekarang, berarti usaha orang yang mau menjatuhkan kamu itu jadi berhasil." mbak Siska menepuk bahu aku.

"Apa mas Ridwan mau membuat aku keluar dari perkumpulan ini?" tanyaku dengan agak kaget dan bingung.

"Tenang aja, kamu bukan satu-satunya yang jadi korban keegoisan dia sebagai pria kok."

Jadi benar, kalau mas Ridwan itu sengaja berbuat seperti itu selama ini supaya aku keluar dari perkumpulan karena keinginan aku sendiri?

"Tapi mbak yakin kamu bisa ngehadapin masalah ini, karna mbak tahu kamu lebih berani daripada sekarang ini."

"Kayaknya mbak lebih berani, soalnya mbak bisa bertahan sampai sekarang."

"Itu sih karna mbak tipe orang yang bodo amat sama pendapat orang lain. Dulu sih si Ridwan itu suka banget ngajak mbak adu mulut. Apalagi kalau ada issue perdebatan antar agama atau ras yang lagi rame dibahas di TV, dia pasti suka ikutan seenaknya post komen dia tentang itu di sosmed. Awalnya mbak biarin aja dia ribet sendiri, tapi pernah mbak sentak dia lumayan keras karna mbak ngerasa kata-kata dia udah melenceng dan malah semakin memperkeruh suasana aja."

Siap Jadi Hijaber (?) #BJPWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang