Part 15

291 9 0
                                    

Flash back
.
.
"Eh.. kamu dari club photographer, kan?"

"Eee... Iya"

"Btw, aku mau mintak tolong bole ga?"

"Minta tolong apa?"

"Jadi gini.. besok kan kita bakal persami di dekat villa bukit Bandung. Kamu juga ikut kan?"

"Iya"

"Nah kamu bisa kan jadi dokumenter gitu foto seluruh kegiatan kita.."

"..."

"Kok malah bengong.. mau gak?"

"Iya.. mau.. mau banget"

"Nah gitu dong. Makasih yah.. eh ntar datang ke aula yah aku kasi tau kelanjutannya terus..."

"Cittt..... Buruan ke kantin... lama banget deh"

"Eh nanti kita lanjutin lagi yah.. aku pergi dulu yah sampai ketemu nanti.. daahhh"

____________________________________

Fiko's POV

Sudah hampir sebulan umur pernikahan kami. Tak sedikit pun aku merasa kasih sayang dari istriku. Aku.. aku ingin banyak berbincang dengannya. Ada banyak hal yang ingin kutunjukkan padanya. Tapi dia terlalu sibuk. Hampir setiap hari ini kami bahkan tidak pernah ngobrol bersama. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
.
.
Cekrek..

"Kamu uda pulang?"

"..."

Seperti biasa dia terus mengabaikanku. Tapi aku tidak marah. Mungkin dia terlalu capek. Sebaiknya aku tidak menggangunya. Kulihat dia berjalan menaiki tangga. Entah kenapa.. aku benar-benar mencintainya.

Terbesit ide cemerlang di otakku, aku segera pergi ke dapur. Agatha dulu selalu menyuruhku membuat susu. Kubuatkan saja dia susu. Siapa tau dia mau minum..
.
.
____________________________________

Fiko dengan senyum manisnya membawakan senampan berisi segelas susu. Melihat pintu kamar Agatha yang sedikit terbuka didorongnya pintu perlahan-lahan
.
.
"Hallo sayang.. gimana kabarmu? Hmm"

"...."

"Hahahaha dududuhhh pen ketemu yak?"

"...."

"Nyantai dong.. yauda besok ke kantor ku aja yah daahhh..."

"Heh... Sejak kapan lu berdiri disitu?" Tanya Agatha tidak suka

"Euumm... Baru aja kok"

"Ngapain lu masuk?"

"Ini.. aku bawain kamu susu.." sembari meletakkan susu di meja samping kasurnya

"Yang nyuruh lu masuk siapa, mbak?" Tanya Agatha dengan kata 'mbak' penuh penekanan sembari mendekati Fiko

Ditatapnya tajam-tajam wajah Fiko dan mendekati Fiko hingga Fiko berjalan mundur diikuti​ oleh Agatha.

"Mbak.. aku nanya kok diem?"

Fiko menyergit heran. Agatha dengan senyum nakal mendekat dan semakin menatapnya tajam.

"Mbak budek yak? Bagus kalo gitu berarti ga nguping kan tadi?"

"Agatha... Aku ini suami kamu bukan.."

"Pfftt.. hahahaha lu ngebentak gua barusan? Itu ngebentak atau apa. Lemah banget.."

"Tha.. please kamu kenapa si.."

"Apanya yang kenapa? Suami kamu.. suami kamu.. suami paan? Ngimpi lu? Heh banci.."

Kepala Fiko mulai memanas namun ditahannya..

"Kenapa? Tersinggung? Lah emang kenyataannya kan.. buktinya gua manggil lu mbak lu gamarah. Trus smua orang manggil lu Fifi lu gamarah. Kalo gua manggil lu BANCI gasalah dong" ejeknya penuh hina

"Cukup Tha. Mereka manggil aku itu hanya panggilan orang-orang terdekat aku, bukan berarti aku banci. Aku ini pria tulen Tha"

"Apa? Pria tulen? Lu ga ngaca apa? Silahkan.. liat tu di cermin tampang lu kayak apa?" Sambil menarik wajah Fiko dan memaksanya berkaca di depan

"Maksut kamu apa..?"

"Muka lu, suara lu kayak PERAWAN. Kelakuan lu, semua-semua yang ada didiri lu kayak PERAWAN. KAYAK PEREMPUAN. jadi apa itu namanya kalo bukan BANCI" Sindir Agatha dengan penekanan dan menatap jijik pada Fiko..

"...."

"Pfftt... Hahahaha biasa aja kali gausa emosi gitu kalo tersinggung ya berarti 'ehemm..' bener dong" sindir Agatha seraya merebahkan dirinya di atas kasur.

Telinga Fiko mulai memanas mendengar hinaan kejam dari Agatha. Tak mampu melawan Agatha segera dia berjalan keluar.

"Ingat ya mbak keluar tutup pintu. Dan satu lagi... Ini terakhir kali lho yah mbak cantik masuk ke kamar aku. Kan in kamar aku" ucap Agatha seraya menirukan suara-suara manjah ala syahrini

Fiko merasa sesak. Untuk bernapas saja sangat susah baginya. Memasuki kamarnya dia tertunduk melamun. Sejenak terlepas dari emosinya, kemudian dia berpikir "tadi Thatha nelpon siapa? Kenapa kedengarannya dia seneng? Dan tadi itu apa..? 'sayang?'.. besok aku harus cari tau di kantornya

Dunia TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang