BAB 1

723 10 9
                                    

Bab 1

Perbedaan yang menyatukan.

Karena sahabat masa kecil bukan untuk diabaikan, melainkan untuk dijadikan panutan untuk menjalin persahabatan yang baru di masa dewasa.

-Van

El terduduk seorang diri di sudut ruang kelas yang berisi bangku dari kayu yang tadi pagi masih tersusun rapi. Sayangnya setelah gerombolan anak-anak berseragam sekolah dengan warna abu-abu putih menempati bangku-bangku kosong tersebut, bangku yang tadinya tersusun rapi menjadi berantakan. Seperti biasa saat istirahat tiba, El sendirian. Tak ada yang bisa ia lakukan selain bermain ponsel saat ini. El sendirian bukan karena aku dikucilkan oleh teman-temannya, tapi karena El yang tidak ingin terlalu akrab dengan seseorang. Apalagi menjadi seorang sahabat. Berteman saja cukup, demikian pikirnya.

Hal ini karena El pernah memiliki seorang sahabat yang sudah ia anggap saudara sendiri, mereka selalu bersama dalam suka dan duka. Dalam saat-saat terburuk pun mereka selalu ada untuk satu sama lain.

-Flashback on-

Hingga takdir membawanya pergi. Sahabat terbaik El, tertabrak sapi saat sedang bermain di kebun. Tubuh kurusnya terjatuh, dan kepalanya membentur sebuah batu di sana. Ia kemudian terkapar tak berdaya, matanya yang cekung menatap dalam ke arah El yang tak mampu bergerak sedikitpun karena menyaksikan semuanya.

Lalu, nampak seulas senyuman terpatri di sana. Ia tersenyum dengan wajahnya yang bersinar dengan tatapan lembut pada manik mata El. Saat El mulai sadar bahwa ia harus menolongnya, El berlari ke arah sahabatnya. Namun, belum sempat ia mencapainya. Mata itu terpejam.

El mempercepat lari ke arahnya. Sandal berwarna merah darah miliknya yang tadi dipinjam oleh El lepas satu, tapi ia tak punya waktu untuk mengambilnya. Karena yang El tau, ia harus menyelamatkan sahabatnya.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan El ketika ia sampai dan memeluk sahabatnya itu. Dan akhirnya El sadar bahwa sahabanya tak lagi bernyawa. El menatap sekeliling. Kebun ini sunyi, tak ada siapapun. Selain pepohonan dan hewan-hewan ternak warga yang sengaja dilepaskan disini.

El menghapus air mata yang sedari tadi berderai di pipi. Ia tak ingin menangis saat ini. Karena sahabatnya yang sedang ia peluk tak bernyawa, selalu mengajarinya tersenyum dalam segala hal. Dia lah seseorang yang selalu tersenyum dalam hidupnya. Bahkan saat kematian kedua orangtuanya beberapa bulan yang lalu. Dia sahabat paling kuat yang El miliki.

El dengan segenap kekuatannya, berusaha mengangkat jenazah sahabatnya. Tak ada yag bisa membantunya jika bukan dirinya sendiri.El berteriakpun tak akan ada yang dengar. Karena kebun ini lumayan jauh dari perkampungan. Tuhan pasti menolongku, ia yakinkan itu pada hatinya.

Ia hampir sampai di desa saat melihat ayahnya datang ke arahnya yang sedang membopong tubuh Ran, sahabatnya. Saat ayah makin dekat, El merasa kesadaranku hilang, mungkin ia kelelahan karena membawa jenazah Ran.

Langit yang tadi biru seolah menjadi gelap. Dunia yang ia pijak juga tiba – tiba berputar. Hingga semuanya benar-benar tak dapat diraih... El pingsan.

-Flashback off-

"Astaga mimpi itu lagi," kata El yang bangun dari tidur singkatnya.

El kembali memimpikan kejadian yang dialami Ran beberapa tahun yang lalu. Ternyata ia ketiduran di jam istirahat dalam keadaan perut kosong. Dan ia malah memimpikan kejadian terburuk yang pernah dialaminya di masa lalu. Mimpi itu begitu nyata. Dan tiba-tiba ia seperti merasakan sesuatu yang dingin pada pipinya. Ada air mata di sana. El menangis.

Sahabat LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang