Paris

1.4K 243 35
                                    

"Paris! Ha, aku senang sekali saat itu. Aku mau menceritakannya. Boleh, kan, Zayn?"




Aku turun dari pesawat bersama Zayn. Oh, aku dan ia akan berlibur disini, Paris. Masih berada di bandara saja sudah berbeda hawanya daripada di New York.

Setelah mengurus semua, aku dan Zayn pun keluar dari bandara, lalu mencari taksi untuk mengantar kami ke hotel yang sudah Zayn pesan sebelumnya.

Zayn menyetop taksi berwarma kuning, lalu berbicara bahasa Prancis kepada sang supir. Aku tidak mengerti apa yang ia katakan pada supir taksi itu. Tapi, sepertinya ia bertanya, 'Apakah anda bisa mengantar kami ke hotel yang kami tuju?' Mungkin seperti itu. Ah, sudahlah. Aku sok tahu sekali.

"Ayo, masuk," kata Zayn memecah lamunanku. Aku masuk kedalam taksi. Supir itu keluar dari taksinya, lalu membuka bagasi belakang untuk menyimpan barang-barang yang kami bawa. Setelahnya, Zayn masuk, dan duduk di sebelahku. Sedangkan, supir tadi masuk ke kursi pengemudi.

Taksi pun berjalan. Aku mengamati pemandangan dari dalam jendela. Paris lebih terlihat vintage, dan nyaman dibanding New York.

Kita sampai. Aku dan Zayn turun dari taksi tersebut, membayar, lalu mengambil barang-barang kami di bagasi belakang.

Hotel. Itulah yang ada dihadapanku sekarang. Hotel besar dengan nuansa yang berbeda jauh dengan New York. Sepertinya aku akan merasa nyaman berada di Paris.

Zayn mengapit tanganku, lalu masuk kedalam hotel tersebut.




***




Tok tok

Suara ketukan pintu itu yang kutunggu. Pasti Zayn. Karena kami memesan dua kamar yang berbeda. Malam ini, kami tidak memiliki rencana apa-apa. Jadi, aku dan Zayn tetap berada di hotel ini, sepertinya.

Aku membuka pintu kamar hotelku. Senyumku mengembang saat kulihat Zayn dengan kaus yang dilapisi jaket varsitynya, dan celana panjang, berdiri dihadapanku.

"Kau mau nonton? Aku bosan di kamar terus-menerus," ujar Zayn. Ia masuk ke kamarku, lalu duduk di tepi ranjangku.

Aku menutup pintu, lalu duduk di sebelahnya, "Nonton? Memang kau tahu teater disini adanya dimana?"

"Ada. Saat makan siang tadi, aku mengobrol dengan seorang pelayan, tiba-tiba, ia menganjurkanku untuk datang ke teater Reemour di sekitar sini. Aku juga tidak mengerti kenapa ia menganjurkanku untuk pergi kesana. Makanya aku mengajakmu."

"Uhm, tunggu disini. Aku akan mengganti baju," kataku.

"Yang cantik, ya," goda Zayn. Ia tertawa kecil.

"Jadi, aku tidak cantik, begitu?"

"Sudah cepat ganti bajumu." Ia mendorongku masuk kedalam ruang ganti baju.

Aku memilah baju yang kurasa cocok untuk malam ini. Pandanganku tertuju pada gaun pendek berwarna hitam, berlengan panjang, namun dari bagian atas dada, dan lengannya berwarna hitam transparan, sedangkan dari dada kebawah berwarna hitam pekat. Aku mengganti bajuku dengan gaun hitam itu. Memang gaun pendek itu sangat simpel, tapi terlihat anggun saat dipakai. Kuambil kalung berwarna putih, lalu memakai high heels hitam. Aku sengaja membiarkan rambutku di terpa angin malam kali ini.

Aku menemui Zayn yang sedang menungguku.

"Hi, Zayn," sapaku. Ia menoleh kearahku, melihatku dari atas sampai bawah.

Little Things // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang