Awal Pertemuan

49 17 17
                                    

Maaf, Typo berterbangan di mana-mana.

Enjoy guys.

+++++

"Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi aku bisa mendapatkan benda itu." Ujar seorang pria dengan suara berat. Ditangannya, ia memegang segelas anggur merah.

"Tapi kenapa? Kenapa dia bisa lolos dari hadapanku? Aaarrggh." pria bersuara berat itu melempar gelas yang ada di tangannya membuat pecahan gelasnya berserakan di mana-mana.

Para anak buah yang sedari tadi berdiri tak jauh darinya mundur selangkah sambil tertunduk takut melihat kemarahan boss mereka.

"Pergi dan temukan dia! Cari disemua tempat yang ada di kota ini! Bagaimanapun kalian harus bisa menemukannya! Dan bawa dia kepadaku!"

Dengan patuh semua anak buahnya menggangguk mengiyakan. dengan cepat, mereka meninggalkan atasannya dan mulai mencari keberadaan pria tua tersebut.

Pria dengan suara berat menatap sebuah foto keluarga yang nampak bahagia yang terbingkai rapi di depannya "Aku akan menemukanmu. Bagaimanapun, Benda itu harus menjadi milikku." Ujarnya dengan seringai jahat.

*****

Dengan hati-hati Aaron membaringkan tubuh pria yang tak sadarkan diri itu di atas tempat tidur miliknya. Setelah memastikan posisinya nyaman, dia segera mengambil kotak P3K yang ia simpan di dalam lemari berukuran sedang yang terletak di samping lemari pakaiannya.

Dengan cekatan Aaron membersihkan luka pria itu serta membalut lukanya dengan perban. Setelah selesai, ia membereskan kotak P3K nya dan dimasukannya kembali ke dalam lemari.

Aaron terkejut saat menyentuh kening pria tua itu. suhu tubuhnya sangat panas. Dengan cepat ia berjalan ke dapur. Mengisi baskom dengan air lalu kembali ke kamarnya. Kemudian, ia berjalan ke arah lemari pakaiannya. Mengambil handuk kecil dari dalam sana.

Aaron duduk di samping kiri pria yang baru saja ia obati. Mencelupkan handuk ke dalam baskom berisi air lalu memeraskan. Kemudian, Aaron menaruh handuk kecil itu ke kening pria tersebut.

"Siapa paman ini? Kenapa tubuhnya sampai penuh luka?"

Sambil memperhatikan wajah pria tua yang telah ditolongnya, ia mengembuskan napas secara perlahan. "Apa keputusanku benar menolong paman ini? Ujarnya lirih. "Bagaimana kalo ternyata paman ini seorang penjahat dan sekarang lagi di kejar-kejar oleh polisi?"duganya.

Aaron bangkit dari duduknya. Air mukanya berubah cemas memikirkan orang yang baru saja ia obati. "Tapi tidak benar bagiku bila aku mengabaikan orang yang sedang memerlukan pertolongan."ujarnya. "Tapi... aku juga harus memastikan dugaanku."sambungnya.

Penasaran, Ia memeriksa pakaian pria tersebut. mencari benda yang bisa menguatkan dugaanya. Tapi hasilnya nihil. Tak ada satu pun benda yang Aaron curigai. Semuanya terlihat normal. Dikantongnya hanya terdapat sebuah cincin perak dengan batu permata ungu ditengahnya dan sebuah jam tangan yang kalau Aaron taksir harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Aaron memandangi wajah pria tua itu sekali lagi. seketika ia teringat akan sososk ayahnya. Mungkin sekarang ayahnya seumuran dengan pria itu.

Sambil mengusap air mata ia berkata "semoga saja keputusanku benar dengan menolong paman ini."

*****

Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali ia sudah berada di tempat kerja. Sebagai loper koran, Aaron memang dituntut untuk selalu bangun dini hari. Sebelum mengantarkan koran, ia membantu tim percetakan untuk menyusun koran yang akan dipasarkan.

Saat ia tengah sibuk memasukan koran ke dalam tas kerjanya, ia melihat Mr. Jeremy tengah memandanginya dan seolah tengah memikirkan sesuatu. Entah apa yang sedang ia pikirkan?

Aaron dan Sang PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang