EMPAT

599 19 0
                                    

   Sebenarnya Maina masih bertanya-tanya mengapa Aldo begitu cepat mengiyakan ajakannya kali ini. Tak perlu waktu lama untuk persiapan pula, semula Maina yang ngebet sekarang malah Aldo yang terlihat sangat ngebet. Tapi, Maina tidak ingin menaruh rasa curiga pada Aldo bagaimanapun seseorang bisa saja berubah pikiran, bukan?
"Sayang, aku berangkat yah!" Aldo mengecup kening Maina yang sedang duduk menikmati kopinya.
"Iya sayang hati-hati yah. Jasmu sudah aku taro di mobil!"
"Oke." Aldo melempar senyum manis pada calon istrinya.
   Tinggalah Maina sendiri menikmati kopi yang masih mengepul dalam cangkir bergambar karakter bayi burung hantu yang lucu. Waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB. Hari ini Maina tidak pergi ke klinik karena libur pada hari Minggu, sedangkan Aldo masih tetap harus berdinas.
    Maina melihat laptop Aldo yang masih menyala.
"Ceroboh!" gumamnya. "Bagaimana laptopnya bisa tertinggal?"
     Sebelum mematikan laptopnya Maina mengclose satu persatu aplikasi yang aktif namun tiba-tiba ada yang membuat dirinya penasaran. Sebuah folder bertuliskan "Merlian". Dia mengklik dua kali folder tersebut dan berhamburan poto-poto seorang wanita muda dengan senyum manis. Tampak beberapa poto memperlihatkan gadis muda itu bersama pria yang juga muda. Nampaknya itu... "Aldo... " Maina membelalak tak percaya.

***

"Aku ingin penjelasanmu sekarang juga, Al!! Siapa Merlian?" teriak Maina kesetanan. Kali ini dia tak selembut biasana.
      Aldo yang baru saja tiba dari pekerjaannya di rumah sakit langsung dicecarin pertanyaan oleh Maina. Dia terlihat bingung dan hanya duduk terdiam di sofa merah dengan wajah menahan amarah.
"Al. Kita akan menikah sebulan lagi! Kenapa kamu masih merahasiakan sesuatu dariku? Apa Merlian itu mantan kekasihmu? Dan dia alasan dibalik semua penundaan pernikahan kita? Kau masih mencintainya, Al?" Maina menangis histeris diikuti derai air mata yang menganak sungai.
    Aldo masih diam berupaya menenangkan hatinya agar tidak tersulut emosi seperti Maina. Dia menghela napas panjang sebelum mengeluarkan kata-kata "Iya dia adalah mantan pacarku 11 tahun yang lalu, Mai."
"Dan kau masih menyimpan potretnya?" nada suara Maina merendah namun terdengar serak dan berat.
"Dia..." Aldo mengusap kasar wajahnya menampakkan ekspresi depresi. "Aku tak ingin bicarakan tentang dia! Jika kamu bersikukuh maka sebaiknya tinggalkan aku sendiri!" jelas Aldo datar namun tegas membuat Maina tersentak.
"Baik, aku akan pergi!"

***

    Perempuan berambut hitam sebahu itu berjalan tanpa arah dengan perasaan yang terluka. Derai air mata masih tak bisa terbendung lagi olehnya. Membuat wajahnya semakin tampak kacau, pikirannya kacau, dan hatinya kacau!
     Sebesar itukah cintanya pada Merlian sampai dia berani mengusirku?

Batin Maina tak bisa berhenti mengutuk Aldo yang sudah membohonginya, menyimpan rahasia yang mungkin Maina tidak tahu apa dibalik itu semua. Tangannya melambai menyetop sebuah taxi di persimpangan.
"Mau kemana, Mba?" supir taxi itu bertanya.
"Bogor." singkat Maina.
"Bogor?"
"Udah Pak jalan aja!"
"Baik, Mba!"
Maina menyenderkan tubuh dan kepalanya. Air mata masih terus mengalir pelan meski kini isakannya sudah berkurang. Dia masih tidak percaya apa yang diperbuat oleh kekasihnya padanya. Dia berpikir jika Aldo mau menjelaskan dengan baik mungkin dirinya akan mengerti bukan malah mengusirnya seperti anjing yang sudah kencing sembarangan.
     Dia menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Tujuannya sekarang adalah ke rumah Tante Ria. Dia ingin sejenak menghindar dari Aldo karena Maina tahu saat Aldo menyesali perbuatannya, Aldo akan mencarinya kemana-mana.

***

      "Apa yang lo lakukan, Al?" Aldo berbicara pada dirinya sendiri sambil memukul-mukul kepalanya penuh depresi. "Mai, angkat teleponnya!" sambil bergetar dia berulang kali menelepon Maina namun hp nya tidak aktif.
      Dia merasa bodoh dan merasa sangat bersalah kali ini. Harusnya Aldo jujur sejak awal tentang Merlian, tetapi, inilah yang dia takutkan jika jujur pada Maina. Dia belum siap menguak masa lalunya pada Maina karena takut Maina tidak akan bisa menerima dan malah meninggalkannya bersama masa lalunya yang gelap.

.
.
.
Masih berlanjut tunggu cerita berikutnya 😆

Forgive Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang