Janji

811 106 4
                                    

[Beam]
Hari masih belum menjelang malam. Hari ini semua janji yang ku buat harus ku penuhi.

Senang rasanya bisa memenuhi janjiku kepada P'Forth yang sudah menantiku lama dengan kesedihannya. Namun aku masih merasa bahwa ada satu lagi janji yang harus ku tepati.

[Flashback]

"Ku harap kita bertemu lagi, Phi."

"Pasti, aku akan menunggumu disini." Jawab Beam yang terharu. "Terima kasih adik kecil."

[Flashback Off]

Benar. Janjiku pada gadis itu. Bagaimana kondisinya? Apakah dia baik-baik saja? Masih ingatkan dia padaku? Aku mempunyai hutang tangan padanya saat ia menghapus darah dari hidungku.

Dan kini ibunya membawaku menemui gadis kecil itu. Aku dan P'Forth yang terus ku gandeng tangannya dibawa masuk kedalam kamar gadis itu yang disana terlihat ayah gadis itu sedang terbaring miring menina bobo-kan gadis itu yang sudah terpejam matanya.

"Ayo, masuklah." Sang ibu mempersilahkan kami untuk masuk.

"Sayang. Lihatlah .... siapa yang datang!!" Ucap sang ibu dan duduk disamping putrinya itu untuk membangunkannya.

Sang ayah pun lantas duduk ketika melihat kami. Tak berapa lama kemudian gadis tersebut membuka matanya karena sang ibu terus mengusap-usap kepalanya dan membuatnya terbangun.

"Ibu." Ucap sang putri.

Hal yang membuatku bingung pertama kali ketika aku masuk kedalam kamar gadis itu adalah aku melihat kantung cairan infus dan jarum infusnya yang menempel di tangannya. Apakah ia sedang sakit? Demamkah? Separah itukah? Sang ibu masih belum menceritakannya pada kami.

"Lihatlah siapa yang datang bersama ibu" Ujar wanita itu.

"Aku akan menungguku diluar." Gumam P'Forth berbisik padaku.

"Temani aku." Jawabku yang juga berisik dan mencengkram erat tangannya. "Aku tidak yakin jika aku sanggup." Jelasku.

"P' Kha?!!" Sara gadis itu memanggil kami berdua setelah melihat kedatangan kami.

"Hallo?" Aku berusaha sesenang mungkin.

"Sebentar, kami akan membawakan minuman untuk kalian." Ujar wanita itu.

"Baik, bi." Jawab kami.

Wanita tersebut bersama dengan suaminya pun berlalu pergi meninggalkan kami bertiga. Aku bersama dengan P'Forth lantas duduk disampinya. Aku terus menggandeng tangan P'Forth yang sedang duduk dibelakangku.

"Bagaimana kabarmu?" Aku menanyakan keadaannya.

"Baik." Jawab gadis itu yang terlihat semakin melemah.

"Apa kau merindukan kami?" Tanyaku padanya.

"Aku hanya merindukanmu saja P'." Jawab gadis itu yang hanya merindukan.

"Apa kau tidak merindukanku? Kenapa? Awas saja jika kau tidak merindukanku, aku tidak akan meminjamkan korekku lagi padamu." Ucap P'Forth yang mencoba mencairkan suasana.

Gadis itu sedikit tertawa karena P'Forth.

"Hei. Jika kau sakit mengapa tidak dirumah sakit?" Tanyaku.

"Tidak. Disana menakutkan." Jawab gadis itu. "Disana gelap. Aku tidak suka. Dirumahku terang." Ujar gadis itu.

[Forth POV]
Entah mengapa melihat Beam berbicara kepada gadis ini bukanlah sebuah pembicaraan biasa, melainkan pembicaraan seorang ibu pada anaknya.

Jujur yang membuatku suka padanya adalah ia selalu memperlakukanku dengan baik, lembut, sabar seperti layaknya seorang ibu.

[Beam]
"Kau tahu, aku juga pernah tidur dirumah sakit. Disana sangat terang. Dan kau tahu apa yang membuatnya terang?" Ucapku bercerita pasa gadis itu.

Last Word : Last BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang