Nanti, pertemuan ini
yang akan aku rindukan.
disaat kita sudah tidak bersama lagi
🐻---------🐻Maikel A: Kez, dimana? Aku udah beliin tiketnya. Aku tunggu ya.
---
🐻
Sebenarnya malas sekali rasanya aku bertemu dengan temannya. Entah kenapa, malas rasanya. Maikel sudah terlanjur membelikan aku tiket, tidak mungkin dengan tiba-tiba aku membatalkan semuanya.
"Kezia, udah nyampe nih. Jangan ngelamun, lo mikirin apaan sih?"
"Oh iya, nggak kok. Aku gak mikirin apa-apa" tanpa tersadari aku melamun, karna hal yang sepele.
"Yakin?" muka Jessica berubah menjadi penasaran.
"Iya, udah yuk kita ke atas" aku mengajak Jessica naik keatas, dari pada dia berfikir yang aneh-aneh lebih baik aku cepat-cepat mengajak Jessica untuk ke atas. Akhirnya, kita sampai di XXI.
🐻
"KEZZZZ!!!!"
"Itu Maikel Jess" aku menarik Jessica yang dari tadi mencari-cari Maikel, lalu kita berdua menghampir Maikel.
Aku kaget, aku melihat jam tangan yang Farel pakai, sama seperti....
'
Yaudah mau lo apa?'
'Gue ganti'Iya!! Itu jam tangan lelaki yang menjatuhkan makanan ku.
"Kamu!!! Kamu kan? Kamu yang jatohin makanan aku, kamu juga orang yang gak ada sopan-sopannya"
Tiba-tiba Farel menarikku keluar dari bioskop.
"Jangan teriak-teriak. Malu diliatin orang" sambil melihat-lihat sekelilingnya.
"Biarin. Aku gak perduli" dengan nada yang lebih tinggi.
Dia menutup mulutku lalu berkata.
"Ssttt, diem. Itu diliatin. Kalo lo gak diem, gue bawa kabur"
"Emmm, emmmm" akupun berusaha untuk melepaskan tangannya dari mulutku.
"Lo janji kalo gue buka jangan teriak-teriak kaya orang gila? Janji?"
Aku tetap berusaha melepaskan tangannya, aku sangat kesal saat itu. Tangannya sangat susah disingkirkan, tapi dengan sekuat tenaga akhirnya aku bisa menyingkirkan tangannya dari mulutku
"Kamu gila ya? Udah jatohin makananku, gak minta maaf pula! Malah pergi gitu aja, se... emmm, emm"
Lagi-lagi dia menutup mulutku dengan tangannya, kali ini susah sekali menyingkirkan tangannya dari mulutku. Tenaganya jauh lebih besar dari pada aku.
"Udah gue bilang, diem Kez. Maluuuu. Udah ya? Gue minta maaf, jangan teriak-teriak nanti makin gue peluk nih?"
Tanpaku sadari dia menutupku mulutku dengan posisi seperti orang merangkul, dengan sekuat tenaga aku mencoba melepaskannya dia. Kali ini, tenanganya kuat sekali. Aku tidak bisa lepas dari dia. Aku pun pasrah, dan tidak mencoba membrontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepergianmu Saat Itu
Teen FictionKisah cinta yang aku pikir bahagia tidak semanis minuman coklat yang selalu ku minum. Mimpi-mimpi ku digampar oleh Kenyataan yang pahit.