Bab 2

32.4K 992 2
                                    

"Ken."

Mendengar namanya disebut, pria bertubuh tinggi tegap itu berbalik dan langsung memasang senyum saat melihat siapa yang memanggilnya.

Itu pamannya. Orang yang menjadi wali sebagai Ayahnya.

Kedua orangtuanya sudah meninggal empat tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat dan meninggalkan dirinya sendirian hingga pamannya yang berstatus sebagai adik Ayahnya datang dan mengatakan jika dirinya bisa menggantikan Ayah Ken.

Tidak perlu sebenarnya. Karena Ken adalah pria yang sudah dewasa dan bisa mengurus dirinya sendiri. Umurnya sudah hampir 30 tahun dan kebutuhannya akan wali tidak terlalu dia butuhkan.

Lagipula, dirinya sudah belajar hidup mandiri sejak umurnya yang 14 tahun. Dia sudah memutuskan untuk kerja sampingan dan hidup terpisah dari kedua orangtuanya yang memang sudah mendidiknya dengan keras sedari kecil.

"Ya, paman." Suaranya terdengar berat saat menyahuti panggil pria setangah baya itu.

"Kau sudah lama di sini?"

Ken memang sedang mengunjungi rumah pamannya itu sekarang. Dan tadi dia di suruh menunggu oleh pekerja rumah pamannya.

Dirinya memang sesekali menyempatkan diri untuk mengunjungi pamannya itu hanya untuk sekedar basa-basi dan membahas satu dua hal yang menjadi urusan pribadi mereka.

"Tidak, paman." Pria itu menggeleng dengan pelan lalu dengan tiba-tiba menyampaikan maksudnya datang ke rumah pamannya itu hari ini.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, paman. Kalau tidak keberatan, bisakah aku meminta waktumu sedikit?"

***

"Ini soal gadis kecil yang di jodohkan denganku sejak aku berumur 7 tahun, paman." Ken berbicara setelah dirinya sudah duduk di sofa yang terletak di ruang kerja pamannya. Sedangkan pamannya itu sudah duduk di hadapannya sambil menatap ke arahnya dengan pandangan lurus.

"Gadis kecil yang di jodohkan denganmu itu bukan lagi gadis kecil Ken, dia sudaah tubuh menjadi wanita dewasa yang sangat cantik sekarang." Pamannya tersenyum geli saat menyampaikan hal itu kepada Ken yang menjadi salah tingkah di tempatnya duduk sekarang.

Ken berdehem lalu menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman yang tiba-tiba saja melandanya, "Aku tau itu paman. Kau tau kan, aku...tidak pernah sedikitpun melewatkan informasi tentangnya."

Pamannya itu tertawa keras, lalu mengangguk dengan mimik wajah yang geli dengan tingkaah keponakan yang terlalu polos di umurnya yang sudah matang. "Tentu saja Paman tau! Paman juga ikut melihat kefrustasianmu karena tidak bisa bertemu dan menyentuh perempuan itu langsung."

Ken meringis. Pamannya yang satu ini terlalu detil untuk menceritakan kefrustasiannya selama ini.

Pria itu kembali berdehem sebelum melanjutkan kalimatnya, "Aku berbicara dengan Orangtuanya. Sebenarnya sudah dari 2 tahun yang lalu, tapi mereka baru memberikan kabar sekarang. Dan untuk itu, aku datang untuk meminta restu Paman."

Diluar dugaan Pamannya itu tertawa kembali, lalu menatapnya dengan tatapan lembut yang selalu mengingatkannya pada kedua orangtuanya dulu, "Restuku selalu menyertaimu, son. Lakukan apapun asal itu tidak berbahaya dan membuatmu bahagia."

***

TBC

*enjoy(y)

KenSeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang