Bab 3

12.3K 762 78
                                    

"Mama sudah atur pertemuan kamu sama calon suami kamu."

Sea bingung.

Dirinya baru saja keluar dari kamarnya untuk ke ruang makan dan baru saja akan duduk saat Mamanya malah mengucapkan kalimat yang terlarang untuknya itu.

Nafsu makannya hilang.

Memangnya Mamanya tidak bisa cari waktu lain untuk membahas hal-hal yang seperti ini?

Sea menghela nafasnya dengan pelan lalu memutuskan untuk tidak menjawab. Wanita itu memutuskan untuk mengambil susu dan hanya meminum minuman itu sebagai sarapan paginya.

"Mumpung ini hari minggu, sebentar dia mau datang ke sini," ucap Mamanya tanpa memedulikan raut wajahnya yang sudam masam.

Sea lagi-lagi diam dan meminum susunya dengan pelan hingga gelasnya tandas lalu selanjutnya tubuhnya berdiri dengan malas-malasan untuk mencuci gelas kotornya. Dia tak memedulikan Mamanya yang sedari tadi menatapnya.

Memangnya apa yang bisa dia katakan. Mamanya itu tahu bagaimana sifat Sea saat dirinya sudah memutuskan sesuatu. Wanita itu kepala batu.

"Sea...Kamu lihat calonmu sekali saja, oke? Selanjutnya Mama terserah kamu," bujuk Mamanya yang langsung membuat Sea berbalik dan menatap Mamanya dengan pandangan tertarik sehingga Mamanya itu menghembuskan nafasnya dengan kesal.

"Ya tidak langsung di tolak juga, nak. Paling tidak kamu pertimbangkan. Ken ini baik kok. Dia juga ganteng."

Sea kembali cemberut lalu kembali berbalik untuk membersihkan alat makan bekas pakainya. Saat selesai dan ingin pergi dari rruang makan, dirinya kembali mendengar Mamanya berbicara.

"Kamu ini kenapa? Mama khawatir sama kamu loh. Kamu tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki selama ini. Kalau kamu jadi perawan tua bagaimana?" Mamanya terlalu mendramatisir sesuatu.

Sea akui jika dirinya selama ini memang tidak pernah dekat dengan pria apalagi sampai menjalin hubungan seperti kata Mamanya. Tapi bukan berarti dirinya akan hidup sebatang kara hingga dia tua nanti.

Mencari pasangan bukanlah tujuan hidupnya untuk sekarang ini. Dia mau kerja dulu, lalu habis itu cari kekasih untuk di ajak serius.

Tapi kenapa Mamanya ini tidak pernah mengerti, sih?

"Tidak pernah menjalin hubungan sama laki-laki bukan berarti aku bakalan jadi perawan tua, Ma. Mama jangan khawatir begitu." Wanita itu kembali duduk di kursinya. Mau tidak mau krena sepertinya kali ini untuk memberikan pengertian kepada Mamanya akan memakan waktu yang lama.

"Ya bagaimana Mama tidak khawatir. Waktu SMA kamu saja, kamu pakai buat belajar terus-terusan. Tidak pernah mau bergaul dengan laki-laki. Teman-teman perempuannya juga sedikit," sanggah Mamanya lagi.

"Sea heran. Seharusnya Mama senang kalau Sea belajar terus-terusan. Kan memang waktunya sekolah. Bukan pacaran. Mama lebih mau aku keliaran ke mana-mana terus pacaran sama laki-laki yang masih labil? Kalau aku jadi nakal bagaimana? Kalau teman-teman aku semua nakal, bagaimana? Di saat semua orangtua takut anaknya pacaran sana-sini, kok, Mama kebalik?"

"Bukan begitu, nak. Mama kan khawatir sama pergaulan kamu. Kamu tidak laku-laku ini."

Hah? Sea tidak laku-laku? Jangan salah ya. Bukannya sombong tapi banyak yang bilang dia cantik kok. Banyak laki-laki yang mau jadi pacarnya kok.

"Tidak pernah pacaran bukannya tidak laku, Ma. Banyak yang mau kok sama aku!" Sea menggerutu. Tidak terima dengan pendapat Mamanya.

"Ya kalau banyak bawa ke sini."

KenSeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang