Chaos (part 1)

686 63 2
                                    

DHUUAAARRRR!

Bunyi ledakan semakin keras setiap menitnya. Terompet yang dibunyikan entah dari mana tak kalah kerasnya. Menyaingi teriakan demon yang penuh amarah serta kebingungan. Beberapa demon yang baru sampai itu mulai bergabung melawan orang-orang tak dikenal yang berani memasuki wilayah mereka. Memang ada satu-dua yang kelihatan berkeliaran. Tapi bukan mereka yang menyebabkan kerusuhan ini terjadi. Dalang dari semua ini...

"Penyusup! Musnahkan penyusup itu! Perintah dari Tuan Lucifer!"

Sementara itu di atas salah satu bukit tak jauh dari tempat kejadian...

"Waktunya sudah tiba," sang Leader berambut abu-abu itu memberika aba-aba pada orang di sisi kanannya untuk beraksi. "Chain, lakukan."

Seseorang disamping Shigaraki Tomura yang memakai gaun biru selutut itu langsung menuruti perintah atasannya. Kedua tangannya diangkat ke atas. Jarinya menari-nari sambil melihat para demon di bawahnya yang berlari ke arah mereka. Kemudian kedua tangannya itu diturunkan hingga membuat rantai yang mengikat tangannya berbunyi.

"He-hei, kau dengar itu?" salah satu demon berhenti karena mendengar bunyi aneh dari bawah tanah. Beberapa demon lainnya ikut berhenti juga. Mereka merasakan bahwa tanah yang mereka pijak bergetar.

'Gempa bumi?'

"AWAS!" teriakan itu terdengar disusul teriakan-teriakan lain dari orang-orang yang kaget karena tubuh mereka dililit rantai yang berasal dari dalam tanah.

"AKH!" banyak pasang mata yang memandang tubuh terputus menjadi dua itu setelah dililit kencang oleh rantai yang datang dari bawah tanah. Banyak orang yang berusaha melepaskan diri dari rantai. Namun tindakan mereka sia-sia karena yang tersisa hanyalah rantai-rantai penuh sobekan daging dan darah yang bau amis.

JDUARRR!

Kali ini ledakan beruntun membuat medan pertarungan mereka menjadi semakin memanas. Disusul serangan jarum yang terbuat dari es. Belum ada satu jam keduanya bertarung, tapi pihak demon sudah kehilangan separuh dari mereka.

"Anak-anak itu..." Behemoth memandangi pasukannya yang hampir tidak tersisa. "Mereka menghancurkan pengikutku yang kukumpulkan dengan susah payah. Tuan Lucifer, apa yang harus kita lakukan setelah ini?"

Tak ada jawaban dari Lucifer. Pemimpin dari neraka itu hanya tertarik dengan pemuda yang memakai disembodied hand di wajahnya. Seseorang yang mampu memimpin tiga bocah menjadi senjata mengerikan yang bisa mengalahkan pasukan demon. Benar-benar menarik!

"Panggil pasukan reaper. Kita harus menangkap mereka hidup-hidup."

.

.

.

Ssshhhh~

Kini mereka bersembunyi di dalam gua. Todoroki membentuk dinding raksasa dari kekuatan es-nya. Menghambat sementara para demon yang mengejar mereka. Lalu Chain membuat jebakan dari rantainya untuk berjaga-jaga jika demon-demon itu berhasil menerobos pertahanan pertama.

"Baiklah, aku akan mereview rencana kita," Shigaraki membuka peta kecil yang dibuatnya beberapa jam yang lalu. "Chain memberitahu kita jika Dairin terakhir kali terlihat di pondok tengah hutan. Aku tahu hutan itu adalah hutan selatan sekolah kita. Para werewolf tinggal disana. Karena itulah aku mengajak Bakugou agar para werewolf tidak menyerang kita secara langsung."

"Dan masalah teleportasi itu sangat mudah. Kekurangannya adalah penggunanya harus memakai pintu untuk melakukan teleportasi. Dia meninggalkan celah dimensi yang menunjukkan pada kita kemana dia akan melakukan teleportasi. Setelah itu, dengan alat yang dikembangkan Chemistry klub, kita mencoba membuat ulang pintu itu dan berhasil."

Penjelasan singkat dari Shigaraki membuat adik kelasnya terdiam. Rencana ini cukup sempurna. Hanya saja... mereka masih takut untuk bertarung. Sebelum memasuki Mist Academy, tentu mereka tahu hari ini akan datang cepat atau lambat. Sekolah mereka bukan sekolah biasa.

--Mist Academy ada untuk para pendosa.

"Kita tidak boleh muram seperti ini," Chain menunjuk peta milik Shigaraki. "Kalian lihat kastil di selatan? Itu satu-satunya tempat paling manusiawi disini. Aku yakin mereka membawa Dairin kesana."

"Pengamatan yang bagus. Bersiap untuk serangan selanjutnya. Kita akan pergi lima menit lagi."

.

.

.

Dairin menggigit bibir bawahnya. Ini kedua kalinya (entah? Dia tidak menghitungnya) ia berbicara pada pemuda yang duduk disebelahnya ini. Rasanya sangat canggung tiba-tiba bertemu kakaknya. "Bagaimana... keadaan kakak?"

"Baik-baik saja," diluar dugaan, sang kakak menanggapi pembicaraannya dengan santai. "Bagaimana dengan sekolahmu? Disana nyaman?"

"Eh?!" jujur saja, Dairin terkejut mendengar apa yang barusan didengarnya. Dia... ia menanyakan sebuah pertanyaan untuk Dairin. Gadis itu mengarahkan pandangannya kearah lain sambil menggaruk pipinya. "L-lumayan. Teman-temanku sangat baik dan ada banyak buku baru yang belum pernah kubaca."

Hening... dilihatnya pemuda itu yang memejamkan matanya. Keringat mengalir melalui lehernya. Arthur memang kakaknya. Ya, tidak diragukan lagi. Mereka memiliki kekuatan yang sama. Seorang healer. Tapi mengapa sekarang... ada rasa yang aneh setiap melihat mata kakaknya?

Hampir dua tahun keduanya tidak bertemu. Di saat pertemuan terakhir mereka, Arthur memang sedikit berubah. Ada gradasi hitam di bagian atas rambutnya dan itu masih ada sampai sekarang. Sepasang sayap putih yang dulu dibanggakan Arthur, kini disembunyikan pemuda itu dengan sihirnya.

'Kalau diperhatikan lagi, kakak banyak berubah beberapa tahun terakhir,' Dairin menggeleng kencang, 'Arghh! Ada apa dengan kepalaku! Dia tetap satu orang yang sama. Dia kak Arthur!'

"Dairin! Kakakmu ini ingin minta maaf--"

"Eh?!" Dairin mendongak ke atas. Mendapati Arthur yang tidak menatapnya tajam, tapi tatapan aneh yang sulit diartikan dan... wajah mereka yang hanya berjarak 5 centi.

Psssh...

Keduanya menarik wajah masing-masing dengan cepat. Semburat kemerahan tertampang jelas dipipi mereka. Mengabaikan sepasang mata yang melayangkan tatapan menyelidiki dari balik pintu.

"A-aku minta maaf."

Dairin tidak menjawab. Ia hanya melirik Arthur dari ekor matanya. Melihat ekspresi pemuda disampingnya yang sedih dan putus asa. Entah mengapa selalu wajah itu yang dilihatkan Arthur untuknya sekarang. Dan Dairin sama sekali tidak menyukainya.

"Aku tiba-tiba meninggalkanmu tanpa menjelaskan apapun. Perang di desa kita waktu itu... sebenarnya--"

"Arthur!" Lucifer datang dengan tergesa-gesa. Mendobrak pintu dengan kencang. Sementara itu di belakang si pemimpin neraka, ada Behemoth yang nafasnya tersenggal-senggal karena kelelahan berlari. "Kalian berdua harus segera pergi!"

"DAIRIN! DIMANA KAU?!"

"Su-suara itu... Chain?!"

BLLLAARRR!!! DHUAARRR!!!!

Mansion itu bergetar seirama dengan bunyi ledakan yang datang bertubi-tubi. Dairin juga mendengar suara teriakan dari para demon penjaga yang berada satu lantai di bawahnya. Ini bukan yang diinginkannya... bukan ini...

"LEVIATHAN!"

Sebuah pintu muncul dihadapan Lucifer setelah pemuda itu berteriak memanggil nama salah satu bawahannya. Leviathan sang penjaga pintu neraka. Pemuda yang memakai kacamata itu membungkuk hormat pada Lucifer sebelum membiarkan sebuah pintu lainnya muncul.

"Kalian harus pergi segera. Ini tempat yang ingin Arthur tunjukkan padamu selama ini, Dairin."

Mendengar kata-kata Lucifer yang menggerakkan hatinya, mau tak mau Dairin masuk ke pintu teleportasi itu bersama Arthur. Ketika pintu itu tertutup dan menghilang seutuhnya, Leviathan datang bersama bawahan Lucifer yang lainnya.

Lyon, si psikopat gila itu mengeluarkan gunting kesayangannya. Gunting yang terbuat dari kulit Gargoyle dan tulang succubus yang ditajamkan.

"Hihi, ayo kemarilah bocah kecil hihihi."

--Pertarungan antara Anggota OSIS dan para pemimpin neraka akan segera dimulai!

Mist Academy book 1: The Student Council [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang