"There was only me, before. There was only me so I never even knew what does lonely means. But then you came around with your own way, built a bridge and drag me out of the cage that I built for myself. And you show me another world that I never kno...
Hari ini hari jumat dan gue udah ngerasa sehat banget karena kemarin gue bener bener istirahat seharian.
"Bareng aja deh turunnya yuk" Gue memakai sepatu gue dan Nata lari menghampiri gue dengan sepatu di tangannya. "Iya yuk yuk!" Jawab Nata semangat.
Walaupun gue dan Nata tinggal bareng, kita selalu milih buat pulang dan pergi naik gojek biar gak perlu kena macet, dan makanya kita jarang jarang bisa turun ke lobby bareng pagi pagi. Biasanya Nata selalu lebih pagi daripada gue dan walaupun cuma beda lima menit, dia pasti udah entah kemana pas gue turun.
"Yuk!" Ujar Nata semangat sambil memakai sepatunya dan gue membuka pintu.
Tapi ada seseorang di depan pintu yang bikin gue sangat kaget.
"Ahem..." orang itu berdeham sambil menatap gue dan Nata tajam. "Pak Dian ngapain di sini?" Tanya gue bingung dan Pak Dian tetap memasang wajah datar. "Kamu hari ini berangkat bareng saya ya. Kita... harus bahas yang kemarin ketunda." Ujar Pak Dian dan gue jadi makin bingung. "Rapatnya jadinya hari ini Pak?" "Iya." Jawab Pak Dian. "Ih Pak kalo gitu saya juga bareng ya!" Nata langsung semangat mengangkat tangannya seperti anak sekolah mau nanya sama gurunya. "Hah?! G-gak bisa mobil saya lagi banyak barang!" "Ih kok gitu sih Pak!!" "Gak bisa mobil saya kursi belakangnya lagi banyak barang." Jawab Pak Dian lagi dan Nata langsung menunjukkan wajah sedih yang tetap saja gak mempengaruhi keputusan Pak Dian. "Ya udah ayo turun deh." Gue akhirnya mengajak mereka turun bareng dan Nata langsung berpisah sama kita pas udah di bawah.
Entah kenapa perasaan gue gak enak. Kaya, Pak Dian bohong tentang sesuatu. Tapi gue gak tau apa dan kenapa. Gue nengok ke arah Pak Dian dan menarik nafas panjang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hah... kenapa dia hari ini harus ganteng banget??
HAH?! BENTAR?! KENAPA GUE JADI MIKIRIN DIA GANTENG?!
Dani masih pagi. Jangan gila dulu.
Pak Dian membuka kunci mobilnya dan gue langsung masuk ke kursi sebelahnya. Dan tumben tumbenan kursinya gak berubah sejak pas gue naik.
Gue emang bisa dibilang aneh kalo duduk di kursi mobil. Gue suka kursinya maju lebih dekat ke dashboard dan tegak. Karena itulah, ngurusin kursi pas masuk mobil orang adalah hal yang sudah biasa gue lakukan.
Pak Dian menyalakan mobilnya dan gue menoleh ke arah dia lagi. Gue kenapa ya...?
Hari ini Pak Dian pakai kemeja merah maroon yang bahkan gak terlihat serapih biasanya. Size-nya lebih besar dari size dia, bikin Pak Dian terlihat lebih santai. Tapi bahkan dengan melihat itupun, entah kenapa gue ngerasa hari ini Pak Dian lebih rapih dari bisanya. Wangi parfum dia yang khas lebih tercium, jam tangannya membuat tangan dia terlihat lebih kokoh pas dia memegang setir, dan bahkan gerakan dia pas nyalain radio tuh...
ASFAGDJDKAGSK!!! DANI LO TUH KENAPA SIH?!
"Pak, jam segini kan macet banget. Bapak gak stress apa?" Gue mencoba membuka pembicaraan. "Hahaha Dani, lewat belakang dong." "Hah belakang mana Pak?" "Ini kita lewat pintu belakang, nanti dari jalan dalem gak macet." "Oh ada jalan pintas Pak?! Wah tau gitu saya lewat situ aja dari dulu!" "Lah, saya kira kamu tau hahaha." "Gak tau Pak hehe."
