5. When I Meet You (again)

1.8K 129 9
                                    

“Tak peduli sejauh dan selama apapun kau pergi, perasaanku akan tetap sama. Aku mencintaimu!”


----


Tania masih kebingungan saat Sheila menghampirinya.

"Tania disini toh? Tante kira kamu kemana."

"Eh iya nih tante, cari angin."

Tania masih belum mengingat lelaki itu, walaupun wajahnya memang sedikit familiar.

"Nak Alfa kenal Tania?" Ardan bertanya pada lelaki itu.

"Iya om, Tania itu pernah satu sekolah sama Alfa."

"Oh jadi Tania ini kesini sama keluarga om? Itu berarti dia..?" sambungnya.

Seakan mengerti pada pertanyaan lelaki itu, Ardan dan Sheila mengangguk. "Iya, Tania kesini sebagai pasangan Aly."

Mimik mukanya tiba-tiba berubah. "Oh gitu." lelaki itu berubah dari antusias menjadi sangat datar.

Tania masih menerka-nerka. "Wait, pernah satu sekolah sama gue? Setau gue, gue gak punya temen sekolah namanya Alfa deh." Tania menyelidik.

Lelaki itu tertawa. "Hampir lupa, Alfa itu panggilan keluarga. Dan otomatis relasi bisnis papa juga kenal gue dengan nama Alfa. Gue Davin. Lo inget?"

Tania tercenung sejenak. Apa ia tak salah dengar, atau ia mimpi?
"Davin?" ia masih dalam ekspresi kebingungan.

"Iya, gue Davin. Astaga Tania, segitu berubahnya gue ya, sampe lo gak ngenalin gitu?"

"Lo bener Davin Alfa Dirgantara?"

"Iya."

"Jadi Alfa Itu...? Dan Dirgantara itu nama keluarga lo? Astaga Dav, gue sama sekali gak sadar."

"Lo pikun kali, Tan. Udah tua,"

"Enak aja lo!" gue merajuk.

Davin terkikik melihat tingkah Tania.

"Cie jadi reuni nih. Yaudah tante sama om kedepan dulu ya!" Sheila dan Ardan berlalu meninggalkan dua orang yang masih dalam kecanggungan.

"Iya tante, om." Tania dan Davin menjawab kompak.

"Lo apa kabar Tan?" Davin membuka percakapan kembali.

"Gue baik kok. Lo gimana?"

"Lebih baik sekarang sih." Davin tersenyum.

Dan harus Tania akui, senyum itu ternyata masih memikatnya sampai sekarang.

Tania terdiam sejenak. Memandang wajah dan senyum yang ia rindukan selama ini.

"Kok bengong, Tan?"

"Eng... Enggak kok." Tania tergugup.

"Bilang aja lo terpesona sama ketampanan gue. Iyakan?"

Dugaan Davin memang tepat, tapi Tania tak berani bilang iya.

"Pede banget lo." Tania menyenggol bahu Davin.

"Alah ngaku aja deh, Tan."

"Enggak." Tania dengan cepat berpaling dari tatapan Davin, ia takut Davin melihat wajah blushingnya.

"Idih gak mau ngaku ya?" Davin terus menggoda.

"Oh iya, bukannya lo pindah ke Australia? Kok sekarang kelayapan disini?" Tania mengalihkan pembicaraan.

"Gue kan udah lulus SHS, terus gue gak betah aja di negara orang. Jadi gue memutuskan buat kuliah disini. Kan ibarat peribahasa hujan emas di negeri orang lebih baik hujan berlian di negeri sendiri."

HelloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang