Chapter 1,5 : An Eye for An Eye

15 1 0
                                    

The Ice.
Tentu saja hal yang pertama kali terpikirkan adalah hamparan es yang luas,bisa jadi sebuah imitasi kutub utara ataupun sebuah tempat yang membeku.Faktanya ini adalah sebuah arena Ice Sksting raksasa di tengah Sungai (Cool Stream).Tidak terbayangkan olehku seseorang ingin membunuh di tempat ini.Apalagi di hari Weekend seperti ini yang mana banyak pengunjung menuju ketempat tersebut.

"Baiklah,nak,akan kupasang perimeter penjagaan dan perketat tempat tersebut.Calon korban yang dimaksud juga sudah kuawasi 24/7.Beristirahatlah,Kerja bagus" * Click* Kolonel menutup gagang telponnya.

Mungkin perlu kuberitahu bagaimana teka-teki tersebut terbaca olehku.Yang menjadi petunjuk sebenarnya memang sesuai prediksiku,Huruf I yang memenuhi seisi kertas dengan pola yang aneh.Kunci jawabannya ada di situ.Bukan pada jumlah hurufnya,melainkan pada "banyak"nya huruf I tersebut.Ya,apa yang bisa kita dapatkan dari huruf I dan kata banyak?

I'S (banyak I,penyebutan dalam bahasa Inggris selalu menambahkan huruf S/ES pada kata yang berarti lebih dari satu).Secara logis hanya itu jawaban yang terbersit di pikiranku.Bagaimanapun juga,penyebutan dan pembacaannya akan menjadi ICE .

Aku menoleh ke arah jam dinding.Jam 10.23 malam.Kantor pun mulai terlihat sepi dan hanya ada beberapa petugas yang masih mengerjakan laporan maupun shift malam.Well,perintah terakhir adalah beristirahat kan?Aku pun juga berharap dengan diamankannya si "target" dan tempat yang berpotensi menjadi TKP kasus ini akan berhenti sampai disini dan menjadi sebuah prank semata.Tentunya,ini harapan semua orang yang terlibat pada rapat tadi pagi.Namun,kecemasan di wajah kolonel membuatku berpikir,ini bukanlah sekedar lelucon semata.Tapi,ya sudahlah,aku lebih baik pulang saja.Aku butuh istirahat yang lebih dari cukup setelah kasus kemaren dan memutar otak seharian.

Aku butuh istirahat yang lebih dari cukup setelah kasus kemaren dan memutar otak seharian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin dingin bertiup sangat kencang.Angin tersebut membelai seluruh wajahku dan membangunkanku.Aku terbangun di sebuah sungai membeku.Tampak familiar,namun otakku seolah menolak untuk mengingatnya.Perlahan-lahan tempat tersebut hancur dan menghilang dalam kegelapan dan memunculkan sebuah pintu.Pintu berwarna merah darah dengan simbol capricorn tepat di tengahnya.Tanpa sadar aku membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya.Yang ada di dalamnya tentu saja sesuatu yang familiar,pemandangan mengerikan yang harusnya sudah kulupakan bertahun-tahun lalu.Kebakaran di desa Pole Muse yang (seharusnya ) sudah kulupakan.Namun,kali ini aku ada dalam perspektif berbeda.Aku tepat berada di dalam mobil si para pembantai,The Zodiac.

Langkah kaki dari sepatu boots mereka mulai terdengar diiringi dengan tawa para penjarah bengis tersebut.Sedikit demi sedikit aku bisa mendengar percakapan mereka samar-samar.

"Hahahahaha!Apakah kau lihat wajah bocah yang kusandera tadi?Pucat sekali!Seperti wajah tololmu di waktu kusembunyikan sepatumu saat SMP?Muahahaha!"
Sejenak semua pembunuh itu tertawa.
Seseorang dari mereka tampak agak marah dan mulai memasukkan peluru ke dalam senapannya.
"Wooo wooo Alfred,tenanglah!Aku cuma bercanda!"

Alfred.
Salah satu pembunuh yang kucari selama ini bernama Alfred??
Aku sadar bahwa ini hanyalah sebuah mimpi,namun aku merasa bahwa aku tak mendengar nama salah satu pembunuh tersebut.Jangankan namanya,bahkan percakapan yang kudengar adalah suara tawa mereka yang samar!

Well,ini mungkin hanya sekedar mimpi jadi bukan 100% benar.
Percakapan mereka kembali terdengar.
"Rencana **** kita ke depannya akan berjalan lancar kuharap,modal besar sudah pasti kita dapatkan,tapi..."
Suara tersebut terdengar tak asing bagiku,dan percakapan ini pun kembali menjadi tak terdengar.
Satu persatu tanah disekitarku mulai runtuh.
Sepertinya hanya sejauh ini yang bisa kugali dalam ingatanku saat ini,dan mimpiku ini memaksaku untuk beranjak dari kegelapan pembantaian terkutuk ini.
Seketika sekitarku menjadi gelap.

Tak lama berselang terdengar sebuah nyanyian merdu.
Lagu "You are my Sunshine" yang sering ibuku dendangkan padaku,yang sering menjadi lagu pengantar tidurku sayup-sayup terdengar.Aku pun mulai berlari ke arah suara tersebut sampai ia semakin terdengar.Ya,suara lembut ini.Suara penuh kasih dan cinta ini.Suara ibuku menuntunku dalam kegelapan ini.Dan akhirnya suara tersebut menuntunku ke sebuah pintu lagi.Pintu berwarna biru dengan simbol Capricorn.Dan nyanyian itu terhenti.

Nostalgia yang menuntunku itu tak lagi terdengar.Ibuku menuntunku jauh ke dalam bunga tidurku yang lebih dalam lagi,ke balik pintu ini.Aku harap jawaban atas semua keanehan ini ada tepat dibalik pintu ini.

- - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - --  - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - -

Dibalik pintu itu,ada seseorang dengan postur tubuh yang mirip denganku.Dengan jaket tinggi yang menutupi wajah ia berjalan ke arah alun alun kota UnderBoard.Aku ikuti sosok misterius itu perlahan.Jam dinding besar di Mega Square Centre menunjukkan pukul 02.45.Pagi-pagi buta di tempat ini tentu tak banyak aktivitas.Hanya ada beberapa orang berlalu lalang,beberapa tunawisma yang tertidur di kiri kanan jalan.Serta 3 orang pekerja kantoran yang tampak mabuk melantur tak jelas maksudnya di pintu masuk taman.

Di taman kota yang tak jauh jaraknya dari Mega Square Centre ini hanya ada satu orang di tengahnya.Seseorang yang berusia sekitar 40-50an dan tampak menggigil kedinginan.Pria misterius itupun mulai mendekat,sambil mendongak dan melihat ke kanan kiri untuk memeriksa keadaan.Aku tak yakin ia melihatku atau tidak,tapi ia tampak yakin keadaan sekitarnya sudah aman.Lalu ketika ia berbalik ke arah pria tua di tengah taman,aku melihat sesuatu yang menonjol di pinggangnya.Sebuah pistol Beretta standar kepolisian.

"Shit!aku harus menghentikan ini sebelum sesuatu yang buruk terjadi!" Ujarku.

Enigma : PandemoniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang