Part 33 - Can We Start It All Over Again?

2.6K 132 6
                                    

Louis’s POV

“Apa?!” sentak Liam, Zayn, Niall, dan Harry setelah mendengar ceritaku.

“Itu mustahil.” Ucap Niall.

“Kau bercanda, Lou.” Timpal Harry.

“Kau boleh membunuhku jika aku memang berbohong. Lagipula untuk apa aku berbohong?” 

“Aku mengerti sekarang. Jadi itu alasannya mengapa Candy terlihat kurang bersemangat akhir-akhir ini.” Ujar Liam.

“Tapi Lou, kau tidak bisa bertindak kasar seperti tadi terhadapnya. Kasihan dia.” Ucap Zayn.

“Iya. I’m so rude. Aku hanya bingung harus bagaimana. Mengetahui ada seorang gadis yang mencintaiku disaat aku mencintai kekasih yang juga mencintaiku. Ugh, aku saja sulit mendefinisikannya.” 

That’s complicated man!” kata Niall.

“Kau harus meminta maaf padanya, Lou. Bagaimanapun juga ini bukanlah salahnya. Perasaan cinta itu datang dengan sendirinya.” Ucap Liam.

Yeah, Liam’s right. Segeralah meminta maaf padanya, Lou. Be gentle.” Tambah Harry.

Akupun hanya bisa diam dan tertunduk. Apa yang harus aku lakukan? Kuakui tindakanku tadi memang sangat kasar pada Candice. Jadi, aku harus meminta maaf padanya?

April’s POV

“Aku juga tidak tau mengapa mobil bodoh ini tidak bisa menyala.” Ucapku pada Petter. Jadi tadi dia memberiku tumpangan (lagi) saat pulang sekolah. Kupikir, kenapa tidak? Harry juga tidak bisa menjemputku hari ini.

Dinamo start mobilmu rusak, April.” Jawab Petter setelah membuka kap mesin mobilku dan mengotak-atiknya.

“Duh. Jadi aku harus bagaimana?”

“Perbaikilah di tempat service dinamo terdekat.”

“Aku tidak tau dimana.” Jawabku menunduk. Mobil ini memang mobil yang sangat baik. Sangat baik sehingga membuatku ingin membakarnya. Menyusahkan saja!

“Ini, dihadapanmu.”

“Huh? Maksudmu?” aku menaikkan satu alisku.

“Ini soal gampang. Mobilku juga pernah seperti ini. Tenang saja, aku bisa memperbaikinya.” 

Really? Oh thank god. Thank you, Pett!” ucapku disusul senyuman dan anggukan Petter.

Setengah jam kemudian.

Done. Coba kau nyalakan mobilmu.” Ucap Petter lalu aku beranjak dari dudukku dan mulai melakukan apa yang Petter perintahkan.

Aku masuk ke dalam mobilku dan mencoba menyalakan mesinnya. Sekali, tidak bisa. Dua kali, tetap tidak bisa. Ketiga kalinya, bisa!

Yeay! Berhasil!” teriakku girang. Lalu Petter? Hanya tergelak melihat tingkah bodohku.

“Sudah bisa, bukan? Jadi kau bisa berangkat dengan tenang besok.” 

“Yeah, kau benar. Tenang dan tidak perlu merepotkanmu.” Kataku lalu tertawa

“Kau sama sekali tidak merepotkanku, April.” Jawab Petter juga tertawa.

“Terserah apa katamu. Kau pasti haus. Tunggu,biar kuambilkan minum.”

“Tidak, aku harus pulang sekarang.” 

“Mengapa buru-buru sekali? Ayolah, hanya minum sebentar.” 

“Aku harus berlatih renang sore ini, April. Aku serius, tidak perlu repot. Lagipula aku tidak haus.”

Half A HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang