Satu

31 1 0
                                    


Aku seperti bisa merasakan kesedihannya. Kesedihan yang mungkin tidak akan berakhir sampai sepucuk surat itu berada ditangan wanita yang dia sukai sejak pertama masuk SMP.

Semula berawal dari pertemuan meraka yang tak terduga, hal itu membuat Ilmi hanya bisa berkata yang singkat-singkat saja setiap betemu dengannya. Aku mengenal Ilmi sebagai pria yang pemberani untuk menghadapi masalah-masalah remaja SMP yang suka dengan kekerasan. Tetapi semuanya seperti berubah sejak Ilmi bertemu dengannya.

Aku tak habis pikir, sebenarnya apa yang ada dibenak Ilmi, orang yang menjadi teman baikku sejak aku berada di sekolah dasar. Dia yang selalu mengeluarkan cletukan jahilnya untuk memecahkan keheningan kelas saat pelajaran berlangsung, membuat guru-guru kuwalahan dengan tingkah polahnya yang selalu mengerjai teman-temannya yang bisa dibilang selalu mengerjai orang yang terlihat lemah dimatanya menjadi berubah 180 derajat dihadapan seorang wanita.

Aku pernah sesekali mencoba untuk bertanya kepadanya "Apa to, yang ngebuat kamu suka sama Sasa?", dia terdiam sebentar dan hanya menjawab "Senyumnya...". Hanya kata itulah yang selalu keluar bersamaan dengan gumpalan asap putih yang selalu keluar masuk lewat mulutnya. Walaupun aku tahu pasti ada hal lain yang menarik perhatiannya sehingga ia menyukai wanita itu.

Aku pun juga pernah menyindirnya dengan kata-kata yang mungkin menyakitinya "Kalo kamu jadian sama Sasa... sekolah kita bisa rubuh bro... pkoknya beauty and the beast.. ngga cocok..."

Entah apa yang ada didalam pikirannya setiap Aku mengatakan hal itu, atau mungkin dia memang tahu jika Aku hanya sekedar bercanda, karena setiap Aku mengatakan hal itu, dia hanya terdiam dan menatapku sambil meniupkan gumpalan asap putih yang sangat setia melewati mulutnya.

Tak pernah terpikir olehku, kalau orang yang selalumengerjai teman-temannya, sampai ke guru-guru mapel yang mengajar dikelas itu, bisa terlihatseperti kucing kecil yang selalu bertingkah lucu untuk menghibur orang yangmelihatnya, bahkan sesekali ia terlihat malu sendiri dengan tingkahnya.

Cintanya tak pernah sampaiWhere stories live. Discover now