Seperti masih segar diingatanku, ketika aku melihatnya bersedih. Semua berawal ketika aku dan Ilmi pergi ke perspustakaan sekolah. Tanpa disengaja kami melihat Sasa sedang mengobrol dangan teman-temannya didepan kelas, dan tanapa disengajanya lagi, kami mendengar percakapan mereka.
"Eh sa, kali ini kamu lagi deket sama siapa sih..?" seringai jahil wanita bertubuh gemuk yang bersama Sasa.
"Masak kamu ngga tau sih.. Sasa kan lagi dideketin preman sekolah kita yang pinter, jahil, dan sok tau itu..." sahut datar salah satu wanita kurus berkacamata.
"Kalian ini apaan sih, kalian belum tau Ilmi aja.. dia tu ngga seburuk yang kalian kira.. walaupun preman.. hatinya..." kalimat itu terpotong.
"Tetap ngga akan baik.." sahut dua wanita secara bersamaan..
Mereka bertiga serentak tertawa bersamaan, tetapi tawa Sasa berhenti seketika karna ia melihat bayangan sesorang dari arah belakang. Dan dia pun menoleh, betapa terkejutnya Sasa karena yang berada dibelakangnya adalah seorang laki-laki yang sedang dibicarakan bersama teman-temannya.
"Ayo keperpus bro.." hanya itu kata yang keluardari mulut Ilmi yang mengajakku pergi dari tempat Sasa.
**
YOU ARE READING
Cintanya tak pernah sampai
Short Story{Completed} Cerita pendek. Antara Aku sebagai peran tambahan yang bisanya nulis dan ikut-ikutan apa yang dilakuin sama Ilmi. Sahabatku.