Hari demi hari yang Ilmi jalani disekolah, yang dia isi dengan mencari perhatian dari Sasa itupun seperti tidak sia-sia, karena Sasa sendiri mulai akrab dengan Ilmi. Aku terkadang masih dibayangi tanda tanya, bagaimana bisa mereka akrab kembali, padahal aku dan Ilmi pernah mendengar percakapan Sasa dengan sahabat-sahabatnya, yang membuat Ilmi mengeluarkan tetesan air mata yang keramat bagi laki-laki sepertinya.
Apa boleh buat, semua sudah terlewati. Yang jelas aku senang melihat senyum Ilmi kembali seperti biasanya, dan satu hal lagi yang membuat aku senang. Dia dekat lagi dengan Sasa. Semua seperti kembali seperti sejak pertama mereka bertemu, begitu juga denganku, sekarang aku bisa bertanya dengan nada jahilku lagi kepada mereka jika sedang bercanda bersama, "Kapan jadian...?".
Hingga suatu hari, ketika Aku dan Ilmi sedang mengerjakan tugas bersama, dia terlihat sibuk sendiri dengan selembar kertas dan amplop kecil. Aku baru sadar kalau itu sebuah surat yang dipersiapkan untuk Sasa saat dia berkata, "Denger baik-baik bro.. kalau aku ga ada, kamu adalah orang yang harus memberikan surat ini kepadanya.. ingat, berikan ketika tanah mulai menimbun jasadku...". Aku tidak tau apa yang terjadi pada Ilmi dimalam itu, karena kata-kata yang ia keluarkan, seperti tidak ada tanda bahwa itu sebuah gurauan.
YOU ARE READING
Cintanya tak pernah sampai
Short Story{Completed} Cerita pendek. Antara Aku sebagai peran tambahan yang bisanya nulis dan ikut-ikutan apa yang dilakuin sama Ilmi. Sahabatku.