Bab 1

60 11 0
                                    

Cinta itu datangnya bisa dari mana aja. Bisa aja kan kalo buat kita, cinta itu datangnya dari rasa benci?

* * *

"Jadi, sebenarnya ini ada apa?" Tanya Bu Nina sembari menatap ketiga murid yang sudah duduk anteng di depannya.

Radit menyilangkan tangannya dengan hati dongkol. "Tanya aja si 'Ratu' itu, masalahnya apaan. Dia yang nyeret kita di sini," jawabnya dengan nada tak biasa.

Ratu mendengus. Setelah kalah perdebatan tadi, kini Radit malah seperti anak SD yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya.

Alden berdehem kecil sebelum menjawab, "Begini bu diantara saya dan Radit, terjadi kesalahpahaman. Saya tidak sengaja melempar bola basket ke arah Radit. Tapi Radit malah marah dan langsung menyerang saya. Padahal saya sudah minta ma--"

"Dih apaan? Fitnah lo! Orang jelas-jelas lo tuh sengaja lempar bola basket ke gue! Suka banget lo, memutar balikan fakta," potong Radit dengan nada sinis.

Ratu memukul pundak Radit menyuruhnya diam.

Radit menyandarkan kembali punggungnya ke sofa dengan kesal.

Bu Nina hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Radit yang seperti anak kecil.

"Jadi ya gitu bu, kejadiannya. Ujung-ujungnya kita saling adu tinju deh," lanjut Alden.

Ratu tersenyum kecil melihat wajah Alden yang selalu tenang itu.

Melihat Alden yang tenang dan Radit yang selalu berusaha membela dirinya, membuat Ratu sadar satu hal.

Alden selalu sempurna di matanya. Berbeda dengan Radit yang selalu mendapatkan minus, di mata Ratu.

"Oke, supaya adil kalian berdua saya hukum. Bersihkan gudang belakang sekolah, dan harus selesai hari ini juga," Kata Bu Nina sembari menatap intens keduanya.

"Baik bu," perkataan Bu Nina dijawab dengan ogah-ogahan oleh Radit.

Serta anggukan patuh oleh Alden. Hal itu membuat senyuman Ratu semakin lebar.

"Oke kalian boleh keluar. Ratu terima kasih atas laporannya. Tidak salah kami memilihmu, sebagai Ketua Osis," Ratu hanya menanggapinya dengan senyum lebar.

Mereka bertiga berdiri dan keluar dari ruangan itu.

"Alden, kita ke UKS dulu yuk. Luka lo harus diobatin," kata Ratu saat mereka sudah di luar.

"Oke, tapi sebelumnya makasih ya buat semuanya," ucap Alden sembari tersenyum manis.

"Alay, dramatis banget jadi orang," ledek Radit.

Radit menubruk bahu Alden dengan sengaja saat ia berbalik hendak pergi.

"Al? Lo gak papa?" Tanya Ratu khawatir. "Kekanakan lo Dit!"

Alden menepuk bahu Ratu, dan menggeleng. "Udah gak usah ditanggepin,"

Bertambahlah kesempurnaan Alden di matanya.

* * *

"Lo duduk di situ aja dulu Al, biar gua ambil kotak obatnya," Alden hanya tersenyum berterima kasih dan menuruti perkataan Ratu.

Kisah RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang