Pulang Bareng Siapa?

487 28 0
                                    

Starla berlari-lari kecil dari kelasnya menuju ruang ekskul PMR. Sesuai janji dengan ketua ekskul PMR dan kewajibannya juga, Starla memulai ekskul nya Jum'at ini.

Pintu ruang ekskul PMR sudah tertutup. Starla terlambat. Ini semua karena Riana yang meminta Starla untuk menemaninya mencatat catatan Fisika di papan tulis. Hari ini Riana tertidur saat pelajaran fisika yang menurutnya sangat membosankan. Alhasil ia tidak mengetahui apa yang diterangkan guru dan juga terlambat mencatat.

Dengan ragu Starla mengetuk pintu. "Masuk," Setelah interupsi dari seseorang, Starla membuka pintu perlahan lalu menunduk.

"Maaf kak, saya telat." Ucap Starla masih dengan menunduk.

"It's okey. Lo boleh duduk." Dengan cepat Starla menuju tempat duduk di samping Ananda.

"Gue punya soal untuk kalian. Jadi kali ini gue mau ngasih teori dulu untuk kalian, setelah teori selesai kita langsung praktek." Jelas Bayu pada anggota PMR lainnya.

"Oh iya, mengerjakannya berkelompok ya. Kelompok yang kemarin udah dibentuk." Anggota PMR mengangguk dan segera mengerjakan tugas yang diberikan.

Arga menghampiri Starla dan Nanda yang memang teman sekelompok nya. Ananda memutar bola matanya ketika melihat Arga. Rasanya ia sebal sekali jika melihat wajah itu disini. Mereka semua mulai mengerjakan soal.

"Starla, kayaknya semua soal bisa lo jawab deh." Ucap Nanda sembari menggaruk pelipisnya. Starla terkekeh. Sementara, Arga sedang memperhatikan wajah Starla dan sesekali tersenyum.

Ananda yang melihat itu segera menoyor kening Arga. "Orang mah ngerjain. Jangan senyum-senyum kayak orang gila. Apa perlu gue masukin lo ke RSJ?" Arga melotot tajam kearah Nanda. Ia bingung mengapa Nanda begitu membencinya. Padahal ia tidak punya hutang pada Nanda.

"Lo kenapa sensi terus sih ke gue? Perasaan, gue nggak pernah minjem duit ataupun ngutang sama lo. Jangan sensian terus ke gue, entar naksir lagi." Arga sengaja mengeraskan kalimat terakhirnya dan itu membuat Nanda naik darah.

"Apa lo bilang?! Pede abis lo! Jadi cowok tuh nggak usah sok kegantengan!" Arga tersenyum miring mendengar ucapan Nanda.

"Emang ganteng kok. Buktinya, banyak tuh cewek yang suka sama gue." Ucap Arga dengan pedenya. Nanda menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum mengejek.

"Denger ya, cewek-cewek yang suka sama lo itu buta semua! Kalo Manu Rious sih wajar dipuji-puji. Lah elo? Tampang kaya pantat panci aja bangga." Arga semakin marah dan rasanya ia ingin menonjok wajah Nanda sekarang juga. Tapi, ia sadar. Nanda perempuan, bukan tandingan laki-laki.

"Heh! Enak aja lo kalo ngomong! Lo tuh, sok cantik!" Arga menekankan kata 'sok cantik'. Amarah Nanda semakin memuncak dan wajahnya kini memerah. Sepertinya, ia bisa meledak kapan saja.

"Lo tuh kenapa ngeselin banget sih?! Rasanya gue pengen banget nonjok muka sok ganteng lo itu! Dasar playboy cap kaki sepuluh!" Mendengar keributan Arga dan Nanda semakin menjadi, Starla berusaha menengahi.

"Nanda udah, Nan. Nggak usah lo ladenin, mendingan lo bantuin gue. Udah ya." Ujar Starla lembut dengan harapan Nanda bisa menurunkan emosinya. Nanda pun terdiam dan mulai mengerjakan soal. Starla menghela nafas lega.

"Jadi cewek tuh kayak Starla, kalem. Jangan kebanyakan ngomel ama ngebacot." Sindir Arga membuat Nanda menatapnya tajam.

"Lo pikir lo siapa ngatur-ngatur gue? Gue cuma menasihati lo supaya nggak sok kegantengan dan keganjenan." Nanda menekankan kalimat terakhirnya.

STARLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang