Ch. 3 : 1st Day Audition (God's POV) 1/1

4.2K 469 62
                                    

God's POV

Ganteng, keren, seksi, itulah aku. Aku sadar dengan kelebihan fisik yang ada pada diriku, dan itulah yang membuatku terjun ke dunia modelling. Tapi manusia tidak ada yang sempurna dan tidak akan pernah merasa puas. Hari demi hari begitu banyak talent dan wajah baru di dunia modelling, sedangkan aku akan semakin tua dan tidak dibutuhkan lagi, karena itu aku harus melakukan sesuatu yang baru sebelum itu terjadi.

"Sayang, kamu mau ikutan audisi film ini? Ini kan film homo!" Shirlyn merengek manja disampingku saat melihat tampilan formulir di layar monitor laptop ku.

"Iya, memangnya kenapa? Kamu cemburu?" Jawabku sambil tersenyum dan mencolek pipinya. "Masa kamu cemburu? Kamu kan tahu sendiri aku gak homo, dan aku sudah punya kamu." lanjutku sambil mencium rambutnya mesra.

"Ih, dasar gombal!" Shirlyn mencubit pinggangku dengan ekspresi sebal dan aku hanya tertawa geli. "Aku cuma khawatir nanti kamu ketularan jadi homo." jawabnya lagi dengan muka cemberut. Itulah percakapan terakhir dengan pacarku Shirlyn sebelum akhirnya aku berada disini. Setelah beberapa kali membujuknya dan meyakinkannya, akhirnya dia mengerti dan mendukung keputusanku.

Aku berjalan sambil termenung menatap layar handphoneku, melihat postingan instagram saat kencan terakhirku di pantai bersama Shirlyn, namun tiba-tiba saja seseorang menabrakku dan hampir membuat handphoneku jatuh jika tidak sigap.

"Hey, Pendek! Kalau jalan pake mata!" Aku serta merta membentaknya dengan nada sebal, tapi kemudian waktu terasa berhenti saat aku sadar siapa orang pendek Di hadapanku. Cantik, imut, tanpa dosa, oh mahluk apa ini? Aku ingin menampar wajahku sendiri karena merasa begitu kotor. Meskipun dia membalas dengan mengataiku raksasa tapi aku begitu terpana melihat matanya yang besar dan bibir nya yang cantik merah jambu dan tanpa sadar aku meraih tissu bekas ingusku untuk melap sudut bibirnya, jariku ingin sekali menyentuhnya tapi apalah yang keluar dari mulutku adalah kata-kata yang menyebalkan lainnya.

Sekitar 15 menit berlalu, aku duduk bersila disamping anak laki-laki itu, kebetulan saja nomor urutku adalah setelahnya. Ruangan ini begitu ramai tapi entah kenapa aku merasa canggung. Aku melirik ke arahnya berulang kali dari balik handphoneku dan diam-diam mengambil fotonya dari samping. Benar-benar imut dan cantik, aku heran apa dia itu benar anak laki-laki atau hanya seorang gadis yang menyamar. Ada dua hal yang aku sukai di dunia ini selain diriku sendiri, yaitu kucingku Munich yang lucu dan pacarku Shirlyn yang cantik. Tapi bocah ini seperti perpaduan keduanya.

Oh sialan! God apa yang kau pikirkan? Aku menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran aneh di otakku dan segera menghapus foto yang aku ambil diam-diam tadi. Telingaku panas mendengar suara bisik- bisik dan cekikikan dari peserta wanita dan ladyboy yang mencoba menggodaku. Aku memang sudah terbiasa mendengar hal itu jadi aku acuhkan saja mereka. Saat aku sedang sibuk dengan pikiranku ternyata ada sosok lain yang mendekatiku dan tanpa sadar sudah berdiri di hadapanku dan mengajak berkenalan.

Pria itu bernama Newyear, aku mengenalnya dari instagram, dia selebgram yang cukup populer bahkan lebih populer dariku jika dilihat dari jumlah pengikutnya di instagram. Aku tahu cowok yang bergaya seperti flower boy di group KPop idol ini secara terang-terangan telah mempublikasikan dirinya sebagai gay dan sering memamerkan kemesraan dengan kekasih prianya di instagram. Bukannya aku homophobia tapi aku merasa aneh dan agak risih saat dia tersenyum menatapku dan mengeggam tanganku untuk bersalaman.

Pertanyaan Newyear selanjutnya menyadarkanku betapa aku begitu acuh dan tidak tahu menahu tentang bocah yang duduk di sebelahku. Aku tersadar bahwa dia tampak terlalu muda dan tampangnya terlalu innocent untuk mengikuti audisi drama ini, kecuali jika dia memang hanya mengambil peran sebagai anak kecil. Aku menoleh ke arahya untuk melihat ekspresinya saat berbicara dengan Newyear tapi pertanyaan itu tidak pernah terjawab saat seorang staf wanita memanggilnya.

Bas Suradet Pinnirat, jadi itu namanya. Aku termenung saat melihat sosoknya yang mungil dan bantet menghilang di balik pintu, saat itu juga aku sadar bahwa setelahnya akan menjadi giliranku. Entah kenapa dalam hati aku berharap agar dia lolos ke tahap berikutnya agar kami nanti bisa bertemu lagi.

TBC (To be continued)

Behind the Shadow of The Moons (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang