Epilog

1.1K 143 8
                                    

Dua minggu kemudian

.
.
.

Suasana sore hari yang lembab dengan sisa-sisa tetesan hujan yang berjatuhan ke tanah dan ditemani dinginnya udara di musim dingin yang menyelinap kerelung pori-pori secara sembunyi-sembunyi.

Langit mendung semakin menunjukkan kebosanannya dan akan berubah gelap sebentar lagi.

Kegelapan. Seperti itukah bentuk dari rasa rindu yang tertahan? Rindu penuh pengharapan untuk bertemu dengannya kembali.

Hidup seolah mempermainkan takdir yang seharusnya tidak pernah di inginkan Kim Mingyu.

Perpisahan dengan Jeon Wonwoo secepat ini sungguh di luar dugaan.

Mensia-siakan orang yang sangat mencintainya dan juga di cintainya. Hanya karena gengsi dan tidak percaya diri. Ia benar-benar sudah melakukan kesalahan yang besar.

Dan penyesalan selalu datang di akhir bukan? Dan Itu yang Mingyu rasakan saat ini. Menyesal. Tentu saja!.

Sekarang Mingyu hanya bisa menangisi kepergian Jeon Wonwoo dan menyesalinya.

Berdiam diri di depan makam sang kekasih dan meluapkan kemarahan kepada dirinya sendiri. Tentu itu tidak akan membangkitkan Wonwoo kembali.

Dua minggu sudah Wonwoo meninggalkannya. Dan selama itu pula Mingyu selalu mengunjungi makam sang kekasih.

Meratapi kepergian Wonwoo. Menyesali. Dan mengatakan 'aku mencintaimu wonu-ya aku mencintaimu' bahkan itu semua tidak akan merubah apapun.

Wonwoo tidak akan kembali

Wonwoo tidak akan kembali

Semua begitu terlambat. Menyadari betapa pentingnya Wonwoo bagi hidupnya sangat terlambat.

"Wonu-ya aku harus bagaimana? Apa aku bisa melanjutkan hidupku tanpamu Wonu-ya"

Sonyoung memperhatikan Mingyu di balik pohon yang tidak jauh dari sana. Lalu membuang nafasnya kasar.

"Si Kim 'sialan' Mingyu beraninya dia!!!" Soonyoung menggertakkan giginya geram.

Soonyoung berjalan ke arah mingyu dan mendekatinya. "Hey sialan. Kenapa kau masih tidak punya malu bahkan untuk mengunjungi Wonwoo".

Mingyu yang menyadari kehadiran Soonyoung bangkit dan berdiri berhadapan dengan Soonyoung. Memandang lemah ke arah teman Wonwoo itu.

"Soonyoung-ah apa aku harus menyusul Wonwoo. Apa aku bisa bertemu dengannya setelah aku mati?"

Soonyoung benar-benar tidak habis pikir. Penampilan Mingyu benar-benar kacau. Di tambah otaknya benar-benar tidak waras.

"Soonyoung-ah" Mingyu memegang pundak Soonyoung dan mengguncang bahu Soonyoung. "Soonyoung-ah katakan apa aku bi-

"BERHENTILAH SIALAN!!" bentak Soonyoung dan mendorong Mingyu sampai jatuh tersungkur ketanah.

Soonyoung menarik kerah kemeja mingyu dan melayangkan bogeman mentah ke muka tampan itu.

Bug

Bug

"Argh-

Mingyu hanya pasrah menerima setiap bogeman dari Soonyoung dan tidak berniat membalas. Ia sudah terlalu lelah. Dia hanya bisa menangis dan pasrah. Untuk hidup saja rasanya dia sangat enggan sekali.

"Ku peringatkan kau Kim Mingyu. Sadarlah!! Wonwoo sudah pergi. Jangan buat dia tersiksa hidup dan mati karenamu. Kau tau dia sangat mencintaimu. Bahkan di saat terakhirnya. Dan sampai seterusnya. Di kehidupannya kemarin dan di kehidupan selanjutnya. Wonwoo akan selalu mencintaimu Kim Mingyu. Jangan siksa Wonwoo dengan kebodohanmu lagi."

"Apa maksudmu dengan kehidupan wonwoo selanjutnya Soonyoung-ah?"

Soonyoung menghela nafas. Ia merapikan Jas nya. Dan merogoh sesuatu dari saku celananya.

"Ini untukmu" Soonyoung melempar sebuah diary kecil berwarna coklat tua di hadapan Mingyu.

"Itu milik Wonwoo. Kau harus melanjutkan hidupmu jika kau benar-benar ingin menebus dosamu kepada wonwoo. Dia sangat mencintaimu"

Mingyu mengambil Diary itu dan melihat sampul kusam itu dalam.

"Aku pergi dulu" tambah Soonyoung yang lalu mendapati anggukan dari Mingyu.

"Terimakasih" Ucap mingyu yang masih terduduk di samping makam Wonwoo.

Mingyu membuka lembaran awal di dalam diary. Membaca kata demi kata yang terukir di atas kertas tua itu. Kisah masalalu dan masa depan seolah berputar seperti sebuah film.

Pesan demi pesan wonwoo sudah tersampaikan. Curahan kesedihan dan kebahagian terukir indah di sana.

Bahkan harapan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya seolah akan nayata pada waktunya.

Mingyu merasa keajaiban akan segera menghampirinya.

Mingyu menyunggingkan senyum yang tidak bisa di artikan bagi seseorang yang melihatnya.

Mingyu bangkit dan memandang dalam tempat kekasihnya tertidur sekarang.

"Aku pulang dulu Wonu-ya" ucap Mingyu dan tersenyum kembali. Lalu melenggang pergi meninggalkan makam sang kekasih dalam gelapnya malam.

...

.

.

.

.

.
13 Maret 2016

Ada banyak harapan pada setiap doa. Ada rangkaian mimpi yang kugantungkan. Ada rasa yang sempat kututupi tanpa kutahu. Aku tak sedang diam di sini. Jawaban apa yang kira-kira Tuhan beri untukku? 

17 Maret 2016

Aku tidak lelah. Aku hanya butuh istirahat. Sebentar saja.

13 Juli 2017

Maaf sebelumnya, telah lancang menggantungkan mimpi. Kali ini, aku akan segera pamit. Entah benar-benar pergi atau akan kembali lagi. Semua kuserahkan pada Tuhan.

17 Juli 2017

Lahirkan aku dalam satu kehidupan lagi, Tuhan.

.

.

.

BLIND-MEANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang