"Sesungguhnya sulit untuk percaya pada takdir yang menyakitkan.."
Pagi ini masih sama dengan pagi pagi sebelumnya, masih ramai dengan suara adu mulut antara dua orang yang saat ini ia benci, yang masih mementingkan ego hati mereka masing masing dan tak pernah mementingkan perasaan seorang gadis manis yang berharap semuanya cepat berlalu, walau sangat mustahi baginya tapi tak ada yang mustahil di dunia ini bukan.
Ia muak dengan semua kalimat, nada bicara dan embel embel suara tamparan yang amat sangat dibencinya. Akan kah ia bisa melerai pertengkaran sepasang orang tua yang tak pantas untuk dijadikan pedoman ini? Jawabannya tidak! Yang mampu melerai hanyalah ego mereka masing masing.
" kau ini memang istri yang keras kepala dan tak tau diuntung!"
Kaliamat pertama dipagi ini dan masih sama! Menohok hati sang pendengar.
" berkacalah, kau pun sama!"
Saling saut menyaut menyalahkan satu sama lain yang entah kapan usainya perdebatan yang memuakan itu.Gadis manis itu kini melanjutkan kegiatan setiap paginya yakni pergi kesekolah, dan seperti biasa ia dibangunkan oleh alarm yang sangat membutnya jengah.
" stop!! Tidak bisakan kalian diam jika ada aku? Setidaknya hargai aku sebagai ANAK kalian! Aku sudah muak dengan perdebatan kalian yang tiada akhirnya!"
Masa bodo dengan nada bicaranya yang mulai meninggi dia hanya ingin dihargai setidaknya sebagai anak. Hening seketika sebelum beberapa saat riuh perdebatan itu mulai terdengar lagi 'masa bodo dengan kalian' gadis manis itu melanjutkan langkahnya.
------
Lagi pagi ini menjadi pagi yang buruk untuk kesekian kalinya sepertinya memang jarang gadis itu menikmati paginya dengan baik. 'Rasanya lebih baik disekolah dari pada di rumah yang penuh dengan pertengkaran sialan' begitulah harapan lamunan gadis manis yang kini tengah melamunkan nasibnya.
" uci, kau kenapa lagi kali ini?"
Hafal dengan raut wajah sahabatnya gadis bersurai hitam itu mencoba menanyakan kondisi mood sahabatnya kini. Tak kunjung di jawab gadis bersurai hitam itu geram sendiri.
" Luciana Maureta!!"
Merasa di panggil Luciana gadis manis itu kembali ke alm sadarnya dan dihadiahi tatapan geram sahabatnya
" iya van ada apa?"
Dengan polosnya Luci bertanya kembali paca Vanya -gadis bersurai hitam tadi- beruntunglah karena Vanya sabar memiliki sahabat macam Luciana
" kau ini kenapa? Melamun dari tadi, sedang ada masalah? Lagi?"
Ragu ragu Luci ingin menjawab ia belum siap untuk bercerita saat ini.
" Uci kita ini sahabat bukan? Tidak usah sungkan jika ingin bercerita dan berbagi, meski masalah pribadi sekalipun"
" lain kali ya Van, jika aku sudah yakin dan siap akan ku ceritakan semuanya"
Dengan menggenggam tangan Vanya ia mencoba meyakinkan sahabat satunya ini. Vanya mengangguk tanda yakin dan tersenyum lembut.----
Kring.....
Tanda istirahat yang didambakan para siswa akhirnya berkumandang tanda bagi mereka untuk mengistirahatkan pikiran sejenak.Disinila mereka, empat gadis yang menyandang status sahabat yang masih setia duduk di kursi masing masing sampai salah satu dari mereka memecahkan keheningan kelas yang memang hanya ada mereka saat ini.
" Via, ke perpus yu!" Ajak Luci pada gadis tomboy bername tag Olivia tersebut.
" wah maaf Ci bukannya aku tidak mau hanya saja ada urusan yang lebih penting saat ini" Jawabnya panjang lebar.
" memangnya ada urusan apa? Tumben sekali" tatapnya selidik
" makan.. Hehe"
Katiganya hanya menggeleng kepala melihat tingkah salah satu sahabatnya itu, lalu menuruti kemauan Olivia yakni makan. Mereka bergegas menuju kantin tak sabr untuk melahap makan siang.----
" aku mohon ka lepaskan aku, aku tidak punya uang saku hari ini" terdengar jelas dari ujung koridor sekolah suara seseorang yang kini tengah di bully oleh siapa lagi jika bukan geng cassanova yang gemar membully nerd atau adik kelas, seperti saat ini siswa berkacamata bulat itu tengah memohon agar lepas dari bullyan kaka kelasnya kini.
" kau pikir aku bodoh? Mana mungkin orang kaya macam kau tak diberi uang saku?" Seringai itu jelas tercetak di wajah tampan mereka.
" salahkan dirimu yang begitu menarik untuk di bully pria manis" kekehan keempatnya seakan menohok hati siswa itu.
" hei! Kalian! Berhenti membullynya!!" Serempak keempat pangeran tampan itu memutar badan dan beradu pandang dengan empat orang lainnya.TBC
Typonya di maafin kan :vVomen kuy biar semangat gue wkwk
JIKA ADA KESAMAAN ALUR CERITA MOHON KOMEN, DAN SAYA JUGA TERINSPIRASI DARI ALUR CERITA TERSEBUT.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E
RomanceGenre : Romance, hurt, sad, school life, family Disini akulah penentu jalan hidupku