THREE

3 1 0
                                    

"Menyalahkan takdir tidaklah akan membuat segalnya sempurna.."

Hening tak ada percakapan dintara keduanya, merasakan atmosfir yang tiba tiba menjadi canggung dari pihak si lelaki ia membuka pembicaraan.

"Rupaya kau memang selalu ada dimana mana" yang di ajak bicara masih setia mematung dan menatap si lelaki.

"Jangan terus memandangiku seperti itu aku bukan lelaki jahat" jawabnya seakan ia tau apa yang ada dalam benak sang gadis.

"Ya memang kau ini jahat kan" sindirnya tepat sasaran, ingin rasanya Leon memakan gadis itu saat ini juga namun memingat ia manusia ia tunda niatnya itu.
"Mau apa kau! Dengan seenaknya menarik narik lengan orang dengan kasar" lanjutnya yang masih tak terima dengan perlakuan Leon tadi.

"Hanya ingin menuntaskan masalah tadi siang nona" kembali seringai menyebalkan Leon terpampang jelas di hadapan Luci dan hal itu malah semakin memperburuk moodnya kali ini. Tak lama Leon mencodongkan wajahnya mendekati wajah Luci yang terlihat menegang "urusan kita belum selesai Luciana" bisiknya membuat Luci hanya bisa bergidig ngeri mendengar betapa sexyny suara Leon saat berbisik padanya 'gila mana mungkin dia sexy' Luci kembali menepis pikirannya itu.

"Terserah kau saja, aku sedang tidak ingin berdebat tuan arogan" Luci menghela nafas berat lalu melangkah pergi menjauh dari lelaki arogan dan pengacau itu 'kesialan apa lagi ini tuhan'. Ingin rasanya Luci mengeluh jika ia lelah, namun juka hidupnya hanya penuh dengan kalimat mengeluh itu takan pernah ada habisnya.

"Oh god aku lupa" Luci langsung merogoh tasnya dan mengambil handphonenya lalu menekan beberapa digit angka dan mulai menghubungi seseorang.

----

Istirahat memang waktu yang sangat cocok untuk menenangkan pikiran melupakan beban pelajaran, sama halnya dengan Olivia yang kini tengah sibuk memilih milih buku yang menurutnya menarik untuk dibaca, moodnya sedang tidak baik kali ini, dia memilih meninggalkan makan siang dan pegi ke perpus untuk memperbaiki moodnya. Namun sayang setelah berkeliling dan memilih memang tak ada buku yang menarik untuknya kini. Olivia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat duduk di perpus dan naasnya kursi tempat biasanya sudah terisi oleh siswa lain membuatnya menghela nafas berat 'haaah kenapa perpus mendadak menjadi rami' raut wajahnya menunjukan ia memang sedang butuh tempat untuk menenangkan pikiran dan tempat yang ia tuju saat ini adalah rooftop.

Olivia membuka pintu dan melangkahkan kakinya menuju rooftop, ia lagi lagi mengedarkan pandangannya kesekeliling guna menemukan tempat yang cocok agar dapat merileks kan pikiran, dan dapat ia melihat sebuah sopa yang terlihat terawat berada di samping pembatas rooftop Olivia melangkahkan kakinya menuju sopa itu dan lalu mendudukn diri dan memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajah cantiknya.

Puk
Puk

Belum genap 5 menit Olivia menutup mata ia sudah mendapat gangguan, ia mencari kesekeliling berharap menemukan si pengganggu itu

Puk
Puk

Lagi gumpalan kertas mengenai kepalanya untuk kesekian kalinya

"Oi!! Apa yang kau lakukan di tempat ini ha!" seketika Olivia mematung mendengar suara yang begitu tak berdahabat, ia berdiri dan memutar badan dan mendapati si makhluk pengganggunya.

"Kau! Kenapa kau ada disini? Dasar penguntit" Marchel hanya mengangkat alisnya heran, gadis dihadapnnya kini ditanya malah balik bertanya.

"Ini tempatku, lebih baik kau pergi aku tidak suka berbagi"

"Tidak bisa! Akulah orang pertama yang ada disini, jadi aku juga berhak ada disini" jawabnya lantang.

"Cih! Orang pertama? Dasar bodoh jika kau orang pertama disini tidak akan ada sopa itu nona" jawabnya meremehkan

"Kenapa masih diam? Pergi aku sedang tak ingin di ganggu" dengan santainya Marchel melangkah menuju sopa dan merebahkan diri, ia sadar jika sedari tadi Olivia sedang menatapnya kesal "satu lagi. Aku bukan penguntit nona" ia kembali menutup mata.

Olivia hanya bisa diam dia merasa malu karena memang benar ini juga bukan kawasannya "susah sekali hanya ingin menenangkan diri" gerutunya pelan, lalu menghentakan kaki bergegas pergi.

----

Terlihat seorang gadis lucu yang kini tengah kerepotan dengan setumpuk buku tebal titipan gurunya yang harus ia kembalikan. Entah karena pandangannya terhalang buku atau memang Erika -gadis lucu tadi- sedang tidak fokus dan tanpa sadar

'Bruk!'

Suara buku terjatuh begitu menggema di lorong koridor yang memang sudah sepi. Saat ia hendak memungut buku buku itu pergerakan tangan Erika terhenti karena ia sadar yang ia tabrak ialah manusia, ia membenarkan posisi berdirinya dan menatap manusia itu.

"Hei! Berjalan lah dengan benar dasar ceroboh!" tak memperdulikan omelan sang lelaki Erika makin asik dengan memandang sang lelaki dengan polosnya.




TBC

masih memaklum typo guys :v semoga suka cerita abal abal ini

Vomen vomen

L.O.V.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang