"Pertemuan mungkin peristiwa singkat yang dapat merubah sebuah perasaan dengan kilat...."
Lelaki pembully tersebut menghampiri keempat gadis yang kini dengan setia menatap kedatangan mereka dengan tatapan yang sangat tak bersahabat. Dengan sisa sisa meberanian para gadis pun membalas tatapan para lelaki tadi tak kalah tajam menyiratkan 'ketidak sukaan' mereka.
" mau apa kalian? Mau menggantikan siculun itu ha!" Tanyanya dengan nada meninggi
" tt-tidak kah kalian m-malu? Kalian terkenal kaya tapi tetap saja m-membully?" Kegugupan jelas terlihat di garis wajah Luciana yang kini tengah menatap berani Leonardo salah satu cassanova sekolah yang sangat hobby membully.
" Cih! Apa pedulimu!" Dijawab tak kalah tinggi nadanya dengan Leon.
" Memang bukan urusan kami, tapi kalian sangat mengganggu ketenangan disini" dengan nada berani Olivia menjawab Marchel -lelaki yg menjawab setelah Leon tadi-.
" Lalu kenapa tak kalian abaykan saja? Dan urusi saja urusan kalian"
"Tidak bisa" jawab mereka kompak.
"Ayo cepat kita bawa lelaki itu pergi dari sini".Tak menggubris tatapan mematikan para lelaki mereka pun membawa siswa yang dibully tadi pergi menjauh dari tempat itu.
" gadis gadis sialan" geram keempatnya.
----
"Arghhh!! Gara gara keempat gadis sialan tadi kita kehilangan mainan. Shit!" Leonardo terlihat begitu marah atas kejadian tadi.
"Baik jika mereka memilih ikut campur urusan kita, kita jadikan saja mereka pengganti bukan kah tidak buruk?" Ide gila tersebut entah mengapa hinggap di kepala Airlangga.
"Tidak buruk, mari kita coba" si lelaki kutub kini angkat bicara.
"Baiklah kita mulai dari mana?" Seringai Marchel begitu antusias.
"Selamat bergabung gadis gadis manis" Tergambar jelas seringai mengerikan di wajah tampan keempatnya.----
Seperti biasa rutinitas mereka saat pulang sekolah yakni pulang bersama dan menunggu bis bersama.
Luciana POV
Rasanya aku tak ingin pulang dan melihat drama musikal mengerikan seperti biasanya, namun jika aku tidak pulang kerumah aku pulang kemana? Aku memang sering kali merencanakan untuk pergi dari rumah dan mencari hidup baru tanpa mereka. Hatiku tersayat saat melihat pertengkaran yang membuat hatiku seakan hancur dan tak punya harapan, bagaimana tidak? Daddy selalu bertengkar dengan mommy tak jarang ayah juga memukul mommy, begitupun sebaliknya mommy selalu melampiaskan rasa sakitnya dengan mabuk mabukan dan sampai menelantarkan aku bertahun tahun, atau bahkan mom dan dad malah sudah lupa tentang keberadaan ku.
Keluarga ku memang keluarga yang berada segala kebutuhanku tercukupi namun itu saja tak berarti bagiku jika tak ada rasa saling menyayangi satu sama lain, semuanya percuma! Mengingatnya saja membuatku ingin cepat cepat pergi dari rumah.
"Aku pulang" Hening seperti biasa tak ada jawaban dan lebih tepatnya tak ada orang. Untuk apa rumah mewah jika penghuninya saja tak pernah singgah, aku tak butuh ini semua.
Kulangkahkan kaki menuju lemari es mengambil minum untuk meredakan dahaga ku, lagi lagi hanya ada sticky notes yang dengan setianya selalu ada di setiap aku pulang sekolah dan isinya pun selalu sama 'Luci mommy dan daddy sedang pergi, mom sudah siapkan makan dan uang. Jangan mencari' setidaknya aku masih dibuatkan makan walau tak bisa makan bersama. Kuhela nafas berat dan tiba tiba terbesit di benaku untuk melancarkan rencanaku saat ini juga.
"Ini kah saatnya?" Kulangkahkan kakiku menuju kamar dan mengemas barang seperlunya dan pergi meninggalkan rumah sialan itu.
"Baiklah Luciana mari memulai hidup baru, sorry mom dad aku sudah tak tahan dengan kalian" Bisa dibilang ucapan perpisahan dari anak yang terlupakan seperti aku.Luciana POV end
----
Normal POVSuasana malam kota los angles kali ini memang mendukung suasana hati yang sedang dilanda kebingungan sepeti gadis manis yang kini berjalan tak tentu arah, yang ia pikirkan saat ini hanyalah pergi dari rumah sejauh mungkin.
"Bukankan dia salah satu dari keempat gadis pengacau tadi?" Tepat sasaran Leonardo dengan reflek menghentikan aksi menyesap coffenya dan dengan sigap menatap intens orang yang di maksud.
"Mangsaku datang"Dengan sigap Leonardo menarik tangan Luciana dan menggerednya ke tempat yang jarang dilalui orang guna menyudutkan sang gadis.
"Oi!! Lepaskan! Mau apa kau! Dasar tidak sopan" rancaunya saat di gered Leon. Detik berikutya Luci menegakkan pandangannya.
"Kau!"TBC
Typonya masih di maklum kan? :vKuy voment biar berkah baca yang selanjutnya wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E
RomanceGenre : Romance, hurt, sad, school life, family Disini akulah penentu jalan hidupku