"Kenapa tuhan mempertemukan du hati jika hanya untuk saling memathkan..."
"Oi!"
Geram dengan sikap sigadis yang hanya memperhatikannya sang lelaki pun meneriaki si gadis yang entah kemana pikirannya kini berada.
Tuk
Sebuah jitakan mendarat indah di kening sang gadis yang kini mulai tersadar dari alam lamunannya dan langsung memasang raut wajah sebal pada sang lelaki yang diduga sebagai pelaku penjitakan tadi.
"Ish! Dasar lelaki tak sopan" ujarnya dengan tingkah polosnya yang ehm.. Sedikit terlihat menggemaskan dimata Airlangga sang lelaki.
"Kau yang tidak sopan, seenaknya menabraku"
" mana aku tau jika tadi kau ada di depanku ish!"
"Tajamkan lagi penglihatanmu nona"
"Ish! Dasar lelaki menyebalkan" Erika memungut buku buku tadi berdiri, sebelum ia pergi Erika dengan sengaja menginjak kaki Airlangga dan bergegas pergi.
"Akh! Gadis polos sialan" runtuknya sembari mengelus kakinya yang menjadi korban Erika.
----
Vanya terlihat begitu terburu buru melangkah seperti sedang dikejar kejar anjing galak atau mungkin ini lebih bahaya lagi, oh sialnya malam ini bagi Vanya bagaimana tidak rencananya mengunjungi toko buku langganannya jadi terbatlkan karena saat ini ia sedang di ikuti oleh beberapa pria yang ia yakini bahwa mereka adalah preman 'apa LA selalu sepi jika malam hari? Ya tuhan bantu aku' mulut gadis itu tak pernah berhenti berdoa agar ia dilindungi dan semoga tuhan mengirimkan malaikat penyelamat untuknya saat ini.
"Mau kemana gadis manis? Mengapa begitu terburu buru" tangan Vanya dicekal dan di gered menuju pojok lorong gelap, gadis itu hanya bisa berteriak minta tolong, memberontak dan mencoba menahan tangisnya ia tak ingin dicap gadis lemah namun sepertinya saati ini memang ia sangat sangat membutuhkan bantuan.
"Tolong! Tolong! Tolong jangan sakiti aku" disertai isakan yang mulai keluar dari bibir mungilnya, dan menandakan bahwa gadis itu memang sedang sangat ketakutan.
"Kami tidak menyakitimu cantik kami hanya ingin bersenang senang dengan mu" ketiganya mulai memojokn Vanya ke tembok ujung lorong salah satu tangan sialan itu mulai membelai pipi mulusnya yang kini dihiasi bulir air mata yang sudah tak terbendung lagi dan malah semakin deras keluar dari bola mata indahnya.
"Hei brengsek! Lepaskan dia dan jangan pernah menyentuh miliku" ketiga preman itu menoleh dan bersiap untuk memukul namun.
'Bugh'
Satu pukulan memdarat di wajah salah satu preman tadi, tak ingin kalah temennya pun mulai menyerang sang lelaki yang kini berjuang untuk menyelamatkan Vanya, entah siapa Vanya belum berani untuk melihat orang tadi ia masih terlalu takut. Tak butuh waktu lama sang lelaki mampu melumpuhkan semuanya, tanpa pikir panjang lelaki itu menghampiri Vanya dan mencoba menenangkan gadis itu.
"Hei tenanglah semua sudah aman" suara itu begitu lembut ditelinga Vanya, tangan sang lelaki dengan refleknya mengangkat dagu sang gadis dan dihapusnya airmata sang gadis.
"G-gifari?" betapa terkejut dan senangnya Vanya mengetahui bahwa yang menyelamatkannya barusan adalah Gifari orang yang memang ia harapkan, tanpa sadar Vanya langsung memeluk Gifari dengan begitu erat pertanda ia tak ingin jauh dari lelaki itu.
"Ekhem!" deheman khas seorang lelaki kutub menandakan bahwa Vanya dengan berat hati harus melepaskan pelukan hangatnya dengan lelaki kutub itu.
"Maaf aku hanya reflek" Vanya menundukan wajahnya merasa malu dengan kecerobohannya tadi.
"Ya tak apa, lebih baik kau pulang" nada datar ala lelaki kutub itu pun hadir kembali membuat Vanya hanya bisa menghela nafas berat menerima kenyataan itu, gadis itu beranjak dari duduknya dan berdiri bersiap untuk pulang baru beberapa langkah ia berjalan gadis itu berhenti dan menatap Gifari sesaat.
"Thank you Gifari Agler" teriaknya lalu berlari dengan riang. Tanpa sadar gifari membuat lengkungan manis yang jarang sekali terbentuk itu.
----
Kegiatan belajar sudah di mulai semenjak 15 menit yang lalu namun ntah mengapa semua pelajaran yang kini tengan dijelaskan seakan tak diterima oleh Luciana, fokusnya kini merasa terganggu pasalnya semenjak pelajaran dimulai ia terus dipandangin oleh cassanova sekolah yang sialnya adalah teman kelasnya itu. Luci merasa risih bila terus terusan ditatap seperti singa sedang menunggu mangsanya.
Kring! Kring!
Semua siswa bergegas menuju kantin guna mengganjal perut dengan masakan kantin sekolah tak terkecuali keempat gadis yang kini tengah membereskan buku bukunya agar cepat menuju kantin dan memanjakan perut. Namun sepertinya istirahat kali ini harus merek tunda dulu pasalnya mereka dipanggil untuk menghadap kepala sekolah. Mereka melangkahkan kaki memasuki ruangan kepala sekolah dengan rasa penasaran yang lumayan tinggi, setelah dipersilahkan untuk duduk kepala sekolah pun langsung mengutarakan tujuannya.
"Apa kalian tau alasan saya memanggil kali?"
"Tidak pak" jawab mereka serempak.
"Jadi begini, saya akan memberikan beberapa tugas untuk kalian, yakni membimbing beberapa murid saya yang susah diatur, karena itu saya memanggil kalian" jelasnya panjang
"Tapi maaf pak kenapa harus kami?" tungkas Erika karena merasa kurang terima dengan tugas barunya.
"Karena menurut informasi yang saya dengar, hanya kalian yang mampu melawan mereka".
"Mana mungkin pak? Memangnya mereka itu siapa?" Olivia makin penasaran.
"Mereka terkena sebagai cassanova sekolah ini" jawabnya santai.
"APA!!!!" keempatnya serempak terkejut, sekaligus mengejutkan kepala sekolah mereka.
TBC
gimana guys?? Lanjut? Vomentnya boleh?
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E
RomanceGenre : Romance, hurt, sad, school life, family Disini akulah penentu jalan hidupku