Bad Day or Best Day

364 35 5
                                    

"Jadi... " Nifah berseru antusias kepada Aliyah.

Aliyah menaikan sebelah alisnya, ia tidak mengerti apa maksud gadis toa yang sekarang merangkap menjadi teman sebangkunya. Entah apa lagi yang akan menjadi kesialannya dalam satu tahun kedepan.

"Ishh lo lupa? "

"Apa? " jawab Aliyah dengan wajah innocent nya.

"Nama lo? Nama lo siapa? "

"Ohh"

"Kok lo lemot sih!! "

"Lo ngatain gue? " seru Aliyah galak.

"No. Itu fakta, ada buktinya kok"

"Apa buktinya? "

"Tadi"

"Yang mana?"

Nifah menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil menunjukkan ekspresi prihatinnya. Sedangkan Aliyah malah mengernyit bingung. Ini anak kenapa?

"Lo itu bukan cuma lemot ternyata lo itu pikun juga ya?  Padahal masih SMA loh"

"Kok lo ngatain gue sih?  Maksud lo apa? " Aliyah bertanya dengan nada jengkel.

"Daripada kita ribut mending sekarang lo kasih tau siapa nama lo?  Kalo nama gue Nifah" Ucap Nifah sambil mengulurkan tangan kanannya.

Aliyah menghela nafas sebentar kemudian menerima uluran tangan Nifah.

"Aliyah "

"Yeyy sekarang kita udah resmi kenalan dan besok lo udah jadi temen gue, eh enggak enggak besok lo jadi sahabat gue. Ok! "

Aliyah mendengus kesal, semoga saja besok Nifah hilang dari muka bumi karena dibawa jin sekolah ini.

Ova sedari tadi hanya mendengarkan perdebatan dua remaja di depannya tanpa berniat gabung atau berkenalan juga. Karena ia sedang memulai kegiatan fangirl nya.

"Oh iya Al sini madep belakang jangan handphone mulu"

"Apasih! "

"Sini makannya"

"Apa? " tanya Aliyah yang kini sudah menghadap ke belakang mengikuti perintah Nifah.

Aliyah dan Nifah mengernyit bingung dengan pemandangan di depannya. Terlihat seorang gadis tembam tang sedang blushing, ekspresinya menunjukkan seakan-akan ia ingin berteriak sekarang juga.

"Va, lo... Kenapa? " tanya Nifah memecah keheningan.

"Oh, hai kenapa?"

"Gue tanya,lo kenapa?"

"Gue? B aja, emangnya apasih?"

"Oh, enggak tadi gue liat lo blushing sambil senyum senyum gitu"

"Oh, liat deh" kemudian Ova menunjukan HP nya, terlihat dari layar HP tersebut pemuda tampan dengan rambut warna pink yang sedang berdiri.

"Maksudnya?" Nufah dan Aliyah sama-sama bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maksudnya?" Nufah dan Aliyah sama-sama bingung. Hanya untuk alasan foto bisa membuat blushing sambil tersenyum-senyum tidak jelas.

"Lo liat gak?  Disitu ada foto pangeran gue. OMG ganteng banget sumpah. Liat deh itu matanya kaya natep gue gue, kan gue salting" kata Ova kemudian nyengir tidak lama kemudian ia menarik kembali HP, menatap foto itu. Lagi.... Kemudian seperti tadi, senyum-senyum tidak jelas.

Aliyah dan Nifah memandang Ova dengan tatapan horor. Apakah temannya ini sudah gila?

"Ada apa? " tanya Ova setelah sadar dari kegilaannya.

"Oh iya lupa" ucap Nifah sambil menepuk jidatnya.

"Ini kenalin, temen sebangku gue"

"Aliyah"

"Ova"

Mereka berdua saling berjabat tangan. Kemudian mengalirlah percakapan antara ketiganya, yah walaupun Nifah mendominasi obrolan tersebut.

"Selamat pagi! "

Obrolan mereka terhenti ketika mendengar suara bariton dari arah pintu. Mereka menoleh ke depan disana berdiri seorang laki-laki kira-kira umur empat puluh tahunan, memakai baju batik dipadukan dengan celana hitam. Jangan lupakan kacamata yang bertengger manis di atas hidungnya.

"Selamat pagi pak! " jawab serempak para murid.

Setelah itu terjadilah perkenalan singkat dari Pak Iman (guru tadi) yang ternyata guru matematika sekaligus wali kelas di kelas XC.


9 Agustus 2017

Lima Sekawan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang