Satu.

4 2 0
                                    

Seunghee bisa saja mengatakan kalau aku ini psikopat. Sebenarnya, dia mengatakannya dua kali beberapa minggu yang lalu.

Aku tahu makanan favorit Seunghyun oppa, aku tahu warna keberuntungannya, aku tahu gaya rambut apa yang cocok agar tulang pipinya terkesan lebih menonjol dan rahangnya menjadi lebih tegas, aku tahu ukuran dada-pinggang-pinggul Seunghyun oppa, aku tahu brand fashion apa yang paling banyak menghabiskan ruang di lemarinya, aku tahu di mana dia akan menghabiskan waktu ketika jadwalnya sedang tidak padat, aku tahu dia memiliki seorang kakak perempuan yang menjadi perancang busana dan adiknya bersekolah di luar negeri, aku tahu segala hal tentang dia.

Seunghee bilang itu semua tertulis di tabloid dan majalah manapun yang bisa dia temukan.

Baiklah, katakan saja sebagian besar memang berasal dari majalah dan tabloid. Sebagian lagi aku dapatkan dari Jonghyun yang dengan enggan menjawab setiap pertanyaan dariku mengenai Seunghyun oppa. Jadi jelas saja kalau aku tahu bahwa adik dari Seunghyun oppa telah menyelesaikan studinya di luar negeri dan kembali ke Korea. Satu dari sekian hal yang tidak diketahui media massa. Poin tambahan untuk Minah. HA HA.

"Aku begitu frustrasi akhir-akhir ini." Aku menyampaikan berita ini pada Seunghee yang tampak tidak tertarik. Earphone menggantung di telinga kirinya, satu tangan sibuk memencet pemutar musik dan tangan yang lain memeluk buku sastra klasik Inggris yang tebalnya melebihi buku pelajaran untuk satu tahun ajaran dalam perjalanan menuju loker kami berdua.

"Kenapa?"

"Karena aku kesal dengan Junhong dan tidak tahan setiap kali aku membayangkan wajah sok polosnya itu?"

"Kenapa?"

Aku memasukan tas dan mengambil buku pelajaran untuk jam pertama dan kedua. Meremas beberapa kertas-kertas coretan dan membuangnya di tempat sampah yang terletak tepat di sebelah lokerku. "Kenapa aku kesal dengan Junhong?"

"Jelas."

"Dia..." Beberapa anak dari kelas sembilan mengangguk untuk menyapa kami, aku tersenyum dan melambai pada mereka sebelum kami pergi ke kelas. "Dia membuatku iri, Seunghee. Dia membuat aku.... Cemburu."

"Apa dia mendapatkan nilai tambahan dari guru fisika lagi?" Seunghee mencabut earphone dari telinganya dan menggulung pemutar musik miliknya ketika kami tiba di depan kelas. Aku lalu mendorong pintu dan mendahuluinya masuk ke kelas, belum terlalu banyak siswa yang datang sepagi ini.

"Tidak, tidak. Bukan karena nilai tambahan. Aku sebenarnya tidak peduli dengan nilai tambahan," Kuletakkan buku-bukuku di atas meja dan mulai membuat coretan-coretan kecil di catatanku. "Jumat sore aku bertemu dengannya ketika aku sedang berada di KeyBum's,"

"Apa yang dia lakukan?"

"Tidak ada, dia pergi ke toko olahraga untuk mencari skateboard baru,"

"Aish. Lalu kenapa kau harus cemburu jika yang dia lakukan hanyalah mencari skateboard baru?" Dipukulnya kepalaku dengan buku sastra klasiknya dan sontak membuat aku meringis.

"Dengarkan dulu ceritaku!" Kuelus bagian kepalaku yang tadi menjadi korban kekerasan Seunghee. "Dia pergi ke toko olahraga bersama Seunghyun oppa, Seunghee! Bayangkan, Seunghyun oppa! Bagaimana aku tidak cemburu?"

Seunghee membelalakan matanya dan mulutnya menganga setelah mendengar penjelasanku, maka kucibirkan bibirku padanya dan kusilangkan kedua lenganku di dada.

"Bilang padaku kau sedang bercanda." Suara Seunghee cukup keras sehingga beberapa anak cewek menoleh ke arah kami berdua.

"Ssshh. Untuk apa aku bercanda? Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?" Aku menunjuk kerutan di dahiku.

FifteenWhere stories live. Discover now