Setelah Bisma datang dan berkata akan menjaga Metta selagi dirinya pergi, Diva akhirnya keluar dari UKS dan pergi menuju kelas.
Sepanjang jalan menuju kelasnya hanya rasa penasaran yang mendominasi. Diva dibuat heran oleh seruan hiperbola teman sekelasnya yang beberapa saat lalu menelpon.
Setelah sampai ditempat tujuan, Diva sempat tertegun karena melihat Bu Lisa duduk di meja guru —disaat seharusnya, guru lain yang harus masuk pagi ini.
Diva memperbaiki seragamnya, lalu mengetuk pintu dan mengundang perhatian semua orang. Bu Lisa terseyum, lal mengangguk dan menyuruhnya segera masuk.
"Maaf Bu... saya baru aja dari UKS antar Metta."
"Iya, Ibu tau. Silahkan duduk... ada yang mau Ibu sampaikan." Diva tersenyum, lalu mengangguk. Gadis itu berjalan tenang menuju mejanya tanpa sadar dengan tatapan teman-teman sekelasnya.
Gadis itu mengernyit begitu melihat lantai disekitar mejanya basah. Bukan itu saja, bahkan meja dan kursinya juga basah dan terdapat banyak tissu-tissu. Diva memutar pandangannya, berhenti pada kedua manik mata Roni dan Roy yang duduk tidak jauh dari tempatnya.
Sadar dengan tatapan Diva, kedua laki-laki itu berbisik. "Tadi... ada kuah soto tumpah di meja lo. Anak-anak yang lain udah nge-pel lantai. Gue sama Roy juga udah ngelap pake tissu. Itu... sisa-sisa tissu yang diatas meja belum kita buang gara-gara Bu Lisa tiba-tiba masuk."
Kedua mata Diva membulat, tidak menyangka apa yang terjadi. "Siapa yang numpah kuah soto?"
Roni dan Roy sama-sama mengedikkan kedua bahu mereka. "Tapi Div... kata anak-anak yang lain, katanya Fikram yang taruh diatas meja lo."
Dengan spontan, Diva menoleh kearah meja tersangka. Laki-laki itu tidak ada disana. Bahkan Daffa juga tidak terlihat dimana-mana.
"Terus anaknya mana?!"
"Kita gak tau Div..."
Diva menghela nafas berat, lalu memejamkan matanya menahan sabar. Lantas gadis itu mengangguk dan duduk dikursinya. Bau soto masih menguar disekitarnya, membuat Diva mati-matian menahan umpatan.
Tangan Diva meraba laci meja, beberapa detik kemudian tangan mungil gadis itu berhenti di udara ketika merasakan sesuatu yang basah dan lengket darisana. Diva mengintip isi mejanya, satu detik kemudian mata gadis itu kembali membulat.
"Tai," umpatnya dengan suara keras, hingga mengundang tatapan yang lain.
"Celana gue basah!"
Roy meringis kasihan, menatap Diva dengan perasaan iba. Siapapun tau jika gadis itu memakai celana ke sekolah, berarti dia membawa motor. Jika celananya saja basah seperti itu, bagaimana Diva pulang?
"Anak-anak... tolong perhatiannya." suara Bu Lisa menginterupsi.
Meski bingung apa yang terjadi dengan murid-muridnya dibarisan belakang, Bu Lisa tidak mengindahkan Diva. Guru muda itu harus menyelesaikan urusannya dikelas sebelum jam istirahat tiba.
"Maksud Ibu masuk hari ini adalah untuk pemilihan pengurus kelas. Kebetulan... guru yang akan mengajar hari ini tidak masuk, jadi Ibu yang akan mengisi jam pagi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Friendzone ☑️
Teen Fiction[SUDAH SELESAI] Awal pertemuan yang kurang baik membuat Fikram dan Diva harus terjerat dalam permusuhan. Sama-sama memiliki sikap keras kepala, membuat keduanya sulit sekali untuk mengalah. Berawal dari keingin tahuan Fikram tentang cewek bernama D...