Part 11

895 101 15
                                    



            "Mian Sakah Kasih Judul Sebelumnya, seharusnya ke '11' bukan 12'. Makasih dibantu koreksi^^"

    Kejadian empat tahun yang lalu.....

"Oppa, jemput aku nee?" Lihatlah, sebentar lagi akan segera turun huja." Saat itu Yoona duduk dibangku kelas dua junior high school.

"Baiklah, tunggu disana." Putus Jonghyun. Jognhyun adalah sahabat Henry yang juga dekat dengan keluarga Yoona dan tentu dekat dengan sang adik, yakni Yoona. Sebenarnya Yoona dulu menaruh rasa kepada Jonghyun terang-terangan setelah kisahnya dan Sehun masa kecil tidak pernah jelas. Akhirnya Yoona putuskan untuk menaruh perasaannya kepada Jonghyun, sosok lembut namun irit bicara, yang selalu mendahulukan segala kepentingan Yoona kala itu. Meski saat itu dia sudah menginjak bangku kuliah.

"Lama sekali sih," gerutu Yoona melihat jamnya. Lalu ia menelpon kembali Jonhyun, tidak lama kemudain sambungan telepon tersebut diangkat.

"Iya, sebentar nona tidak sabaran. Aku sudah mengendari motor agar kau tidak lama menungguku, sebentar lagi sampai." Yoona tersenyum mendengarnya.

"Nee, aku menunggmu oppa di halte depan gerang sekolah nee." Yoona memutuskan sambungan teleponnya. Iya tersenyum sendiri tidak jelas membayangkan dirinya akan dibonceng Jonghyun dibawah hujan, pasti manis sekali. Salah sendiri Sehun selalu sibuk semenjak hadirnya Jonghyun, Yoona menjadi kesal kalu sudah mengingat namja sok sibuk itu. Dan hujan benar-beanr turun ketika ia melihat motor Jonhyun datang dari arah kiri, ia tersenyum lebar dan hendak melambaikan tangannya sebelum ia melihat motor Jonghyun oleng entah karna apa dan mengakibatkan motor tersebut tidak stabil, hingga dari arah belakang ada mobil dalam kecepatan tinggi kaget dengan kemunculan motor Jonghyun yang tiba-tiba berada ditengah jalan, sehingga tabrakan pun tudak terelakkan. Motor Jonghyun dan tubuhnya terpental jauh hingga 50 meter tepat dihadapan Yoona. Genangan air hujan dihadapan Yoona ikut berwarna merah tercampur dengan darah segar Jonghyun, dan seketika pandangan Yoona menjadi buram, mendadak tubunya kehilangan berat badan, tak bertenaga dan jatuh, selebihnya ia tak mengingat apapun lagi. Hanya bayangan Jonghyun yang terkapar di aspal bersama genangan air hujan yang berwarna merah lah yang terakhir melekat dibayangannya, sebelum tubuhnya limbung.

Jonghyun koma selama seminggu, dan keadaan Yoona juga tidak memabik sama sekali. Bujukan dari semau anggota kelaurga, teman-temannya tidak pernah ia tanggapi, bahkan Krystal yang dulu tinggal di Jepang memutuskan untuk tinggal di Korea menjaga unnienya dan berharap ia bisa menjadi salah satu pengobat kesembuhan Yoona.

Demikian pula dnegan Jonghyun, setelah ia siuman hal pertama yang ia tanyakan adalah Yoona. Setelah keadaannya berangsur-angsur membaik, ia mencoba untuk membantu memperbaiki kondisi Yoona semampunya, namun upayanya justru semakin mengorek kenangan buruk Yoona, ketakutan Yoona. Bagaimana bisa Jonghyun tahan ketika setiap kali Yoona melihat Jonghyun air mata Yoona tidak akan mau berhenti menetes. Gadis itu selalu menyalahkan dirinya, terlalu menyalahkan dirinya, ia menghukum dirinya sendiri, ia tidak bisa memafkan dirinya sendiri. Stigma pada dirinya sendiri selalu berulang berkata bahwa dirinya hampir membunuh nyawa seseorang atas keegoisannya, atas sifat kekanak-kanakannya.

Semua telah mencoba memberikan pengertian kepada Yoona bahwa semua yang terjadi merupakan takdir yang tidak dapat dihindarir, namun Yoona tidak menganggapnya demikian. Sampai Jonghyun memutuskan untuk pindah ke Jepang. Dia juga tidak tega melihat Yoona selalu menyalahkan dirinya sendiri akan keadannya, dia tidak ingin Yoona selalu mengingat kejadian itu ketika melihat wajahnya. Maka dari itu ia putuskan untuk pindah ke Jepang dan hingga detik ini ia belum pernah menginjakkan kembali kakinya di Korea lagi.

Why???  Lets's TalkWhere stories live. Discover now