BAB 3: {Demigod}

524 62 0
                                    

Aroma laut tiba-tiba menyeruak di indra penciumanku. Secepat aku menyadarinya, sepasang tangan menutup kedua telingaku. Sosok misterius yang tak kuketahui identitasnya telah berdiri di depanku. Kupikir itu adalah seorang pria. Dada bidangnya menutup pandanganku akan Seere sepenuhnya.

Aku mendengar suara yang dalam namun lembut setelahnya. Dia bagaikan air laut dan debur ombaknya. Tenang, namun juga menyimpan ancaman. "Kupikir kau cukup pintar untuk tidak menyerang Demigod yang berada dalam perlindungan Kamp, Banshee. Ternyata aku salah."

Samar-samar masih kudengar suara Seere. Ia tertawa. "Apa-apaan kau ini? Esper?"

Pemuda itu mengerucutkan bibirnya ke samping dan mendengus. "Tentu saja bukan. Aku juga seorang Demigod."

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
—🍀Tale of Demigod🍀—
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Masih tidak mengerti akan apa yang terjadi, tahu-tahu aku sudah terduduk lemas. Ada banyak hal yang tidak aku pahami. Semua berlalu dalam sekejap. Aku baru bertemu Seere beberapa jam yang lalu. Namun dalam beberapa jam itulah semua kejadian aneh ini menimpaku. Aku pernah dengar sesuatu tentang hipnosis. Tetapi aku yakin bukan itu yang dilakukan Seere kepadaku.

"Kau baik-baik saja?"

Aku mendongak. Pertanyaan retorik macam apa itu? Kupikir dia melihat bagaimana Seere membuatku panik dan ketakutan seperti itu. Sekarang dia bertanya apakah aku baik-baik saja?

"Tunggu di sini," katanya lagi. Aku masih belum bersuara. Hanya kuamati sosoknya yang kini berbalik menghadap Seere. Sekarang setelah kupikir lagi, meski badanku terasa seperti jelly, setidaknya ia sudah bisa kugerakkan atas kemauanku sendiri.

"Demigod, katamu?" Aku kembali mendengar suara Seere. "Mau membodohiku, ya? Mana ada Demigod yang menjaga Demigod lain?"

"Bukan urusanku kau percaya atau tidak," pemuda itu membalas. "Tugasku sekarang adalah untuk balas menyerangmu."

Aku merasakan atmosfir yang memberat karena ketegangan ini. Aroma laut di sekitarku semakin menguar menjadi-jadi. Aku mulai menyadari akan genangan air yang lekas muncul di sekitar pemuda itu. Begitu biru dan jernih. Sementara di sisi lain, kulihat kabut pekat melingkupi tubuh Seere. Tetapi sesaat kemudian kabut itu memudar.

"Kau-!" Seere tercekat. Kupikir ia mundur beberapa langkah. "Sial! Aura ini... tidak kusangka keturunan Lir yang akan mengawal gadis tak berguna itu."

"Kau mengenalku dengan baik, rupanya," balas si pemuda. "Sekarang karena kau sudah tahu siapa aku, apa kau masih akan bersikeras untuk maju?"

"Cih."

Aku mengamati mereka. Seere kini terlihat begitu tegang. Kontras dengan reaksi arogan yang ia tunjukkan sebelumnya. Kemudian tiba-tiba matanya menatap tajam ke arahku. Aku merasa seperti jantungku melompat ke mulut.

"Anggap kau beruntung kali ini, putri Flidais. Lain kali kupastikan kau akan menderita hingga merasa bahwa mati lebih baik untukmu!"

Kabut yang kulihat sebelumnya perlahan bergumul melewatiku. Aku sempat panik untuk sesaat. Tetapi ternyata kabut itu menebal di sekitar Seere. Tak butuh waktu lama, kabut itu menariknya ke daerah gelap yang telah menanti di belakangnya-di sisi lebih dalam dari gang yang ia tunjukkan kepadaku. Seere menghilang ditelan kegelapan itu.

Tale of Demigod: As The Banshee SingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang