BAB 4: {Demigod} (2)

505 58 6
                                    

"Aku ingin tahu lebih banyak," kataku. "Tetapi tolong perkenalkan dirimu terlebih dahulu."

"Lúcás." Pemuda itu menjawab. "Lúcás Mac Murchaidh."

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
—🍀Tale of Demigod🍀—
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Suara detik jarum jam terdengar menggema di ruang tamuku. Kupikir setelah tahu namanya, semua pertanyaan yang baru saja berkeliaran di pikiranku akan mengalir keluar. Tetapi ternyata mereka terhenti di ujung lidahku. Sekian menit kuhabiskan untuk mempertimbangkan semua ini, dan, ya, setelah aku memikirkannya kembali, apapun yang terjadi di hidupku tidaklah benar-benar normal. Alih-alih aku pun berdeham. "Jadi, Lúcás, bagaimana cara agar aku percaya semua ini adalah nyata?"

Lúcás menaikkan sebelah alisnya. "Tidak ada yang memaksamu untuk percaya," katanya "Keperluanku di sini hanya untuk memberitahumu akan kebenarannya."

Kutekan bibirku menjadi segaris lurus. Orang ini. Ternyata dia lebih menjengkelkan dibanding yang kukira. "Aku masih bingung," kataku. "Kupikir semua cerita tentang Dewa-Dewi itu hanyalah dongeng."

Lama Lúcás mengamatiku. Aku tidak bisa menebak apa maksud tatapan itu—ekspresinya terlalu datar. Hingga kemudian ia berkata, "Bisa dimaklumi. Aoi bilang kau tumbuh sepenuhnya di dunia manusia."

Pembicaraan seperti ini sejujurnya masih sangat membuatku merasa aneh. Apa itu sebutannya di bahasa Jepang? Sindrom Chuunibyou? Aku takut yang kuhadapi saat ini bukanlah realita dan aku sedang menderita sindrom itu.

"Intinya mereka benar-benar ada?" tanyaku lagi.

Lúcás menjawabnya dengan sebuah anggukan.

"Hades, Zeus, Apollo, dan semacamnya?" lanjutku.

"Tentu saja bukan," balas Lúcás. "Kau tidak hidup di Yunani."

Aku menelan ludah. Kepalaku serasa berputar untuk sesaat. "Jadi, intinya, aku ini… salah satu keturunan Dewi di mitologi Irlandia?"

"Sudah kuduga ini akan menjadi rumit," katanya, kemudian memutar mata.

Alisku praktis tertaut. "Apa?"

"Jangan bertanya ataupun menyela," balasnya dengan nada yang sedikit menanjak di bagian akhir. "Aku juga tidak memaksamu untuk percaya. Hanya dengarkan."

Oh. Baiklah. Kupikir aku tidak punya pilihan. Toh daripada masalah yang berbentuk benang-benang rajut di otakku ini jadi semakin kusut. Aku pun mengangguk, memberinya persetujuan untuk mulai berbicara.

Lúcás mengawali penjelasannya mengenai eksistensi makhluk-makhluk di mitologi Irlandia. Mereka semua nyata, katanya. Tetapi seiring berjalannya waktu, manusia mulai berhenti menghiraukan mereka. Alasannya, seperti yang bisa ditebak, adalah karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun, satu hal yang krusial, adalah fakta bahwa keberadaan mereka dipertahankan oleh kepercayaan manusia. Sekali saja manusia benar-benar melupakan mereka, makhluk-makhluk itu akan menghilang.

"Saat ini yang paling aman adalah para Dewa dan Dewi di Yunani," katanya lagi. "Meski di pandangan masyarakat umum negara itu terancam kolaps saat ini."

Sedikit banyak aku mulai bisa mengira-ngira. Pastilah itu karena legenda Olympus telah merakyat di seluruh belahan dunia.

"Jika ada yang paling aman, itu berarti ada yang dalam kondisi kritis?" tanyaku.

Tale of Demigod: As The Banshee SingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang