Chapter 1

576 92 18
                                    

Siang itu memang sangat melelahkan. Tak terkecuali untuk Seonho, siswa kelas 10 di Cube High School; yang sedari tadi berdiri mengunggu gilirannya di kantin Sekolah.

Dari jauh ia terlihat seperti monster.

Wajah kelaparan yang memucat, sampai ocehan tanda tak sabar mulai menggangu orang-orang yang mendengarnya.

Tentu saja ini bukan kali pertama Seonho bersikap tak sabaran, tapi sahabatnya selalu berharap ini kali terakhir Seonho berkelakuan seperti ini. Sangat kekanakan bagi Euiwoong; sahabat Seonho yang setia berdiri di belakangnya sedari tadi.

"Aku bisa gila jika terus berdiri dengan perut kosong.." Rengek Seonho sambil memegang perutnya.

"Dasar pengeluh, lanjut saja seperti itu. Agar kita terus menjadi pusat perhatian, hilang segala image yang selama ini kau bangun."

Euiwoong membalas dengan sebuah senggolan, lalu tertawa tanpa suara. Hanya kekehan kecil yang dapat didengar Seonho.

"What the f-- kau tega sekali Woong, aku sudah diambang kematian."

"Yeah, kau memang suka berlebihan. Le bay!"

"Sebaiknya aku menunggu di meja makan sebelum aku mulai merasa benar-benar kesal dan berniat menamparmu." Balas Seonho, ia hanya bercanda.

"Kau mau 1 kotak susu, dan roti isi? Apa aku benar?"

"Ini alasan mengapa kita bisa dekat," Seonho tersenyum meng-iyakan tebakan Euiwoong.

Mereka sudah bersahabat sejak SD, tak heran keduanya sudah saling mengenal satu sama lain.

"Aku akan mengantri untukmu, kau tunggu saja di sana. Pastikan kau dapat bangku yang nyaman."

Seonho mengangguk dan langsung berlalu, setidaknya ia sempat menunjukan jempolnya kepada Euiwoong. Jika saja Euiwoong tidak sabaran, mungkin dia akan mencampakan Seonho yang sangat moodyan itu.

Tapi sebagai sahabat yang baik, tentunya harus saling mengerti. Jadi ia hanya memilih untuk tersenyum.

Ada banyak hal yang lebih penting untuk diurusnya daripada bertengkar dengan Seonho yang tak akan pernah mau mengalah (dan manja) itu.

🔸

"Akhirnya, satu kotak susu memang selalu bisa mencairkan kepalamu." Canda Euiwoong.

"Sebenarnya yang pertama tetaplah lemon tea, tapi terserah katamu saja," balas Seonho enteng.

Mereka terus berbincang, sampai saat di mana Euiwong terlihat tidak nyaman akan sesuatu. Entah apa yang menggangunya saat ini. Seonho penasaran.

'Mungkin dia sedang banyak pikiran,'  batin Seonho.

"Seonho, coba kau lihat kating yang duduk di pojok sana. Kenapa mereka selalu senyam-senyum kearah kita?" bisik Euiwoong.

Seonho akhirnya sadar tentang 'sesuatu' yang sejak tadi membuat Euiwoong merasa terganggu.

Rupanya beberapa kakak tingkat sedang menatap kearah mereka. Sangat membuat risih.

"Alasan yang logis cuman satu Woong," Seonho memasang wajah bak orang jenius yang tau segalanya.

"Memang apa alasannya?" Euiwoong tersenyum menyeringgai sambil menyenggol halus Seonho.

Matanya masih melihat kearah gerombolan anak kelas 11 yang memperhatikan mereka sedari tadi.

"Mereka pasti memperhatikanmu Euiwoong! kalaupun mereka melihat kearahku, aku tak tertarik untuk geer." Balas Seonho memecah lamunan sahabat yang duduk disampingnya.

Bukan tanpa alasan, Seonho menebak seperti itu, tentu saja karena pengalaman yang pernah mereka alami.

Euiwoong selaku pengurus osis dan salah satu adik tingkat yang terkenal, selalu menjadi bahan cuci mata para kakak kelasnya. Laki-laki ataupun perempuan. Jadi, sepertinya kali ini sama saja, bukan?

"Belum tentu. Kau kan lebih manis dariku!" Balas Euiwoong.

Keduanya sempat sedikit binggung. Pasalnya gerombolan yang sibuk berbisik sambil menatap mereka itu adalah para siswa.

Ya, laki-laki.

"Aku tau itu sejak aku dilahirkan, tapi masalahnya kharisma seorang Euiwoong itu sangat kuat, dan aku mengaku kalah," Seonho tetap dengan candaannya.

Kemudian mereka tertawa bersama, dilanjutkan dengan candaan-candaan lainnya, sampai salah seorang kating datang menghampiri mereka.

"Halo?" Sapa namja tadi, dan sekarang sudah duduk di hadapan mereka.

"Ah, h-hai, ada apa, kak?" Sapa Euiwoong canggung, di susul senyuman sopan dari Seonho.

Ia menatap Seonho dan Euiwoong secara bergantian, seperti menganalisa sesuatu. Saat mata pria itu dan mata Euiwoong bertemu...

"Lau Lee Euiwoong, kan? 1 dari 5 anak kelas 10 yang beruntung dan diangkat menjadi pengurus osis?"

Gotcha!

Pasti namja ini ingin kenal lebih dekat dengan Euiwoong. Seonho bersorak di dalam hati. Ia tahu tebakanya tak akan pernah meleset. Seonho tersenyum tipis, namun berhasil ditangkap oleh kating yang duduk di hadapannya.

Iya, lelaki tak diketahui namanya itu merupakan salah satu dari gerombolan anak kelas 11 yang memperhatikan mereka tadi.

Dengan mengambil sedikit jeda, sang pria melanjutkan percakapannya. "Dan kau," sekarang ia menatap lekat kearah Seonho.

"Sahabat yang selalu disampingnya, Yoo Seonho. Kau sekelas dengan Euiwoong sejak sekolah dasar dan selalu bertingkah bodoh setiap kali kau merasa tak nyaman. Apa aku salah?"

Seonho sedikit kesal, namun saat ini ia memilih untuk merasa kaget. Kenapa kakak kelas ini begitu tidak sopan sampai menilainya seperti itu, lebih dari itu, bagaimana dia bisa tahu?

"Kau benar tentang beberapa hal, kak, tapi aku juga 1 dari 5 anak kelas 10 yang beruntung tadi!" Balas Seonho ketus, ia juga memasang senyum. Tepatnya senyuman yang sangat tidak enak dilihat.

"Aku tahu, aku tahu segala hal tentangmu. Bahkan lebih dari yang Euiwoong ketahui," balasnya sombong.

Dia tersenyum sambil mengeluarkan ponselnya, lalu memberikannya kepada Euiwoong. "Tapi itu terjadi hanya jika Euiwoong ingin memberi nomor ponselmu padaku," lanjutnya.

"Mengapa harus memintanya padaku? Langsung saja minta pada Seonho.." Jelas Euiwoong sambil melirik Seonho.

"No, jika aku memintanya langsung pada Seonho, pasti dia akan menolak mentah-mentah, dan aku benci itu." Balasnya sambil mempoutkan bibirnya pada Seonho.

"Jika sudah kau tulis nomornya, kembalikan ponsel itu padaku sore ini." Perintah namja itu pada Euiwoong.

Lalu kakak kelas aneh itu pergi memunggungi Seonho dan Euiwoong. Mereka bahkan tidak tahu siapa nama kakak kelas itu. Yang merak tahu, si kating tertarik pada Seonho.

Setelah punggung pria misterius itu tak terlihat lagi, Seonho segera menyeruput minuman susunya dengan cepat.

Wajahnya merah dan tingkahnya menjadi aneh. Dia melirik ponsel di pangkuan Euiwoong. Perasaan Seonho campur aduk, tapi kali ini rasanya ia ingin membanting ponsel itu ke lantai.

Euiwoong yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan berniat menuliskan nomor ponsel Seonho di daftar kontak. Ingat, hanya berniat.

"Aku tahu kau juga tertarik padanya, sepertinya aku harus melakukan ini."

"Dia tidak tertarik padaku, mungkin dia hanya bercanda."

"Kalau begitu, kita ikuti permainannya! Aku berada di tim-mu!" Euiwoong mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya sampai sejajar dengan pipinya. Menandakan bahwa ia sedang memberi semangat, "fighting!" katanya kemudian.

"Ah.. aku... akan aku pikirkan."

Lalu Seonho menginggalkan Euiwoong dan ponselnya. Bukan benar-benar ponselnya, lebih tepatnya ponsel yang sedang dipegangnya.

🔸

Next nih, jangan lupa vote dan comment!

On And On ➖ GuanHo✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang