Himnae! (Semangat!)

195 13 0
                                    


"Aku fikir aku tidak bisa melakukannya.."

"Bisa, kau pasti bisa, Kyung.."

Tangan Naeri sibuk melipat baju-baju menggunung di hadapannya ketika menjawab ocehan Kyungsoo. Sementara laki-laki itu masih berkutat di depan laptopnya, entah apa yang di kerjakannya, Naeri juga tidak tahu.

Kyungsoo menjadi mudah pesimis akhir-akhir ini. Dan Naeri hampir beratus-ratus kali menyemangatinya seperti tadi. Ia hampir jengah.

"Tapi ini tidak semudah yang kau bayangkan. Aku takut aku gagal.."

Naeri menghela nafasnya pelan. Nyaris hanya ia sendiri yang mendengarnya.

"Kau bisa. Tidak mungkin Kim seonsaeng memberikan tugas itu padamu kalau beliau sendiri tidak yakin bahwa kau mampu. Dia tahu kemampuanmu, Kyung..."

Kyungsoo mendecak gelisah. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang rasanya seperti mau meledak. Tapi laki-laki itu tetap saja tidak berhenti menatap laptopnya. Seseorang baru saja membuat semangatnya bangkit.

Naeri bangun dari tempat ia duduk dan berjalan ke lemari, memasukkan pakaian-pakaian yang sudah dilipatnya. Ingin rasanya ia segera tidur malam ini. Matanya sudah terlalu lelah untuk menunggu Kyungsoo.

"Kalau aku gagal, mungkin Kim seonsaeng akan menghukumku.."

Sebuah usapan lembut tiba-tiba mendarat hangat di punggung Kyungsoo. Yang kehangatannya segera menjalar keseluruh tubuh Kyungsoo, dan membuatnya tenang dalam sekejap. Kyungsoo tidak tahu apakah ia akan bisa menjadi seperti sekarang ini kalau saja tidak ada Naeri yang selalu siap mengusap punggungnya dengan hangat seperti ini.

"Tidak ada yang akan menghukummu, Kyung.. Semua orang bisa gagal, semua orang bisa salah.."

"....tapi semua orang bisa menjadi hebat karena ia belajar dari kesalahan-kesalahannya."

Naeri menatap dengan lembut mata Kyungsoo, pun laki-laki itu juga balas menatap mata istrinya yang begitu menenangkan.

"Darimana kau belajar kata-kata itu?" Kyungsoo akhirnya tersenyum setelah beberapa jam dengan wajah merengutnya. Ia mengelus lembut pipi istrinya yang kini duduk di sampingnya. Dan menatap kedua bola matanya bergantian.

"Dari kesalahan." Ucap Naeri yang segera membuat Kyungsoo tertawa kecil, lalu mencubit pipinya, gemas.

"Gomawo.. (Terima kasih) Karna kau sudah mau mendengarkan keluhan-keluhan ku yang kekanakan.."

"Aku juga. Terima kasih karna sudah mau menerima saran-saranku yang tidak beralasan dan ucapan semangat-semangat ku yang membosankan."

Kyungsoo merengkuh istrinya, menenggelamkan kepala mungil gadis itu dalam dadanya. Terkadang tangan jahilnya mengacak-acak surai lembut gadis itu, namun segera diusapnya kembali—seolah tidak ingin merusaknya barang sehelai pun—dengan jemari tangannya.

"Kalau ini berhasil, kau harus mau tidur di kamarku se-la-ma-nya. Tidak ada 'jadwal kamar' lagi. Aku ingin kita seperti sepasang suami istri normal lainnya."

"Kalau kau gagal?"

"Emmm... Kau harus membuatku tenang dengan tidur di kamarku selama satu bulan penuh."

"Cih, curang. Itu hanya menguntungkanmu saja."

Naeri cemberut mendapati Kyungsoo yang tertawa mendengar ucapannya. Gadis itu lalu menenggelamkan dirinya lagi dalam pelukan Kyungsoo. Pelukan yang hangat. Pelukan yang selalu berhasil membuat dirinya terlelap dalam beberapa detik saja.

"Naeri?"

Kyungsoo tidak perlu memanggil gadis itu untuk kedua kalinya. Beban ditangannya—yang terasa semakin berat—saja sudah cukup membuatnya tahu bahwa gadis itu benar-benar lelap.

Bohong, jika taruhan itu hanya menguntungkan Kyungsoo saja. Pada kenyataannya, Naeri justru merasa lebih beruntung bisa memeluk Kyungsoo seperti ini. Rasanya seperti aroma tubuh Kyungsoo sudah dicampuri oleh racun penghilang kesadaran. Dan Naeri suka sekali aroma 'racun' ini.

Atau itu karena Naeri sudah kecanduan.

&&&

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kyungri's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang