ERANGAN kecil lolos dari bibir Seth ketika punggungnya bertumbuk keras dengan matras yang tipis nan keras. Pemuda bersurai cokelat gelap itu tak mampu berkutik lebih jauhㅡbahkan sekadar menggeliat-lantaran seorang gadis terang-terangan menduduki bagian atas tubuhnya. Tidak tanggung-tanggung, sang gadis turut mengimpitkan ujung sikunya tepat pada leher Seth untuk menahannya di tempat.
"Menyerahlah, Seth," kata gadis itu. Netra cokelat miliknya berkilat-kilat tajam. "Aku sudah menaklukkanmu."
Seth nyaris menyemburkan tawa mendengar sederet kata yang diucapkan si lawan bicara. Terlampau mendramatisir keadaan, menurutnya. "Oke ... aku mengaku kalah." Seth tersenyum hingga sepasang matanya ikut-ikutan menyipit. "Kau berhasil menaklukkan aku."
Sang gadis tersenyum miring, lantas melepaskan kunciannya pada tubuh Seth. Ia beringsut bangkit dari posisinya penuh percaya diri. Jejak-jejak keringat membasahi dahi berikut pelipisnya, menjadikan gadis itu tampak perkasa dan elok di waktu bersamaan.
Seth akui, ia lumayan terintimidasi bilamana berhadapan dengan sang gadis secara empat mata. Terlibat kontak dengan tipikal kaum hawa seperti dia-gigih, keras kepala, tidak pernah mau tunduk di bawah kuasa orang lainㅡkadang-kadang menggentarkan nyalinya.
"Sibuk merenungi kekalahanmu, eh?" Gadis itu menelengkan kepalanya, menatap Seth keheranan. "Jangan berkecil hati. Kau bisa mengalahkanku di lain kesempatan." Sang gadis mengulurkan telapak tangan ke arah Seth. "Bangun."
Seth menerima uluran tangannya tanpa pikir panjang. "Trims." Baru sedetik telapak tangan gadis itu berpautan dengan miliknya, Seth langsung menegakkan punggungnya secepat kilatㅡkemudian menerjang tubuh lawan tandingnya sekuat tenaga. Suara gedebuk pelan menyeruak ke sepenjuru ruangan ketika gadis itu menggantikan posisi Seth beberapa menit silam.
"Kauㅡcurang!" hardiknya, tidak terima.
Seth terkekeh-kekeh. Kedua lututnya bertumpu lembut namun solid di atas lengan sang gadis. "Nah, biar kuberi satu wejangan," tutur Seth. "Jangan cepat mengira bahwa kau sudah menang. Musuh-musuh di luar sana senantiasa menyusun siasat, entah kau sadar atau tidak."
"Itulah mengapa penting bagi kita membabat habis musuh-musuh kita sampai tak bersisa." Gadis itu menambahi perkataan Seth. "Guna mencegah kemungkinan bagi mereka menyusun siasatㅡ"
"Attalea Aleczander!"
Seth dan Lea kompak memalingkan kepala mereka ke sumber suara. Di ambang pintu ruang latihan, kakak-beradik Aleczander itu mendapati seorang wanita paruh baya yang berdiri dengan air muka memberengut. Kondenya yang diikat ketat di puncak kepala seolah menarik kulit wajahnya ke atas, secara tidak langsung mendukung ekspresinya yang tak bersahabat. Tangannya disilangkan di depan dada, tungkainya yang terbalut alas kaki berhak rendah diketuk-ketukkan dengan tempo ritmis di lantai.
"Madre." Lea mengisyaratkan sang adik supaya minggir dari hadapannya. Pemuda itu bereaksi sigap, lekas menarik lengan Lea untuk membantunya berdiri. "Sudah berapa lama Anda berdiri di sana?"
"Tak jadi soal," balasnya ketus. "Sekarang sudah memasukiㅡbahkan terlewat sepuluh menitㅡwaktu belajar. Namun, kau malah berada di sini, asyik bergulat dengan adikmu."
Wanita yang dipanggil 'Madre' tersebut bernama Lilith, salah seorang kaum intelek yang sengaja didatangkan ke pack-nya untuk mendidik kakak-beradik Aleczander sejak dulu. Apalagi dengan status Lea yang resmi menjadi putri mahkota; tidak lama lagi bermain peran sebagai penerus takhta Bluemoon Pack. Selain itu, Lea juga mendapat gelar Alpha Female pertama sepanjang sejarah kehidupan Pulau Lain, alhasil membuat Madre mesti menggemblengnya habis-habisan. Mulai dari mencekoki otaknya dengan kehidupan politik, sejarah, strategi pertempuran, tata cara bertingkah laku, dan masih banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Reign
Werewolf[ slow update ] Selama belasan tahun, Attalea Aleczander, penerus inti Bluemoon Pack, mendedikasikan diri sepenuhnya pada tampuk kekuasaanㅡyang siap memberinya gelar seorang Alpha Female pertama sepanjang sejarah kehidupan kaum Manusia Serigala di P...