Rerumputan menadahkan hijau baru. Dengan sekadar wol dipadu daun menunggu. Ia mengaku menahan cinta, seelok hati yang menyerah pada jiwanya sendiri. Yang disudahi dengan diremuk-redamkan. Yang dibiarkan mandiri meski tetap saja mati.
Ilalang melempar pamrih. Dan hewan menampar kekasih. Ia marah, ia bersorak sesaat. Tapi ia menangis, setiap hari tragis.
Gelisah adalah gelap. Hidup adalah palung. Dan dirinya sendiri jurang. Jika ingin memainkan matahari, ia harus punya lebih banyak cadangan gelap. Lalu ia bingung, mati saja sudah kelabu, meminta hitam dari mana lagi ia tidak tahu.
Ia ingin merelokasi bunga-bunga. Karena, tolong, dirinya sesak, dirinya terkunci, dirinya ingin mati yang kedua kali, tapi tidak bisa, atau mungkin itu ia saja yang tidak tahu caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adikara Kata
PoetryKau diam saja. Aku dan kata yang punya kuasa untuk menjadikanmu bermakna, sekaligus tidak berarti apa-apa.